KENALKAH JENIS KONSERVASI ?

Kamis, 26 November 2015

Revitalisasi Malioboro Menuju Pedestrian Ramah Lingkungan.

M A L I O B O R O
PERAN CITRA

•  Ikon kawasan wisata kota
  Sentra perdagangan dan jasa
  Ruang ekpresi seni dan budaya
  Kawasan ruang publik kota
  Potret wajah dan dinamika kota

Daerah Istimewa Jogjakarta dengan wilayah seluas 32,5 km2,  beribukota di Jogjakarta, sebuah kota yang kaya predikat, pernah sebagai Ibukota Republik Indonesia, kota kebudayaan, kota pendidikan serta kota pariwisata.

Dalam peta kepariwisataan nasional, potensi Daerah Istimewa Jogjakarta menduduki peringkat kedua setelah Bali, hal ini karena adanya beberapa faktor seperti ; keragaman obyekkesiapan sarana penunjang wisata, sumber daya manusia yang memenuhi baik kualitas maupun kuantitas, wisata industri yang terdapat tidak kurang dari 70.000 industri kerajinan tangan, fasilitas akomodasi dan transportasi termasuk internasional airport Adisucipto, aneka jasa boga, biro perjalanan, serta dukungan pramuwisata yang memadai dan pengamanan wisatawan domestik maupun internasional.

Daerah Istimewa Jogjakarta sebagai propinsi tujuan utama (primary destination) bagi wisatawan nusantara maupun wisatawan mancanegara. Sebutan Prawirotaman dan Sosrowijayan sebagai 'kampung internasional' membuktikan kedekatan atmosfir Jogjakarta dengan 'selera eksotisme' wisatawan mancanegara.

Latar Belakang Revitalisasi Malioboro
• Malioboro sebagai simbol pariwisata Jogjakarta yang berarti bahwa menjadi milik, bukan hanya 
   masyarakat Jogjakarta tetapi adalah milik dari masyarakat wisatawan baik nasional maupun wisatawan 
   mancanegara.
• Kondisi Malioboro saat ini sangat padat dan terkesan kurang tertata dengan baik dari aspek fungsi 
   transportasi, fungsi pejalan kaki maupun fungsi bisnis karena pertokoan-pertokoan yang ada justru 
   tertutup oleh Pedagang Kaki Lima.
• Dari sisi legal, kontradiktif antara fungsi transportasi dan fungsi bisnis terutama fungsi jalan di pakai 
   untuk parkir sepeda motor maupun kendaraan tidak bermotor.
• Dari sisi sosial kemanusiaan terlihat kurang manusiawi dan dari segi budaya terjadi perubahan makna 
   dari sejarah Malioboro itu sendiri.


Maksud dan Tujuan
1. Mengembalikan fungsi Malioboro sebagai SIMBOL PARIWISATA Daerah Istimewa Jogjakarta yang 
    tertata dengan rapi, bersih, baik dan manusiawi.
2. Malioboro pada event tertentu bisa difungsikan sebagai PANGGUNG SENI BUDAYA antara lain 
    Pementasan Seni Tari, Pameran Seni Lukis, Pameran Seni Patung, Pameran Seni Batik dan Seni 
    Budaya lainnya.
3. Malioboro sebagai Central Business District (CBD), maka harus tetap merespon sebagai 
    kawasan bisnis yang ada termasuk merespon/memperhatikan Pedagang Kaki Lima (PKL) dengan 
    diberikan tempat dikawasan Malioboro dan ditata dengan baik.
4. Malioboro sebagai CITY WALK (PEDESTRIAN) yang aman, nyaman dan memberikan suasana 
    lingkungan yang asri.
5. Mengalihkan jalur lalu lintas yang melewati Malioboro ke wilayah samping kanan dan kiri jalan 
    Malioboro dan memberikan fasilitas parkir antara lain berupa gedung parkir yang tidak jauh dari jalur 
    jalan Malioboro.


Grand design Revitaisasi Malioboro yang mengarah ke Pedestrian, tetap pendekatnnya culture bukan pendekatan sosio ekonomi, desainyai merupakan perpaduan dari 5 konsep pemenang Sayembara penataan Kawasan Malioboro beberapa waktu yang lalu. Dikarenakan masih rencana, silahkan urun rembug ...


Prospektif Malioboro Masa Depan
1.Pertumbuhan ekonomi sebagai dampak perkembangan usaha retail diwilayah kawasan Malioboro.
2.Pengembangan kreatifitas dan pendidikan seni budaya yang sangat beragam di daerah Jogjakarta.
3.Meningkatnya daya tarik pariwisata karena terjamin kenyamanan, keamanan, keasrian serta 
   terpenuhinya fasilitas-fasilitas pariwisata.
4.Terbangunnya integrasi obyek pariwisata di kawasan Malioboro seperti dengan Gedung Agung
   Benteng Vandernberg, Pasar Beringharjo, Taman Pintar, Kawasan Alun-Alun Utara, Keraton
   Kawasan Pecinan, Taman Sari, Pasar Burung serta kawasan sekitarnya.
5.Terjadi pelestarian GARIS IMAJINER dari TuguAlun-Alun Utara – KeratonKrapyak.
6.Dan dampak-dampak pengembangan yang positif di Kawasan Malioboro dan sekitarnya.


Juara 1 Lomba
Juara 1 Lomba
Persiapan;
  1. Diskusi dan Presentasi
  2. Kesepakatan Bersama (MOU)
  3. Survey dan Pra-Feasibility Study
  4. Konsep Design
  5. Feasibility Study
  6. Perjanjian Kerjasama (Joint Agreement)
  7. Pengembangan Design & AMDAL

  8. Detail Design.

Pelaksanaan Pembangunan
  1. Sosialisasi
  2. Pengaturan Traffic Lalu Lintas
  3. Manajemen Security Kawasan 
      Pembangunan
  4. Relokasi sementara PKL-
      PKL yang ada
  5. Penataan Utility yang ada
  6. Pelaksanaan Pembangunan, 
      didahulukan Parkir Abu 
      Bakar Ali, Titik Nol 
      Kilometer,  Pedestrian depan 
      Istana Presiden, gedung 
      parkir di  sebelah pasar 
      Beringharjo dan ex. PU 
      untuk parkir dan 
      Pusat Rencana Pragram 
      Strategis DIY.
  7. Pelaksanaan Pembangunan 
      City Walk dengan metode 
      Top Down System atau 
      Open Cut System.

Pengoperasian dan Pengelolaan 
Kawasan Terevitalisasi. 
  1.Pemantapan manajemen pengoperasian/pengelolaan
  2. Soft Opening
  3. Grand Opening.
Juara Harapan 1
Juara Harapan 1
Variasi Desain depan Pura Kencana Toko
Konsep pengembangan City Walk Malioboro akan memperkokoh posisi Jogjakarta dalam peta Kepariwisataan Nasional dan Internasional.

Salah satu suasana rancangan di NOL Kilimeter


Perubahan-perubahan masih mungkin dilakukandan pembahasan lanjutan sangat diperlukan 
dalam rangka menyamakan persepsi untuk terlaksananya rencana pengembangan dan 
kerjasama.

Path Ha Na Ca Ra Ka

Dukungan dari Pemda Daerah Istimewa Jogjakarta akan sangat membantu untuk 
merealisasikan konsep pengembangan dan penataan kawasan Malioboro.



Bollart Bulat