KENALKAH JENIS KONSERVASI ?

Selasa, 18 Desember 2012

KAWASAN KOLAM IKAN DI BADAN SUNGAI YANG TERCEMAR SAMPAH




GABY MARTHAPUTRI
114100035


Tidak sedikit dari kalangan pemerintah daerah yang kurang mampu menanggulangi masalah sampah. Cara-cara dan teknik penanggulangan sampah sudah banyak diketahui. Akan tetapi, yang terpenting adalah kemauan setiap orang dan masyarakat untuk menanggulangi sampah secara bersama dan terpadu (Saefuddin, 1998). Definisi dari sampah itu sendiri adalah sisa-sisa bahan makanan, minuman, kardus, kotak, plastik, dan semua material yang sudah tidak diperlukan lagi. Jenis-jenis sampah ada dua jenis utama, yaitu sampah organik dan sampah non-organik. Sampah organik merupakan sampah yang dapat diuraikan kembali ke alam dan juga tidak mengandung bahan kimia. Sampah organik termasuk ke dalam jenis sampah yang mudah mengalami pelapukan (Rieskyana, 2011). Sampah non-organik artinya sampah yang bukan berasal dari tumbuhan atau hewan. Sampah non-organik ada yang dapat didaur ulang, namun ada pula yang harus dikelola terpisah karena mengandung bahan berbahaya.
            Sampah harus dikelola dengan benar. Pemandangan akan tidak nyaman terlihat dan akan mengeluarkan aroma bau yang tidak sedap. Hal ini akan berpengaruh dengan kesehatan dan merusak lingkungan. Bagaimana dengan kawasan tambak yang telah dijadikan pembuangan sampah?
Dalam Peraturan Pemerintah No. 35 Tahun 1991 tentang sungai bab. Kewajiban dan Larangan pasal 27 “Dilarang membuang benda-benda/bahan-bahan padat dan/atau cair ataupun  yang berupa limbah ke dalam maupun di sekitar sungai yang diperkirakan atau patut diduga akan menimbulkan pencemaran atau menurunkan kualitas air, sehingga membahayakan dan/atau merugikan penggunaan air yang lain dan lingkungan.” Jelas disebutkan bahwa sebaiknya disekitaran sungai bersih dari hal-hal yang dapat mengganggu sungai.
Tidak ada toleransi apapun mengenai pembuangan sampah. Sampah-sampah harus dikelola bukan di tumpuk dan dibiarkan dipermukaan, sehingga menyebabkan bau yang tidak sedap dan mengganggu lingkungan daerah tersebut. Maka dari itu perlu sekali dibangunkannya tempat pembuangan akhir (TPA).
Gambar 1. Tumpukan sampah
            Lokasi ini ada di daerah Maguwoharjo berdekatan dengan Purwomartani, Kalasan Yogyakarta. Daerah ini bertepatan di samping badan sungai. Badan sungai ini dimanfaatkan oleh warga sekitar sebagai tempat untuk berternak ikan. Salah satu ikannya adalah ikan patin. Hal yang paling disayangkan adalah disekitar kolam terjadi penumpukan oleh sampah. Sehingga menimbulkan bau tak sedap dan sampah berceceran dimana-mana. Sampah yang terletak di daerah itu tidak dikelola. Hanya dibiarkan saja










