KENALKAH JENIS KONSERVASI ?

Minggu, 26 Juni 2016

REVITALISASI TERMINAL BARANANGSIANG BOGOR SEBAGAI TERMINAL TERINTEGRASI UNTUK PENUNJANG FASILITAS TRANPORTASI BAGI MASYARAKAT DAN WISATAWAN


OLEH : RIZKY RAMADYANZA/114130074

Kota Bogor adalah sebuah kota di Provinsi Jawa Barat, Indonesia. Kota ini terletak 59 km sebelah selatan Jakarta, dan wilayahnya berada di tengah-tengah wilayah Kabupaten Bogor. Dahulu luasnya 21,56 km², namun kini telah berkembang menjadi 118,50 km² dan jumlah penduduknya 1.030.720 jiwa (2014). Kota Bogor merupakan salah satu kota penyangga ibu kota dengan kondisi alam yang relatif lebih nyaman dibandingkan kota penyangga lainnya sehingga menjadi alternatif permukiman bagi penduduk, baik yang datang dari sekitar Bogor maupun dari daerah lainnya. Selain itu Kota Bogor merupakan kota wisata dan kota penghubung antara daerah seperti Cianjur, Sukabumi, Depok dan Jakarta.
Sebagai kota penyangga ibu kota sudah seharusnya Kota Bogor mempunyai fasilitas tranportasi yang memadai dan berstandar untuk menunjang mobilitas kegiatan masyarakat baik untuk bekerja maupun untuk berwisata salah satunya adalah terminal. Kota Bogor mempunyai terminal yang terbesar, tertua dan tersibuk yaitu Terminal Baranangsiang. Terminal ini juga titik penghubung Bogor dengan kota lainnya. Ribuan orang memanfaatkan terminal ini baik yang hendak ke luar Bogor maupun ke dalam Bogor.
Gambar 1.1 Kondisi Eksisting Terminal Baranagsiang Bogor. 2016
Menurut Nasution (2004:15), transportasi diartikan sebagai pemindahan barang dan manusia dari tempat asal ke tempat tujuan. Proses pengangkutanmerupakan gerakan dari tempat asal, dari mana kegiatan angkutan dimulai, ketempat tujuan, ke mana kegiatan pengangkutan diakhiri. Transportasi selalu menjadi bahasan utama terkait tema penataan suatu daerah atau kawasan. Melalui manajemen dan infrastruktur transportasi yang baik, mobilitas masyarakat dan roda ekonomi bisa berjalan secara simultan dan berkesinambungan. Tak hanya moda transportasinya, isu ini juga berkaitan erat dengan model atau konsep terminal-nya. Terminal sebagai sentral utama pengendalian sarana transportasi, memiliki peran yang cukup vital dalam menunjang kelancaran jasa pengangkutan penumpang - dari ketepatan waktu, ketertiban naik turun penumpang, maupun lainnya.
Namun pada kenyatannya, kondisi terminal baranangsiang saat ini sangat memprihatinkan, terminal yang seharusnya menjadi penunjang untuk aktifitas masyarakat tampak terlihat tidak layak, hal ini dibuktikan dengan banyaknya aspal yang bolong, bangunan yang kumuh dan hampir rubuh, sampah berserakan, dan bau tidak sedap yang tentunya sangat mengganggu kenyamanan penumpang. Disisi lain juga hal tersebut berpeluang menjadikan terminal menjadi tempat tidak aman seperti tempat berkumpulnya preman, gelandangan yang berdampak pada kegiatan kejahatan.
           Revitalisasi terminal sangat diperlukan untuk penyegaran dan peningkatan fasilitas terminal. Revitalisasi ini berguna untuk menata ulang terminal baranangsiang yang diharapkan dampaknya akan sampai terhadap masyarakat, pengusaha dan pemerintah baik dari aspek ekonomi, aspek sosial dan aspek fisik. Kondisi yang lebih baik akan membuat terminal menjadi nyaman untuk digunakan bagi penumpang yang akan berpergian.
Revitalisasi adalah upaya untuk memvitalkan kembali suatu kawasan atau bagian kota yang dulunya pernah vital/hidup, akan tetapi kemudian mengalami kemunduran/degradasi. Skala revitalisasi ada tingkatan makro dan mikro. Proses revitalisasi sebuah kawasan mencakup perbaikan aspek fisik, aspek ekonomi dan aspek sosial. 
Sebagai sebuah kegiatan yang sangat kompleks, revitalisasi terjadi melalui beberapa tahapan dan membutuhkan kurun waktu tertentu serta meliputi hal-hal berikut:
1. Aspek fisik, fisik mengawali kegiatan fisik revitalisasi dan dilakukan secara bertahap, meliputi perbaikan dan peningkatan kualitas dan kondisi fisik bangunan, tata hijau, sistem penghubung, sistem tanda/reklame dan ruang terbuka kawasan (urban realm).
2.   Aspek Ekonomi
Revitalisasi yang diawali dengan proses peremajaan artefak urban harus mendukung proses rehabilitasi kegiatan ekonomi formal maupun informal (local economic development) sehingga bisa memberikan nilai tambah bagi daerah yang bersangkutan.

