KENALKAH JENIS KONSERVASI ?

Senin, 06 April 2015

PENINGKATAN FUNGSI TOWN HALL SEBAGAI TAMAN KOTA MELALUI REVITALISASI

By: Rahel Pamian (114120045)

Kota Sangatta terkenal akan sumberdaya batubaranya dengan ikon PT. Kaltim Prima Coal yang melakukan eksplorasi sejak tahun 1991. Sebagai perusahan batubara terbesar di Indonesia, PT. KPC perlu menunjang kesejahteraan karyawan mulai dari tunjangan kesehatan, pendidikan, hingga tempat tinggal. Berdasarkan hal itu, PT. KPC membangun sebuah perumahan untuk karyawan perusahan yang dilengkapi beberapa fasilitas untuk menunjang kehidupan karyawannya secara khusus. Perumahan yang dibangun di daerah Sangatta Utara ini memiliki fasilitas diataranya sekolah, koperasi, bank, rumah sakit, kolam renang, lapangan bola, pasar, dan taman bermain anak. Fasilitas tersebut berada di dalam suatu wilayah yang lebih dikenal dengan sebutan Town Hall.


Town Hall adalah tempat yang tidak asing lagi bagi masyarakat Kota Sangatta. Gapura dituliskan sentra niaga Swarga Bara menunjukan tempat ini adalah pusat perdagangan. Sebagai kota yang baru berdiri, tentu saja fasilitas rekreasi sangat minim. Pemanfaatannya pun meluas dan berkembang. Perkembangan Town Hall menjadi pusat hiburan pada mulanya sangat baik dan terus meningkat. Hal ini terlihat semakin banyak masyarakat yang membuka usaha kedai makanan, minuman, majalah, aksesoris, hingga binatang peliharaan. Terdapat juga beberapa deret pertokoaan yang menjual pakaian, sembako, dan lain sebagainya. Town Hall adalah pemberhentian terakhir angkutan umum sehingga pengunjung yang datang maupun pergi tidak kesulitan akan sarana trasportasi. Segi ekonomi ini tentu meningkatkan taraf hidup dan mata pencaharian masyarakat.


Town Hall juga memiliki taman bermain anak sehingga para orang tua dapat mendampingi dan memberikan waktu berkualitas kepada anak dan keluarga. Kedai makanan pun menjadi tempat berkumpul favorit para remaja menghabiskan waktu bersama. Kolam renang, lapangan bola, dan lapangan serbaguna menjadi favorit masyarakat untuk berolahraga. Masyarakat sering berinteraksi dan berkomunikasi, hal inilah yang diharapkan tebangun yaitu keakraban dalam masyarakat. Kedai-kedai makanan setiap siangnya ramai oleh para orang tua yang menunggu anak-anaknya pulang sekolah ataupun makan siang bersama karyawan. Ketika siang hari TownHall akan penuh oleh orang-orang berbaju orange atau biru keabuan yang menunjukan karyawan PT.KPC yang sedang beristirahat.










Gambar 2 Fasilitas Townhall ( Kolam Renang, Kedai Makanan PKL, Lapangan Tenis, Taman Bermain Anak)
(Sumber: Google Image)

        Namun seiring berjalannya waktu terdapat kemerosotan fungsi. Masyarakat sepertinya menghadapi titik jenuh, hal ini mulai terlihat sejak lima tahun terakhir. Ketika Town Hall mulai kehilangan pengunjung. Angkutan umum yang berhenti tidak menurunkan seorang penumpang pun, kedai-kedai mulai tutup karena tidak ada pembeli, toko-toko gulung tikar karena pemiliknya mengaku barangnya tidak laku. Lapangan bola rumputnya semakin tinggi dan sepi, kolam renang dan taman bermain tidak memiliki jadwal tetap jam buka dan tutup. Ironinya hal ini terus semakin buruk. Townhall yang dulunya ramai dan penuh kegembiraan menjadi sepi dan kosong. Masyarakat cenderung menghabiskan waktu dirumah.

Titik jenuh yang dimiliki masyarakat ini harus ditanggapi dengan inovasi dan kreativitas salah satunya dengan revitalisasi kawasan. Dalam kamus besar Bahasa Indonesia, revitalisasi berarti proses, cara, dan perbuatan menghidupkan kembali suatu hal yang sebelumnya kurang berdaya. Revitalisasi mengandung makna menjadikan sesuatu menjadi penting dan perlu sekali. Ada tiga kunci utama dalam perancangan kawasan, yaitu “figure-ground, linkage, dan image” (Trancik, 1986). Figure-ground membahas mengenai bentuk-bentuk dari kawasan yang dirancang baik secara vertikal maupun horizontal, linkage membahas tentang jalinan dan hubungan yang terjadi pada kawasan, sedangkan image menyangkut hal-hal yang berpengaruh pada citra kawasan. Ketiga konsep diatas merupakan landasan untuk menciptakan konsep revitalisasi untuk mendukut potensi Town Hall memiliki mutu yang lebih baik.