Gambar 2. Tumpukan sampah
Gambar 2. Tumpukan Sampah
            Kolam tersebut membudidayakan ikan patin. Ikan patin (Pangasius hipothalmus) merupakan ikan konsumsi budi daya ikan tawar. Keunggulan ikan patin, dagingnya gurih, menandung banyak lemak, dan tidak banyak duri. Harganya yang stabil dan cukup tinggi membuat usaha budidaya ikan patin ini menjanjikan keuntungan. Hal ini yang membuat masyarakat sangat antusias membududayakan ikan patin ini. Selain merupakan ikan berukuran besar (mencapai 1,2 m) dan pertumbuhannya cepat, patin juga respon terhadap pakan buatan, serta dapat dibudidayakan di berbagai tipe perairan dan wadah budi daya ( Ghufran, 2010). Lokasi kolam ikan patin dicari yang dekat dengan sumber air dan bebas banjir. Kolam dibangun dilahan yang landai dengan kemiringan 2-5% sehingga memudahkan pengairan kolam. Budidaya ikan patin memiliki prinsip yang sama dengan usaha perikanan lainnya yaitu menganggap pakan sebagai salah satu faktor yang sangat menentukan tingkat keberhasilan. Hal ini dikarenakan melalui pemberian pakan yang baik maka akan diperoleh optimalisasi produk akhir yang nantinya berujung pada optimalisasi keuntungan. Pakan yang digunakan dalam suatu usaha budidaya perikanan dapat berupa pakan alami maupun pakan buatan. Perbandingan diantara keduanya menunjukkan bahwa pakan buatan memiliki beberapa kelebihan bila dibandingkan dengan pakan alami, yaitu kandungan nutrien di dalamnya dapat disesuaikan dengan kebutuhan nutrisi dari masing-masing ikan yang dibudidayakan, dapat disimpan dalam waktu yang lebih lama, proses maupun teknik pemberian lebih mudah dilakukan, proses penyimpanan lebih sederhana dan mudah, ketersediaan dan kontinyuitas dapat ditentukan, serta lebih higienis (Mutrohfini, 2009). Sedangkan pakan alami tidak terjamin kehigienisannya.










Gambar 3. Kolam yang diberi sampah organik sebagai pakan ikan
            Tidak menutup kemungkinan apabila sampah-sampah sekitar kolam ikan tersebut juga dapat jadi pakan ikan. Seperti yang terlihat dalam gambar 3. Terlihat bahwa warga sekitar memberi pakan pada kolam ikan tersebut dengan menggunakan sampah-sampah organik.

                                                   Gambar 3. Kolam Ikan                        
            Sampah yang digunakan untuk pakan ikam di kolam tersebut adalah sampah organik basah. Sampah organik basah memiliki kadar air yang cukup besar. Sampah organik menyumbang 75% dari jumlah sampah rumah tangga (Reiskyanna, 2011). Apabila sampah ini dimakan oleh ikan, maka ikan tersebut akan terjadi akumulasi biologi. Bakteri atau racun-racun yang dimakan oleh ikan terakumulasi dengan ikan. Bakteri dan racun akan masuk ke dalam ikan. Proses ini akan terjadi secara kesinambungan yang akan menjadi penggandaan biologi. Apabila manusia mengkonsumsi ikan ini maka akan berdampak buruk bagi kesehatan. Diantaranya akan terkena penyakit diare, kolera, tifus yang menyebar dengan cepat karena virus yang berasal dari sampa dengan pengelolaan tidak tepat. Penyakit lainnya adalah penyakit yang dijangkit oleh cacing pita (taenia). Cacing ini sebelumnya masuk ke dalam pencernaa ternak melaui makanannya yang berupa sisa makanan/sampah.
            Langkah yang awal yang dilakukan adalah dengan menambah peternak cacing. Tujuannya adalah agar sampah organik dapat dimanfaatkan yaitu sebagai makanan cacing. Setelah itu, cacing dipanen dan dijemur. Karena lahan penumpukan sampah itu dekat dengan kolam ikan, maka hasil cacing yang dijemur tadi dapat digunakan sebagai pakan ikan yang dikolam (pelet). Tidak hanya sampah organik saja yang dapat digunakan hal demikian, sampah anorganik juga dapat dimanfaatkan seperti bahan plastik dapat diolah menjadi mainan anak, dan dapat juga diolah menjadi bahan lainnya. Semua kegiatan diatas dapat mengurangi penumpukan sampah yang terjadi di daerah sekitar itu, dan dapat mengurangi angka pengangguran serta membuka lahan pekerjaan bagi warga sekitar.
sampah
 
Kolam ikan
Berdekatan                                          berdekatan                                                                                                                                            sungai
                                                                                                                       