3.      Aspek sosial atau institusional
Revitalisasi tidak hanya sekedar fisik tetapi juga harus memberi dampak positif bagi dinamika dan kehidupan sosial masyarakat yang harus didukung dengan pengembangan institusi yang baik. Dalam hal ini unsur budaya juga memiliki pengaruh yang signifikan terhadap keberhasilan revitalisasi sebuah daerah.

            Pada revitalisasi Terminal Baranangsiang ini konsep yang digunakan adalah Transit Oriented Develoment atau pengembangan terminal diarahkan kepada suatu aktifitas terintegrasi dengan mengawinkan terminal dengan kegiatan bisnis retail, perhotelan dan perkantoran. Hal ini dipertimbangkan dari lokasi yang strategis dan juga perkembangan zaman. Rencana tersebut diantaranya adalah pembangunan terminal dengan fasilitas yang modern, pembangunan mall yang dikhusukan untuk kegiatan UKM dan perkantoran dan juga pembangunan hotel untuk penunjang pariwiasata di Kota Bogor.
            Terminal Baranangsiang ini nantinya akan dibuat 2 lantai yang mana lantai 1 dibuat untuk keberangkatan keluar kota dan lantai 2 digunakan untuk keberangkatan dalam kota. Selain itu juga akan di buat parkiran dengan 2 lantai yang mana dapat digunakan penumpang untuk menyimpan kendaraannya dan diharapkan masyarakat menjadi gemar menggunakan tranportasi umum untuk bekerja atau berpergian dengan fasilitas yang baik seperti rencana ini.




Keuntungan dari Revitalisasi terminal Baranangsiang diantaranya adalah :
1.   Terciptanya ketertiban lalu lintas dan mengurangi kemacetan.
2.   Membuat tampilan terminal menjadi bagus, rapih dan memiliki nilai estetika
3.   Meningkatkan pendapatan asli daerah dan terciptanya pemberdayaan pedangang dan pekerja di bidang tranportasi
4.   Menyerap tenaga kerja karena selain terminal juga terdapat pusat bisnis dan hotel
5.   Pengusaha dan supir bus sangat terbantu dengan adanya revitalisasi ini karena penumpang menjadikan terminal sebagai pusat kegiatan yang berkaitan dengan transportasi darat.
6.   Mengubah budaya masyarakat beralih menggunakan transportasi publik.


DAFTAR PUSTAKA

Ibrahim, Adam. 2010. Revitalisai Administrasi Pembangunan. Jakarta : Alfabeta.
Khairunisa. 2011. Analisa Potensi Wilayah Kecamatan Bogor. Bogor : IPB
Khozaini, Muhammad. 2015. Memaknai Optimalisasi Terminal Barangsiang. Bogor : Heibogor.com
Nasution, M.N. 2008. Manejemen Transportasi. Jakarta : Ghalia Indonesia.


Senin, 13 Juni 2016

Revitalisasi Kawasan Budaya Jetayu, Kelurahan Panjang Wetan, Kecamatan Pekalongan Utara, Kota Pekalongan, Jawa Tengah


