KENALKAH JENIS KONSERVASI ?

Rabu, 06 Januari 2016

PENINGKATAN FUNGSI PASAR TRADISIONAL MELALUI PROSES REVITALISASI

Tika Febriana
114120011
Duri adalah ibu kota kecamatan Mandau, kabupaten Bengkalis, Riau, Indonesia. Duri terletak di kecamatan Mandau, berada di lajur Jalan Raya Lintas Sumatera, sekitar 120 km dari Pekanbaru dalam perjalanan menuju Medan. Duri berbatasan langsung dengan Dumai di utara, kecamatan Pinggir di selatan, dan kecamatan Rantau Kopar di barat. Dengan letak wilayah kecamatan berada pada 100o56’10” lintang utara sampai dengan 101043’26” lintang utara dan 0056’10” bujur timur sampai dengan 1028’17” bujur timur.
Gambar 1. Peta  Provinsi Riau

            Kecamatan Duri merupakan salah satu kecamatan Terkaya di indonesia, karena bermilyar2 barrel Minyak bumi udah di keruk dari daerah ini sejak berpuluh-puluh tahun yang silam. Duri bukan kota besar seperti Bandung, Jakarta, ataupun Medan. Duri hanyalah kota kecil yang berada di Riau, ibukotanya Pekanbaru. Walaupun hanya kota kecil , tetapi Duri punya contribute besar dalam export minyak dunia dan menyumbang sekitar 60% produksi minyak mentah di Indonesia. Hal ini karena 90% wilayahnya merupakan penghasil minyak dibawah naungan PT.Chevron Pasific Indonesia.


Gambar 2 kondisi pasar tradisonal Mandau

               
                Dengan terkenalnya kota Duri dengan sebutan kecamatan terkaya di Indonesia karena 90% wilayahnya menghasilkan minyak bumi, namun fasilitas yang ada di kota tersebut tidak memadai salah satu contohnya terdapat pasar tradisonal yang sangat memprihatinkan keadaannya yaitu pasar tradisional Mandau. Pasar ini memiliki tempat yang sempit, jorok dan menyebabkan jalan utama yang berada didekat pasar tersebut selalu macet yang diakibatkan banyaknya pedagang kaki lima yang berjualan dipinggir jalan utama yang menyebabkan jalan semakin sempit. Oleh sebab itu dibutuhkan revitalisasi pasar agar pasar lebih tertata dan layak untuk di pakai.

Gambar 3 kondisi pasar tradisonal Mandau
Masalah infrastruktur yang hingga kini masih menjadi masalah serius di pasar tradisional adalah bangunan dua lantai yang kurang populer di kalangan pembeli, kebersihan dan tempat pembuangan sampah yang kurang terpelihara, kurangnya lahan parkir, dan buruknya sirkulasi udara. Belum lagi ditambah semakin menjamurnya PKL yang otomatis merugikan pedagang yang berjualan di dalam lingkungan pasar yang harus membayar penuh sewa dan retribusi. Kondisi pasar tradisional pada umumnya memprihatinkan. 1 Faktor lain yang juga menjadi penyebab kurang berkembangnya pasar tradisional adalah minimnya daya dukung karakteristik pedagang tradisional, yakni strategi perencanaan yang kurang baik, terbatasnya akses permodalan yang disebabkan jaminan (collateral) yang tidak mencukupi, tidak adanya skala ekonomi (economies of scale), tidak ada jalinan kerja sama dengan pemasok besar, buruknya manajemen pengadaan, dan ketidakmampuan untuk menyesuaikan dengan keinginan konsumen.
Dengan program revitalisasi pasar tradisional diharapkan akan membuat perkembangan pasar tradisional tidak kalah dengan pasar modern dan akhirnya masyarakat merasa terpenuhi dan terlayani kebutuhannya oleh pasar tradisional. Dan juga akan tetap mempertahankan pasar tradisional sebagai pusat kegiatan ekonomi rakyat.
Gambar 2 kondisi pasar tradisonal Mandau
Program revitalisasi pasar tradisional haruslah tidak hanya dikaitkan dengan perbaikan sarana fisik semata namun revitalisasi ini harus merupakan konsep yang menyeluruh dari semua aspek dalam membenahi pasar tradisional. Karena sekarang ini yang terjadi adalah revitalisasi pasar tradisional hanya berupa rehabitalisasi bangunan fisik ataupun merelokasi pasar lama ke lokasi baru, dan inipun kebanyakan banyak menggusur pedagang-pedagang lama karena tidak mampu membeli toko atau kios di tempat yang baru tanpa ada bantuan pemodalan. Revitalisasi pasar tradisional harus menjadikannya sebagai pusat ikon perekonomian suatu daerah, pasar tradisional sebagai simbol kewirausahaan daerah, sebagai indikator ekonomi suatu daerah, dan bahkan menjadi identitas sosial-ekonomi dan budaya bangsa. Revitalisasi pasar tradisional harus dijalankan dengan berbagai aspek yang bekerja secara paralel dan tidak parsial maupun tidak setengah-setengah.
Gambar 3. Pasar Tradisional Terevitalisasi
Pertama aspek tata kelola dan kelembagaan pasar. Tata kelola pasar tradisional yang buruk menjadi hambatan revitalisasi dan berpotensi memandulkan program perbaikan fisik pasar. Aspek tata kelola ini harus menentukan kedinasan mana yang bertanggung jawab dalam program revitalisasi pasar tradisional ini dan kedinasan tersebut harus melakukan koordinasi yang kuat dengan instansi, kedinasan lainnya atau pihak penyedia jasa finansial dalam pelaksanaanya. Serta juga harus ditentukan parameter-parameter pengukur keberhasilan kinerjanya. Jangan sampai ada duplikasi program antar instansi atau antar kedinasan perihal program revitalisasi ini. Kedua aspek finansial, yaitu penguatan pemodalan kepada para pedagang, seperti akses terhadap jasa keuangan serta skema pembiayaannya. Ini jangan hanya dijadikan program di atas kertas, tetapi benar-benar diterapkan agar para pedagang yang sebagian besar dari kalangan menengah ke bawah bisa meningkatkan permodalannya. Ketiga, aspek distribusi dan kontrol kualitas barang yang sampai saat ini tidak pernah diprogramkan. Yang terakhir atau aspek keempat ialah perbaikan sarana fisik dan infrastruktur pasar yang selama ini menjadi andalan pemerintah dalam program revitalisasi pasar. Namun perencanaan yang matang dan pengawasan yang ketat saat pembangunannya sangat sekali perlu ditingkatkan agar nantinya fisik bangunan dan infrastruktur yang bagus bisa digunakan dalam jangka
panjang dan tidak mubazhir.
Gambar 3. Pasar Tradisional Terevitalisasi
Revitalisasi adalah upaya untuk memvitalkan kembali suatu kawasan atau bagian kota yang dulunya pernah vital/hidup, akan tetapi kemudian mengalami kemunduran/degradasi. (Harris, 2012). Seperti halnya pasar tradisional mandau ini dengan adanya revitalisasi diharapkan mampu memenuhi segala kebutuhan masyarakat.
DAFTAR PUSTAKA
Laretna, Adishakti. 2002. Revitalisasi Bukan Sekedar “Beautification”. Urdi Vol.13, www.urdi.org (Urban and Reginal Development Institute)

Rizal Khoirul dkk. 2006. Revitalisasi pasar tradisional menjadi pasar modern. Universitas Negri Yogyakarta