Anorganik       organik
mainan anak    Ternak cacing
Cacing memamkan
Dan lain-lain                Sampah organik
                        dikeringkan
dijual              
                        pakan ikan (pelet)                                Gambar. Skema pengelolaan sampah 
Dari skema diatas bahwa sampah dapat dicegah agar tidak merusak ke sungai dan tidak mengganggu usaha warga sekitar dalam mengelola kolam disekitarnya. Meminimalisir dampak-dampak negatif yang akan terjadi, maka kawasan ini butuh revitalisasi. Revitalisasi adalah usaha-usaha untuk menjadikan sesuatu kawasan menjadi penting dan perlu sekali atau upaya pelestarian lingkungan binaan agar tetap pada kondisi aslinya yang ada dan mencegah terjadinya proses kerusakan. Kawasan ini merupakan kawasan badan sungai yang sangat bahaya apabila terletak banyak tumpukan sampah. Selain itu kawasan ini juga terdapat kolam-kolam ikan yang digunakan untuk membududaya ikan yang akan dikonsumsi. Kawasan ini mengalami kemunduran/degradasi karena banyak terdapat tumpukan sampah.
















DAFTAR PUSTAKA
Ghufran, Muhammad. 2010. Budi Daya Ikan Patin. Jakarta: Andi
Mutrohfini, Dwi. 2009. Pakan Ikan Patin. Jakarta: USA
Rieskyana, Tharsya. 2011. Sampah Organik dan Sampah Non-Organik. Bandung: CV.                  Taman Belajar
Saefuddin. 1998. Sampah dan Penanggulangannya. Bandung: Titian Ilmu
Dengan acuan : Peraturan Pemerintah No. 35 Tahun 1991 Tentang Sungai


           