Lusia Tri Untari
114130138
  
Pekalongan adalah salah satu bagian dari Jawa Tengah yang sangat strategis letaknya, memiliki dua wilayah yaitu kabupaten dan kota yang berbatasan langsung dengan pantai utara pulau Jawa. Karena letaknya yang sangat strategis berada di jalur Pantura, yaitu di antara Jakarta dan Surabaya, perekonomian Kota Pekalongan cukup maju di antara kota-kota lain di Jawa Tengah yaitu dalam bidang industri, perikanan dan properti. Dalam bidang perikanan, Kota Pekalongan memiliki sebuah pelabuhan perikanan terbesar di Pulau Jawa, Pelabuhan ini sering menjadi transit dan area pelelangan hasil tangkapan laut oleh para nelayan dari berbagai daerah. Selain menjadi kawasan pelabuhan, daerah ini juga terkenal dengan industri batiknya dan merupakan jaringan kota kreatif UNESCO yang memiliki city branding World’s City of Batik. Kota yang dipandang sebagai suatu obyek studi dimana didalamnya terdapat masyarakat manusia yang sangat kompleks, telah mengalami proses interelasi antarmanusia dan antara manusia dengan lingkungannya (Yunus, 2000).
Kawasan Budaya Jetayu merupakan kawasan pusat kota dari Kota Pekalongan yang berada di Kelurahan Panjang Wetan, Kecamatan Pekalongan Utara, Kota Pekalongan. kawasan ini berupa lapangan yang dikelilingi bangunan-bangunan tua jaman Belanda yang dahulunya merupakan pusat kegiatan dimasanya. Disekitar lapangan Jetayu terdapat Kantor Pos Pekalongan, Museum Batik yang dahulunya digunakan sebagai Kantor Administrasi Pabrik Gula Jaman Belanda. Selain itu terdapat pula sisa-sisa bangunan benteng yang sekarang dimanfaatkan sebagai rutan bagi paranapi di wilayah Pekalongan. Rata-rata bangunan tua disekitar lapangan Jetayu dibangun pada tahun 1700-1900an. Dan disekitar kawasan tersebut ada beberapa fasilitas umum yang masih digunakan sampai saat ini diantaranya Gereja, Rumah Sakit, Sekolah, dan Pasar.



Dilihat dari sejarahnya, kawasan ini merupakan kawasan yang maju pada masanya. Dan sekarang kawasan ini menjadi kawasan ramai pada jam-jam malam karena banyak yang ingin menghabiskan waktu dimalam hari di tempat ini. Ditunjang pula dengan adanya bangunan-bangunan tua yang sebagian besar yang ada diwilayah Pekalongan berada dikawasan ini.Kawasan lapangan Jetayu sering menjadi tempat untuk event-event besar seperti yang sering dilakukan tiap tahun yaitu Festival Batik Internasional.
Rencana revitalisasi kawasan ini yaitu menjadikannya kawasan City Walk dengan mengedepankan ruang terbuka hijau bagi masyarakat mengingat cuaca di Kota Pekalongan begitu panasnya, baik siang maupun malam hari. Dengan adanya fasilitas publik yaitu ruang terbuka hijau diharapkan masyarakat menemukan tempat untuk bersantai tanpa harus bayar mahal. Dengan menutup jalan yang ada didepan Museum Batik, dan membuka pagar besi yang ada dihalaman Museum Batik, diharapkan dapat mempermudah akses warga dari lapangan menuju Museum maupun GOR Jetayu.
Kawasan Jetayu, Pekalongan

Kerusakan lingkungan yang terjadi ternyata telah memicu kesadaran untuk melestarikan lingkungan dan sumber daya yang ada (Hermawan, 2014). Namun karena kurangnya perawatan sehingga banyak bangunan yang tidak terurus dan tiap tahun pasti daerah tersebut tergenang banjir dari Kaliloji yang berada tepat di selatan kawasan ini. Dengan menjadikannya ruang terbuka hijau bagi masyarakat, kawasan ini akan menjadi pusat budaya dan ikon Kota Pekalongan. Hasil dari suatu evaluasi sumberdaya menjadi suatu dasar bagi tahap-tahap selanjutnya dalam perencanaan dan pengembangan wilayah (Rustiadi, 2011).
Kawasan Jetayu, Pekalongan

Rencana ini akan didukung dengan adanya kantong-kantong parkir yang dibuat untuk menambah fasilitas umum di kawasan ini. Tepi Kaliloji akan dijadikan lahan parkir, dan Jl. Jetayu akan diberlakukan jalan dua arah dan Jl. Museum Batik Nasional akan ditutup sehingga para pejalan kaki bebas untuk menyambangi kawasan Museum dari arah lapangan Jetayu. Selain itu penataan bangunan yang akan menjadi wisata kota tua di Pekalongan akan ditambahkan dengan fasilitas toilet umum yang masih jarang di kawasan ini.
Dan sesuai dengan fungsinya yang tertera pada RTRW Kota Pekalongan tahun 2009-2029 bahwa Kawasan Lapangan Jetayu merupakan kawasan Cagar Budaya dan Kawasan Strategis karena terdapat aset bangunan bersejarah yang harus dilindungi dan dilestarikan. Penataan kawasan ini menjadi City Walk ditunjang juga dengan adanya Kawasan Pecinan di belakang gereja Katholik dan Kampung Arab di Jl. Surabaya. Diharapkan dengan adanya penataan ini, kawasan ini dapat menjadi daya tarik bagi wisatawan diluar Pekalongan.