Konsep revitalisasi yang dirancang dari segi Figure-ground mengadopsi dari beberapa taman kota dunia salah satunya Bryant Park. Hal pertama adalah memberikan nuansa warna pada setiap sisi Town Hall. Tempat yang terkesan monoton ini perlu diberikan beberapa sentuhan warna cerah agar dapat mempengaruhi emosional pengunjung. Bangunan toko, kedai, fondasi, dan dinding apapun dicat dengan warna cerah seperti merah, kuning, hijau, biru dan lain sebagainya. Tangan kreatif anak muda yang terkadang mencoret sembarang tempat dengan cat semprot sekarang diberi kebebasan berekspresi di beberapa bangunan, misalnya saja difokuskan pada pertokoan sedangkan kedai dengan warna solid. Selain bermain dengan warna dinding, warna lainnya dapat dihasilkan dari tanaman. Di beberapa sudut atau jalan ditanamin berbagai jenis tanam, mulai dari rumput-rumputan, bunga hingga pohon. Detail taman termasuk menghias pembatas pedestrian menuju taman, memilih  ukuran gravel untuk promenade, dan mendesain tempat sampah sehingga masyarakat juga ingat akan menjaga kebersihan.Selain menambah kesan warna, suasana asri yang menyejukan dapat menjadi nilai tambah.

Penambahan televisi raksasa juga dapat menjadi salah satu hiburan masyarakat. Lokasi dapat memanfaatkan lapangan kosong yang gersang diantara bangunan kios pkl, perpustakaan sekolah, bank, dan pertokoan. Tanah gersang dapat ditanami rumput dan ditambah beberapa kursi taman sebagai aksen pengisi ruang. Cuaca Sangatta memang cukup panas karena berada dekat dengan katulistiwa, maka dari itu penanaman pohon atau tanaman lainnya yang menghalangi sinar matahari langsung dapat menjadi pilihan. Pintu perpustakaan yang langung mengarah ke lapangan tersebut bisa jadi menjadi magnet pengunjung untuk meningkatkan keinginan membaca.




Revitalisasi bukan berorientasi pada penyelesaian keindahan fisik saja, tetapi harus dilengkapi peningkatan ekonomi masyarakat serta pengenalan budaya yang ada. Keterlibatan masyarakat bukan sekedar ikut serta mendukung aspek formalitas namun memerlukan partisipasi masyarakat, selain itu masyarakat yang terlibat tidak hanya masyarakat di lingkungan tersebut (Laretna, 2002). Oleh karena itu konsep kedua yaitu linkage yang akan dicanangkan adalah program untuk area olahraga, taman bermain, kuliner, dan lapangan serbaguna. Beberapa wacana diantaranya adalah jadwal olahraga bola, renang, basket, tenis, senam, dan olahraga lainnya yang terbagi berdasarkan kategori usia dan jenis kelamin. Hal ini menjadi penting karena komunikasi lebih akrab ketika bergaul dengan kelompok seumuran. Lomba antar RT, desa hingga kecamatan dapat dijadwalkan sekitar dua tahun sekali, sehingga masyarakat kecamatan yang paling jauh dari Sangatta Utara juga merasa memiliki taman ini. Jadwal pemutaran tayangan di televisi raksasa juga diatur, bahkan masyarakat bisa berperan memberikan saran dan request kepada pihak pengelola. Pagelaran seni dan budaya mulai dari tarian, nyanyian, hingga kuliner juga bisa dilaksanakan di lapangan serbaguna.







Revitalisasi adalah upaya untuk memvitalkan kembali suatu kawasan atau bagian kota yang dulunya pernah vital/hidup, akan tetapi kemudian mengalami kemunduran/degradasi. (Harris, 2012). Seperti halnya Sentra Niaga Swarga Baru yang mengalami titik jenuh, revitalisasi diharapkan mampu membangun image baru kepada masyarakat untuk mengubah pandangan membosankan menjadi taman kota yang menyenangkan dan nyaman. Image menjadi penting karena mempengaruhi pandangan masyarakat sebagi bentuk sugesti. Pentingnya membangun image taman kota karena akan berdampak pada keberlangsungan dan pengembangannya. Ketika ketiga konsep diatas berjalan beriringan dan saling mempengaruhi maka fungsi taman kota yang seharusnya pasti akan kembali seperti semua bahkan lebih baik. Oleh karena itu, peran baik dari pemerintah, pengelola, hingga masyarakat yang dapat mewujudnyatakan konsep yang terlihat baik dalam susunan kata diatas kertas.

Daftar Pustaka

Laretna, Adishakti. 2002. Revitalisasi Bukan Sekedar “Beautification”. Urdi Vol.13, www.urdi.org (Urban and Reginal Development Institute)
Harris, Soepardi, dkk. 2012. Revitalisasi Taman Wisata Sangraja Menjadi Pusat Wisata Edukasi dan Kebudayaan di Majalengka. Program Studi Teknik Arsitektur, FTMIPA, Universitas Indraprasta PGRI

Trancik, Roger.1986. Finding The Lost Space. Van Nostrand: New York