REVITALISASI KAWASAN KARTS DI GOA PINDUL



                                                                                       Nama : Siti muthoharoh
                                                                                       NIM   : 114100028
                                                                                             Kelas  : A 
 REVITALISASI KAWASAN KARTS DI GOA PINDUL
Gunung kidul mungkin tak banyak orang yang mengenalnya. Kabupaten Gunung Kidul, adalah sebuah kabupaten di Provinsi Daerah Istimewa Yogyakarta, dengan Ibukota Wonosari. Kabupaten Gunung Kidul terdiri atas 18 kecamatan, yang dibagi lagi atas sejumlah desa dan kelurahan. Pusat pemerintahan di Kecamatan Wonosari. Sebagian besar wilayah kabupaten ini berupa perbukitan dan pegunungan kapur, yakni bagian dari Pegunungan Sewu. Sebagian wilayah Gunung Kidul merupakan daerah tandus, dimana pada musim kemarau sering terjadi bencana kekeringan. Maka daerah ini dikenal  sebagai lumbung kemiskinan. Daerah ini dikenal gersang dan sulit air. Namun, di balik gersangnya perbukitan kapur di wilayah itu, ada potensi wisata yang tersembunyi. Banyak karya Tuhan yang sedemikian mempesona tertananam disana. Pantai, gunung, goa, budaya masyarakat yang unik menjadi bukti bahwa Gunungkidul bukanlah menjadi tanah buangan. Kawasan karst yang terbentang luas disana bisa menjadi nilai tambah tersendiri bagi Gunungkidul. Karst adalah suatu kawasan yang menpunyai karakteristik relief dan drainage yang khas, yang disebabkan keterlarutan yang tinggi (Jennings, 1971). Salah bila sebagian orang mengatakan bahwa kawasan karst hanyalah kawasan berbatuan dan tandus. Justru kawasan karst ini memiliki bentang alam dan pola hidrologi yang khusus, antara lain dicirikan dengan keterdapatan goa-goa, cekungan-cekungan tertutup, pola aliran celah, kenampakan jejak aliran purba (flute rock outcrops) dan kelimpahan mata air.
            Di kawasan Gunungkidul ini terbentang luas ribuan kilometer persegi karst berbentuk bukit-bukit kerucut. Beberapa perbukitan karst ini memiliki aneka potensi yang tak ternilai harganya, seperti sebagai ilmu pengetahuan, wisata pendidikan dan alam. Selain itu kawasan karst pun memiliki potensi, manfaat dan peran penting bagi ekosistem dan manusia. Sayangnya, kawasan karst justru semakin terancam. Sedangkan untuk kerusakan kawasan karst yang terjadi di gunung kidul termasuk sedang. Tentunya hal ini sangat disayangkan, karena melihat dari proses terbentuknya karst memerlukan waktu yang sangat lama, bahkan hingga ribuan tahun. Namun sejak terbitnya Peraturan Pemerintah Nomor 26 tahun 2008 tentang Rencana Tata Ruang Tata Wilayah Nasional beberapa waktu lalu memberikan secercah harapan bagi para penggiat penyelamatan kawasan karst di tanah air, begitu juga bagi daerah gunung kidul. Contohnya saja di desa Bejiharjo, desa ini menghidupkan kembali kawasan karst yang sebelumnya tak berdaya menjadi kawasan wisata.
Desa Bejiharjo terletak di Kecamatan Karangmojo, Kabupaten Gunungkidul, Yogyakarta.  Desa Bejiharjo memiliki potensi alam yang luar biasa, karena desa ini tidak merasakan keterbatasan sumber air bersih seperti daerah di Gunungkidul lainnya. Hal ini terjadi karena kawasan karst ini membentuk goa dengan sungai bbawah tanahnya, dimana pasokan air bersih berasal dari sumber mata air bawah tanah yang muncul ke permukaan. Namanya Goa Pindul, satu bagian dari sebuah sungai bawah tanah yang menembus beberapa bukit kapur di kawasan karst Gunungkidul. Wisata ini awalnya dihidupkan oleh masyarakatnya sendiri yang didukung oleh suguhan pedesaan. Tentu hal ini banyak menarik wisatawan, bagaimana tidak ? Goa pindul menyuguhkan ornamen-ornamen khas karst seperti stalagtit dan stalagmit, selain itu di goa pindul dapat terlihat adanya batu kristal dan batu kristalin dan banyak lagi.
Goa pindul yang terletak di desa Bejiharjo baru dibuka pada awal tahun 2011. Goa ini memiliki panjang sekitar 300 meter dan dialiri air dari sungai bawah tanah yang menerobos pada goa karst. Goa karst sejauh ini digunakan untuk untuk wisata dan estetika, yang utama untuk caving, tubing dan rafting. Hal ini membuat banyak wisatawan tertarik untuk mengunjungi goa pindul. Hanya dengan membayar 25.000 rupiah pengunjung dapat berpetualang melihat indahnya goa Pindul. Semakin banyak pengunjung yang datang tentunya harus dilakukan revitalisasi yang maksimal. Sejauh ini pengelolaan goa pindul dibangun oleh masyarakat sekitar dengan fasilitas seadanya. Seharusnya pemerintah perlu ikut campur tangan untuk merevitalasasi kawasan ini secara maksimal. Perlu ditambahkan fasilitas-fasilitas pendukung lainnya untuk memberikan kenyamanan ekstra kepada pengunjung seperti fasilitis indoor dan outdoor. Misalnya adalah tempat ibadah, perbanyakan dan renovasi toilet, tempat penginapan, restoran serta pertunjukan kebudayaan serta perbaikan akses jalan, meningkatkan keamanan dan kebersihan.
Gambar 2 : Tempat penginapan khas pedesaan