Hermawan, Much Taufik Tri, dkk. 2014. Pengelolaan Kawasan Konservasi. Gadjah Mada University Press : Yogyakarta.
Rustiadi, Ernan. 2011. Perencanaan dan Pengembangan Wilayah. Jakarta : Crestpent Press

Yunus, Hadi Sabari. 2000. Struktur Tata Ruang Kota. Pustaka Pelajar : Yogyakarta.

Minggu, 12 Juni 2016

Revitalisasi Pantai Tanah Merah di Tanjung Harapan, Kecamatan Samboja, Kalimantan Timur




  By : Inggrit Karla Putri
114130015






Samboja merupakan sebuah Kecamatan yang terletak di Wilayah Pesisir Kabupaten Kutai Kartanegara, Provinsi Kalimantan Timur. Kecamatan Samboja memiliki luas wilayah mencapai 1.045,90 Km2 yang dibagi dalam 19 Kelurahan dan 4 Desa. Salah satu Kelurahan yaitu Tanjung Harapan memiliki pantai yang dikenal dengan nama Pantai Tanah Merah yang letaknya tidak begitu jauh terletak kurang lebih 14 km dari jalan raya Balikpapan - Samarinda.
Jalan menuju kawasan wisata buruk
Tidak terdapat fasilitas yang memadai
Banyak sampah yang ditinggalkan oleh para wisatawan
Sedikit pengunjung


Pantai Tanah Merah memiliki luas kurang lebih 8 ha. Pantai ini berpasir putih ditumbuhi pohon cemara yang tumbuh lebat memperindah pesisir pantai. Merupakan tempat yang sangat cocok untuk berekreasi atau berkemah sambil berburu kepiting dan memancing ikan. Tempat ini dapat dicapai dengan menggunakan kendaraan roda dua ataupun roda empat.
Lokasi Pantai Tanah Merah

Namun, kondisi pantai Tanah Merah ini terlihat kurang terawat karena kurangnya perawatan dari pemerintah sehingga perlu dilakukan revitalisasi agar kawasan pantai ini menjadi lebih terpadu dan lebih menarik lagi untuk dikunjungi oleh wisatawan.
Menurut Joyosuharto(2000) bahwa pengembangan pariwisata memiliki tiga fungsi,yaitu :
1.      Menggalakkan ekonomi
2.      Memelihara kepribadian bangsa dan kelestarian fungsi dan mutu lingkungan hidup
3.      Memupuk rasa cinta tanah air dan bangsa.

Untuk menjalankan ketiga fungsi tersebut diperlukan pengembangan obyek wisata dan daya tarik wisata, meningkatkan dan mengembangkan promosi dan pemasaran, serta meningkatkan pendidikan dan pelatihan kepariwisataan. Karena kawasan pantai ini kurang berkembang yang diakibatkan karena informasi yang sangat minim serta kurangnya tereksplor keindahan dari pantai ini. Selain itu juga disebabkan oleh keterbatasan fasilitas yang disediakan ditempat ini sehingga tidak dapat memenuhi keinginan pengunjung. Menurut (pendit,1999) unsur – unsur yang terlibat dalam pariwisata adalah akomodasi tempat tinggal, jasa boga dan restoran, beserta transportasi dan jasa angkutan, cinderamata, atraksi wisata.
foodcourt

Sementara itu kawasan pantai tanah merah ini belum terlalu diperhatikan oleh pemerintah setempat, sehingga sangat terbatas dari segi akomodasi tempat tinggal dan juga jalan menuju kawasan pantai tersebut masih dalam keadaan yang buruk karen masih berlubang dan cukup sempit, kawasan pantai ini juga cukup kurang dalam hal jasa boga dan restoran, transportasi dan jasa angkutan, atraksi wisata dan, souvenir. Sehingga perlu dilakukan pengembangan lebih lanjut agar kawasan pantai ini dapat menjadi lebih baik lagi. Beberapa nilai-nilai potensial yang dapat dikembangkan dari Pantai Tanah Merah ini adalah keindahan dari pohon – pohon cemara yang ada disekitar pantai sehingga memberikan keindahan pantai. Sebagai tempat untuk membudidayakan kepiting bakau karena terdapat banyak kepiting bakau pada daerah pantai, dan juga dapat dijadikan tempat refreshing dari para pegawai perusahaan – perusahaan besar yang ada di daerah samboja.