Foto 2 : Ibu-ibu Desa Bejiharjo sedang menampilkan Gejog Lesung






Foto 2 : ibu






Gambar 2 : Tempat penginapan khas pedesaan






Foto 2 : Ibu-ibu Desa Bejiharjo sedang menampilkan Gejog Lesung






Foto 2 : ibu






Fasilitas pendukung seperti penginapan ini bisa memberikan manfaat yang luar biasa bagi pengunjung yang berasal dari luar kota sehingga tidak memerlukan waktu untuk menempuh lokasi goa pindul ini. Tentunya diharapkan didirikannya sebuah penginapan yang bergaya pedesaan namun tetap elegan. Hal ini tentunya memberikan suasana yang berbeda bagi pengunjung yang berasal dari perkotaan. Diharapkan dengan ditambanhnya tempat penginapan dapat memberikan pendapatan yang lebih bagi masyarakat karena dapat menyerap tenaga kerja yang lebih banyak. Selain itu juga didukung dengan adanya restoran yang menyajikan makanan trdisional khas dari desa Bajiharjo. Hal ini berpeluang besar bagi kawasan wisata seperti goa pindul. Jadi pengunjung bisa berwisata kuliner juga setelah melakukan banyak permainan dan olahraga di kawasan goa pindul. Hal ini menunjukkan pembelajaran unik desa Bejiharjo melalui kulinernya.
Gambar 3 : Kesenian Gejog Lesung






Foto 2 : ibu






Tidak kalah mendukung perlunya ada pengenalan kebudayaan social yang ada di Desa Bejiharjo ini kepada wisatawan. Jadi selain wisatawan mengenali keindahan alam yang ada, wisatawan juga dapat melihat kebudayaan yang melekat di masyarakat melalui pertunjukkan kesenian misalnya. Salah satu yang kesenian yang bisa disuguhkan kepada pengunjung adalah kesenian gejog lesung. Hal diatas tentunya dapat meningkatkan minat dan keingintahuan yang tinggi dari pengunjung. Selain itu tidak lupa juga untuk memberikan fasilitas keamanan dan tetap menjaga kebersihan kawasan wisata.
Untuk melakukan kegiatan revitalitas dan rekronstruksi seperti diatas diperlukan kerja sama yang baik kepada masyarakat. Hal ini bisa dilakukan melalui kegiatan pemberdayaan masyarakat yang meliputi dari perencanaan local dan regional yang bersifat buttom-up, manajemen local dan peningkatan partisipasi masyarakat dalam setiap kegiatan (Mulyono Sadyohutomo, 2008). Selain itu revitalisasi sebuah kawasan ini juga mencakup perbaikan aspek fisik, aspek ekonomi dan aspek social (Jusuf Susanto, 2006) . Hal yang dimaksud dari aspek fisik, ekonomi dan sosial merupakan kegiatan yang diawali secara fisik, revitalisasi yang dilakukan secara bertahap, meliputi perbaikan dan peningkatan kualitas dan kondisi fisik bangunan, tata hijau dan  sistem penghubung.  Aspek ekonomi merupakan revitalisasi yang diawali dengan proses peremajaan artefak urban harus mendukung proses rehabilitasi kegiatan ekonomi. Aspek sosial merupakan keberhasilan revitalisasi sebuah kawasan akan terukur bila mampu menciptakan lingkungan yang menarik. Sudah menjadi sebuah tuntutan yang logis, bahwa kegiatan perancangan dan pembangunan suatu kawasan untuk menciptakan lingkungan sosial yang berjati diri. Maka pengembangan ini bertujuan hanya untuk pengembangan masyarakat menuju masyarakat yang sejahtera.


DAFTAR PUSTAKA
Sadyohutomo, Mulyono. 2008. Manajemen Kota dan Wilayah. Bandung. Bumi Raksa
Kozlowski, jerzy. 1997. Pendekatan Ambang batas dalam Perencanaan Kota, Wilayah dan Lingkungan. Jakarta: Penerbit Universitas Indonesia.














Gunung kidul mungkin tak banyak orang yang mengenalnya. Atau kalaupun mengenal, sekedar kesan kekeringan semata. Sebagian wilayah Gunung Kidul merupakan daerah tandus, dimana pada musim kemarau sering terjadi bencana kekeringan. Kabupaten Gunung Kidul, adalah sebuah kabupaten di Provinsi Daerah Istimewa Yogyakarta, dengan Ibukota Wonosari. Kabupaten Gunung Kidul terdiri atas 18 kecamatan, yang dibagi lagi atas sejumlah desa dan kelurahan. Pusat pemerintahan di Kecamatan Wonosari. Sebagian besar wilayah kabupaten ini berupa perbukitan dan pegunungan kapur, yakni bagian dari Pegunungan Sewu. Wilayah Gunung Kidul di ujung Selatan Provinsi Daerah Istimewa Yogyakarta selama ini dikenal sebagai lumbung kemiskinan. Daerah ini dikenal gersang dan sulit air. Namun, di balik gersangnya perbukitan kapur di wilayah itu, ada potensi wisata yang tersembunyi. Banyak karya Tuhan yang sedemikian mempesona, tertanam di sana. Pantai, gunung, goa, budaya masyarakat yang unik menjadi bukti bahwa Gunungkidul bukanlah tanah buangan


Wilayah Gunung Kidul di ujung Selatan Provinsi Daerah Istimewa Yogyakarta selama ini dikenal sebagai lumbung kemiskinan. Daerah ini dikenal gersang dan sulit air. Namun, di balik gersangnya perbukitan kapur di wilayah itu, ada potensi wisata yang tersembunyi.

Kawasan "karst" Kali Suci di Desa Pacarejo, Kecamatan Semanu, Kabupaten Gunungkidul, Daerah Istimewa Yogyakarta (DIY), berpotensi menjadi andalan wisata gua batu kapur lempeng Gunungsewu di wilayah setempat.

Kepala Bidang Pengembangan Produk Wisata Dinas Pariwisata dan Kebudayaan Kabupaten Gunungkidul Birowo Adhie di Wonosari, Senin (13/7), mengatakan, kawasan Kali Suci berpotensi menjadi obyek wisata minat khusus yang layak jual, baik kepada wisatawan nusantara, maupun wisatawan mancanegara.
   
"Kali Suci merupakan wisata petualangan susur gua yang dipadukan dengan arung jeram yang sangat menarik. Obyek wisata ini akan kami kenalkan menjadi sebuah wisata andalan di Gunungkidul," katanya.
   
Adapun obyek wisata gua alam lain yang akan dikembangkan, menurut Birowo, adalah Gua Paesan Tambakromo di Ponjong, Gua Grubug di Semanu, Gua Lawa di Ponjong, dan beberapa gua lainnya.
   
"Sedangkan untuk kawasan hutan di antaranya Hutan Wanagama, hutan lindung di Pantai Wediombo, dan obyek lainnya, seperti upacara adat, cing-cinggoling, serta bersih desa dan rasulan di Hutan Wonosadi," katanya.
   
Birowo mengatakan, wilayah Kabupaten Gunungkidul memiliki potensi alam yang luar biasa, baik kawasan hutan serta pegunungan "karst" yang bernilai jual tinggi jika dikembangkan dengan baik.
   
"Keunggulan kawasan Kali Suci sebagai obyek wisata antara lain adanya sungai bawah tanah dan gua alam yang cukup indah. Dengan pengembangan yang tepat, kawasan tersebut akan menjadi tujuan wisata yang menarik," katanya.
   
Namun, untuk menjadikan obyek wisata itu menjadi andalan, kata dia, perlu upaya pengembangan serius oleh Pemerintah Kabupaten Gunungkidul, termasuk pelestarian lingkungan agar kawasan setempat tetap terjaga keasliannya.
   
"Wisatawan yang mengunjungi kawasan Kali Suci akan bisa menikmati keindahan lima aliran sungai bawah tanah yang menarik melalui Gua Suci, Glatikan, Gelung, Buri Omah, dan Brubug. Aliran sungai di lima gua sepanjang satu kilometer ini bisa ditempuh menggunakan perahu," katanya.
   
Ia mengatakan perpaduan wisata susur gua dengan menggunakan perahu mirip arung jeram menjadi daya tarik yang akan ditawarkan oleh Dinas Pariwisata Gunungkidul.
   
Menurut dia, potensi wisata ini cukup baik, dan masyarakat sekitar juga sudah ikut berperan, antara lain dengan menyediakan lokasi parkir, jadi pemandu, dan menyediakan warung makan.
   
Dengan demikian, diharapkan, obyek wisata tersebut semakin dikenal dan mampu menggerakkan roda perekonomian masyarakat setempat.