Dalam upaya meningkatkan mutu dan kualitas pantai Tanah Merah untuk meningkatkan perekonomian desa Tanjung Harapan dilakukan beberapa revitalisasi dengan konsep pariwista dan edukasi yaitu dengan tetap mempertahankan keindahan pantai namun dengan perbaikan dan penambahan fasilitas, penerangan yang bagus, membuat dan merapikan tempat parkir agar masyarakat yang datang berkunjung tidak menaruh kendaraan sembarangan sehingga mengganggu pengunjung lain, membuat lahan untuk pedagang secara rapi, perbaikan jalan menuju tempat wisata, dan membuat beberapa area permainan untuk anak-anak. Kemudian untuk konsep edukasi yaitu dengan mengajarkan kepada para pengunjung tentang cara dan bagaimana dalam membudidayakan kepiting bakau dengan cara diternakkan atau ditambak yang lokasinya berada di pesisir pantai Tanah Merah.
Arena Edukasi

Pantai Tanah Merah adalah salah satu objek wisata yang ada di Samboja yang harus dipertahankan dan dilakukan revitalisasi yang kemudian bertujuan untuk dapat meningkatkan perekonomian desa, dan memberikan lapangan pekerjaan pada masyarakat sekitar. Peran masyarakat sekitar dalam proses revitalisasi ini sangat dibutuhkan karena masyarakat yang memiliki pengetahuan lebih tentang keadaan kawasan pantai tanah merah ini. Revitalisasi kawasan ini juga dapat menambah pendapatan daerah di sektor pariwisata, revitalisasi ini juga memberikan dampak positif bagi masyarakat sekitar baik dibidang ekonomi, sosial, maupun budaya dan masyarakat dapat terlibat langsung dalam pengelolaannya dan tidak menjadi penonton di daerah atau wilayah mereka sendiri.
  
DAFTAR PUSTAKA
Mitchell, Bruce. Setiawan, B. Rahmi, Hadi, Dwita. 2007. Pengelolaan Sumberdaya dan Lingkungan.Universitas Gajah Mada: Yogyakarta.
Rustiadi, Ernan, dkk. 2011. Perencanaan dan Pengembangan Wilayah. Yayasan Pustaka Obor : Jakarta.


Revitalisasi Kawasan Teluk Kendari, Sulawesi Tenggara Menjadi Kawasan Wisata

By : Fegista Dwi Silia Maruru
114130184

Konsep pengembangan kawasan teluk di Indonesia sampai saat ini belum banyak berkembang. Padahal ditinjau dari fungsinya, teluk mempunyai arti penting bagi pengembangan wilayah. Teluk Kendari yang mempunyai fungsi yang sangat penting bagi wilayahnya. Pada umumnya teluk yang ada berfungsi sebagai pintu gerbang dan jalur transportasi bagi mobilitas orang dan barang dari dan ke luar wilayahnya. Namun karena teluk tersebut pada umumnya merupakan muara sungai maka ancaman dari pengendapan-pengendapan, sedimentasi, dan pencemaran akan selalu ada, terlebih lagi dari wilayah yang padat akan aktivitas. Ancaman akan kerusakan keanekaragaman hayati, banjir, serta abrasi juga selalu ada. Selain itu karena letaknya, maka kondisi teluk tidak akan terlepas dari pengaruh daerah atasnya (unpland), sehingga dalam rencana pengembangannya tidak boleh terlepas dari pengembangan daerah atasnya.


Kawasan Teluk Kendari merupakan salah satu aset yang dimiliki oleh Kota Kendari dan Propinsi Sulawesi Tenggara yang memiliki karakteristik yang unik. Salah satu keunikan yang menonjol dan menjadikan kawasan ini berbeda dengan kawasan lain adalah kondisi fisik kawasan ini yang menyerupai suatu estuaria. Kondisi ini sewajarnya membawa konsekuensi pada perencanaan Kawasan Teluk Kendari yang relatif berbeda dengan perencanaan kawasan lain di Kota Kendari. Selain keunikan kondisi geografis tersebut, Kawasan Teluk Kendari merupakan pintu gerbang Kota Kendari maupun Propinsi Sulawesi Tenggara dari arah laut. Oleh karenanya, pendekatan penyusunan rencana pengelolaan dan pengembangan kawasan ini harus memperhatikan karakteristik laut, pesisir, dan daerah up land atau hulunya.
 Pencemaran Pada Kawasan Teluk Kendari
Wilayah Kota Kendari yang sekaligus juga sebagai Ibukota Provinsi Sulawesi Tenggara secara geografis berada di 3º 58’ 3”- 4º 3’11” LS dan 122º 32” - 122º 36” BT . Teluk Kendari dilewati oleh 13 aliran sungai-sungai dengan 3 sungai yang cukup besar yaitu sungai wanggu, sungai kambu dan sungai lahundape yang bermuara ke Teluk Kendari menghadap langsung ke Laut Banda sehingga teluk ini kaya akan hasil lautnya.  Luas perairan Teluk Kendari ± 11,36 km2. Secara administrasi Teluk Kendari meliputi 6 Kecamatan yaitu Kendari, Kendari Barat, Mandonga, Kambu, Poasia, dan Abeli. Panorama Teluk Kendari cukup indah, terlebih kalau dilihat dari pegunungan yang mengelilingi teluk. Tepat di mulut Teluk Kendari terdapat Pulau Bungkutuko, pulau inilah yang mengakibatkan teluk ini bersifat menyerupai estuaria, karena wilayah teluk ini seolah olah tertutup dari pengaruh perairan laut bebas.
Faktor utama sehingga Teluk Kendari perlu di revitalisasi karena :
1.      Teluk kendari merupakan sentral kegiatan Kota Kendari, icon Kota Kendari yang juga ibukota provinsi Sulawesi Tenggara
2.      Merupakan kawasan perekonomian dengan berbagai aktivitas masyarakat diperairan maupun disekitar Teluk Kendari. Potensi besar wilayah Teluk Kendari dan sekitarnya mampu untuk meningkatkan pendapatan masyarakat sekitar.
3.      Terdapat sarana prasarana strategis seperti pelabuhan.
4.      Saat ini laju pendangkalan yang terjadi akibat sedimentasi sangat mengkuatirkan. Polusi sedimen dianggap menjadi salah satu resiko utama lingkungan air, karena banyak organisme air yang menghabiskan sebagian dari siklus hidup mereka pada sedimen (Hortellani, 2013). Jumlah sedimen yang banyak di dalam air memberikan dampak buruk seperti menurunkan kulaitas air, mengurangi penetrasi sinar matahari ke dalam air sehingga mengurangi kecepatan fotosintesis, mengurangi populasi ikan dan hewan air lainnya.

Apabila tidak dilakukan upaya antisipatif untuk permasalahan tersebut, maka keberadaan fasilitas penting seperti pelabuhan dan aktivitas masyarakat terancam kemanfaatannya. Sebab itu perlu usaha penyelamatan teluk kendari dari sedimentasi dan pencemaran, sekaligus meningkatkan manfaat ekonomi, lingkungan dan estetika melalui langkah-langkah:
·         Menetapkan kawasan teluk kendari sebagai kawasan strategis ekonomi
·         Mengatur dan menetapkan rencana pemanfaatan lahan kawasan teluk kendari
·         Melakukan inventarisasi pemilikan lahan disekitar teluk kendari
·         Merancang pembangunan teluk kendari secara terpadu dan menyusun kajian lingkungan hidup strategis


Arah Revitalisasi Kawasan Teluk Kendari dan Sekitarnya
-          Rencana revitalisasi yang akan dilakukan pada kawasan Teluk Kendari yang pertama adalah melakukan penggerukan lumpur, cukup baik untuk mengatasi sedimentasi yang terlanjur masuk ke teluk, dan menjaga serta memperluas ekosistem mangrove (menanam kembali mangrove yang telah rusak di kawasan teluk kendari) yang berfungsi untuk mencegah abrasi pantai. Kawasan mangrove tersebut akan dipelihara kelestarian dengan membangun barrier, tanda larangan, dan bekerjasama dengan instansi terkait dalam kelestarian hutan mangrove tersebut. Hutan mangrove dapat dijadikan objek wisata yang tetap dilindungi agar tidak dirusak oleh wisatawan.
Pelestarian Hutan Mangrove
-          Arah revitalisasi Kawasan teluk Kendari dan sekitarnya selanjutnya yaitu pembangunan wilayah secara terpadu, meningkatkan manfaat ekonomi, lingkungan dan estetika. Rencana revitalisasi diarahkan pada pembangunan Masjid, Hotel, Taman Kota, Plaza, Public Space, dan pelabuhan kapal nelayan. Pembangunan fasilitas wisata tersebut akan dibangun pada kawasan yang disediakan pemerintah yang menjadi kawasan Perdagangan dan jasa. Pengembangan pusat wisata tentunya akan bekerja sama dengan instansi instansi terkait untuk menjaga kelestarian dan kebersihan kawasan wisata juga mempersiapkan fasilitas umum (tempat pembuangan sampah), tanda-tanda larangan dan petugas agar menjaga kawasan wisata tetap bersih dan tidak menambah pencemaran terhadap kawasan teluk kendari.
Taman Kota dan Plaza 

Perlu kerjasama lintas kabupaten, kota, dan provinsi yang berjalan dengan baik, sehingga penanganan Teluk Kendari menjadi kegiatan yang terorganisir secara optimal. Oleh karen itu, yang diperlu dilakukan revitalisasi yang beretika lingkungan.
Rencana Pembangunan
                                                                         
  Masjid

Public Space
                                   
Daftar Pustaka
R.S. Damardjati 1995, Istilah-istilah Dunia Pariwisata. PT Pradnya Pramitha
Yananda, M.Rahmat. 2014. Branding Tempat : Membangun Kota, Kabupaten, an Provinsi Berbasis Identitas. Yogyakarta : MaknaInformasi


Senin, 06 Juni 2016

Revitalisasi Kawasan Bekas Tambang Kaolin, Kec. Tanjung Pandan, Belitung.

By: Rahel Situmorang.




Danau Kaolin terletak di Jalan Murai, Desa Air Raya, Kecamatan Tanjung Pandan, Belitung. Danau Kaolin adalah sebuah kubangan yang terbentuk karena adanya pertambangan kaolin di daerah tersebut, kubangan – kubangan tersebut terisi oleh air hujan, maupun dari sumber mata air di dasar lubang galian, mengingat Belitung merupakan penghasil Kaolin terbesar di Indonesia. Kaolin merupakan masa batuan yang tersusun dari material lempung dengan kandungan besi yang rendah, dan umumnya berwarna putih atau agak keputihan. Meskipun merupakan bekas pertambangan, air di danau ini tetap jernih. Jernihnya air di danau ini disebabkan sifat kaolin yang merupakan mineral tanah liat murni yang tidak berbahaya bagi manusia. Proses mendapatkan Kaolin di hampir semua pertambangan di Belitung juga hanya menggunakan metode tambang semprot (hydraulicking). Proses ini hanya menggunakan air bersih untuk mengupas tanah sedalam 1–2 m dengan air, tanpa menggunakan bahan kimia tambahan dan mesin-mesin canggih lainnya. Hal inilah yang menyebabkan tidak ada perubahan kimia pada kandungan tanah dan air yang mengisi bekas-bekas galian Kaolin di Belitung sehingga air yang dihasilkan tetap jernih.



Kaolin Lake from Google Earth

Konsep : Ecoturism, Wisata berwawasan lingkungan, dimana menurut Danisworo (2002) “Pendekatan revitalisasi harus mampu mengenali dan memanfaatkan potensi lingkungan (sejarah, makna, keunikan lokasi dan citra tempat)”. Sehingga latar belakang revitalisasi lahan bekas tambang ini tidak hanya menjadi kubangan air yang luas saja, namun dapat dimanfaatkan oleh warga sekitar untuk menunjang perekonomian setempat.
Mengingat bahwa menurut Fandeli dan Mukhlison (2000), pengertian tentang ekowisata mengalami pengertian dari waktu ke waktu. Namun pada hakikatnya “ekowisata dapat diartikan sebagai bentuk wisata yang bertanggung jawab terhadap kelestarian area yang masih alami, memberi manfaat secara ekonomi dan mempertahankan keutuhan budaya bagi masyarakat”. Oleh sebab itu yang akan mengelola tempat ini yaitu warga sekitar dengan tetap mengedepankan aspek kelestariannya.
Danau Kaolin dekat dengan Kota, karena dari pusat kota Belitung menuju ke danau kaolin ini hanya membutuhkan waktu 15 menit, dan letak danau kaolin tepat disamping jalan Murai. Namun belum ada angkutan umum yang melayani akomodasi menuju tempat ini, oleh karena itu masyarakat sekitar bisa memanfaatkan kendaraan pribadi mereka sebagai kendaraan yang digunakan untuk para wisatawan yang ingin berkunjung ke Danau Kaolin, sehingga akan menambah perekonomian warga sekitar. Untuk menginap, wisatawan tidak perlu repot mencari, karena bisa didapatkan di Kota Tanjung Pandan. Disana wisatawan bisa mencari dan memilih berbagai jenis penginapan, sebab ketersediaanya sudah cukup lengkap.
Begitu kita datang ke danau Kaolin ini, kita akan disuguhkan pemandangan bukit-bukit kecil berwarna putih yang terlihat seperti salju. Pemandangan ini terlihat semakin cantik ketika berpadu dengan air danau yang begitu jernih dan berwarna biru, hal itulah yang menjadi daya tarik wisatawan, selain itu disebelah danau terdapat timbunan bekas galian kaolin yang menumpuk (lampiran), membentuk gunung lengkap dengan padang pasirnya, jika dilihat menyerupai Bromo akan tetapi berwarna putih, sehingga dapat menjadi spot  indah bagi fotografer, dan bisa digunakan sebagai tempat pre-wedding. Selain itu akan dibangun pula lahan parkir dan gerbang selamat datang (lampiran), serta tempat mendukung lainnya seperti tempat ibadah, toilet, dan tempat sampah.
Danau tersebut terbagi menjadi dua wilayah yaitu sebelah kiri dan kanan (lampiran) berdasarkan kedalamannya. Danau yang di sebelah kiri memiliki kedalaman yang cukup dalam, oleh karena itu akan dijadikan tempat rekreasi air seperti bebek-bebek, bola air, perahu dan sepeda air, semua pengunjung wajib mengenakan baju pelampung untuk keamanan. Danau Kaolin ini sangat aman untuk dijadikan tempat wisata, karena air di danau Kaolin ini aman, karena tidak mengandung Air Asam Tambang seperti di pertambangan lainnya.
Sedangkan danau yang disebelah kanan mempunyai kedalaman yang dangkal, sehingga akan dimanfaatkan sebagai tempat restoran dan “Floating Forest” (Bobbing Forest). Bobbing forest ini hanya ada di Belanda dan merupakan penemuan baru dimana pohon bisa mengapung di air, sehingga bisa menjadi salah satu daya tarik wisatawan untuk memilih Danau Kaolin menjadi tempat wisata mereka karena keunikan dan kelangkaannya. 



Ditengah danau tersebut akan dibuat restoran kaca kemudian dikelilingi oleh bobbing forest yang membentuk seperti bentuk hati, sehingga akan membuat kesan unik yang lebih lagi, karena ketika berada dalam restoran kaca kita akan merasa berada ditengah hutan tetapi juga ditengah danau biru (ada di gambar namun digambar didalamnya tempat tidur, sedangkan nantinya akan dibangun restoran). Mengingat bahwa Wahono (2002) menjelaskan bahwa rehabilitasi lahan merupakan suatu usaha memperbaiki, memulihkan kembali dan meningkatkan kodisi lahan yang rusak agar dapat berfungsi secara optimal baik sebagai unsur produksi, media pengatur tata air, maupun sebagai unsur perlindungan alam dan lingkungannya. Sehingga konsep berbasis lingkunganpun di buat di wilayah ini.


DAFTAR PUSTAKA

Danisworo, Muhammad / Widjaja Martokusumo, 2000. Revitalisasi Kawasan Kota Sebuah Catatan dalam Pengembangan dan Pemanfaatan Kawasan Kota, Jakarta: Urban and Regional Development Institute.
Fandeli, C. dkk. 2000. Pengusahaan Ekowisata. Yogyakarta: Fakulatas
Kehutanan Universitas Gadjah Mada.

Wahono, 2002, Budidaya Tanaman Jati (Tectona grandis L. F), Dinas Kehutanan Dan Perkebunan Kabupaten Kapuas Hulu, Putussibau.