KENALKAH JENIS KONSERVASI ?

Kamis, 01 Desember 2016

Revitalisasi Kawasan Danau Tanjung Bunga sebagai Area Olahraga dan Wisata Air

Yanuar Pratama P
114140154

Pendahuluan
Waterfront development sebagai "interface between land and water". Di sini kata "Interface" mengandung pengertian adanya kegiatan aktif yang memanfaatkan pertemuan antara daratan dan perairan. Adanya kegiatan inilah yang membedakannya dengan kawasan lain yang tidak dapat disebut sebagai waterfront development - meski memiliki unsur air - apabila unsur airnya dibiarkan pasif. Dengan demikian pengertian waterfront development dapat dirumuskan sebagai pengolahan kawasan tepian air yaitu kawasan pertemuan antara daratan dan perairan dengan memberikan muatan kegiatan aktif pada pertemuan tersebut (Adhi Pradono Hadonoto, dkk , 2005).
Aksesibilitas dan Moda Transportasi Masyarakat

Revitalisasi kawasan adalah rangkaian upaya menghidupkan kembali kawasan yang cenderung mati, dan mengembangkan kawasan untuk mengoptimalkan kembali potensi yang dimiliki, sehingga dapat memberikan peningkatan kualitas lingkungan, yang pada akhirnya berdampak pada kualitas kehidupan masyarakat (Danisworo, 2000).Kawasan wisata merupakan kawasan yang didalamnya terdapat berbagai macam kegiatan wisata dan didukung oleh berbagai fasilitas serta layanan yang disediakan masyarakat, pengusaha, Pemerintah, dan Pemerintah Daerah (UU No.10/2009 tentang Kepariwisataan). Pariwisata air adalah kegiatan bepergian dengan tujuan atau obyek pemandangan alam maupun buatan berupa kawasan perairan. Pariwisata air merupakan kegiatan yang dilakukan diluar kegiatan sehari-hari misalnya dengan menikmati pemandangan kawasan perairan (A Yoeti, H. Oka. 1970). Rancangan Peraturan Pemerintah Tentang Sungai Dan Danau, 23-24 Desember 2004:
Pendayagunaan sungai dan danau adalah upaya penatagunaan, penggunaan, pengembangan, dan pengusahaan sungai dan danau secara optimal, agar berhasil guna dan berdaya guna. (Bab I,Pasal 1, ayat 9). Pemanfaatan lahan di daerah manfaat sungai dapat  untuk menyelenggarakan kegiatan bagi masyarakat yang tidak menimbulkan dampak merugikan bagi kelestarian dan fungsi sungai. Catatan: dapat digunakan untuk olah raga, rekreasi, parkir dll. (Pasal 27, ayat 1 f). Pengembangan sungai dan danau wajib memperhatikan kekhasan dan aspirasi daerah serta masyarakat setempat, serta aspirasi seluruh pemilik kepentingan pada setiap tahap pengembangan dan dapat mengikutsertakan masyarakat, lembaga, atau badan usaha untuk ikut berperan. (Pasal 40, ayat 3)
Kota Makassar memiliki beberapa tapak danau, dalam hal ini yang merupakan Tapak Danau Buatan. Salah satu Tapak danau ini berada pada lokasi kawasan Tanjung Bunga yaitu Danau Tanjung Bunga, yang berada di Kecamatan Tamalate.  Danau Tanjung Bunga Makassar merupakan salah satu kawasan tepian air yang belum termanfaatkan secara maksimal. Mengingat besarnya potensi dari kawasan tepian air tersebut, Sehingga dibutuhkan pengembangan dan pendekatan tapak danau buatan yang dapat dimaksimalkan dengan berbagai potensi disekitar danau itu sendiri dengan tetap mempertahankan ekosistem yang ada di sekitar danau. Lokasi terletak di Danau Tanjung Bunga, tepatnya berada di Jl. Danau Tanjung Bunga Kelurahan Tanjung Merdeka Kecamatan Tamalate, sekitar 4 km dari pusat kota Makassar, dengan batas tapak Sebelah Utara Lahan kosong, dan perumahan, 
Sebelah selatan  : Rawa-rawa, sungai jeneberang terdapat perumahan , Sebelah Timur : Terdapat perumahan, penjual bunga, kanal, Sebelah Barat : Lahan kosong, GTC.
 

    Danau Tanjung Bunga

                                                       
                  
PEMBAHASAN
Untuk aksesbilitas kawasan danau Tanjung Bunga dapat di capai melalui jalan darat. Dalam hal ini, yaitu prasarana jalan yang berperan penting dalam memfasilitasi aksesbilitas menuju danau Tanjung Bunga. Pencapaian untuk kawasan danau tanjung bunga yang berada di sepanjang Jln. Danau Tanjung Bunga, hanya dapat diakses melalui jalur darat yaitu pada Jl. Metro Tanjung Bunga – Jl. Danau Tanjung Bunga untuk aksesibilitas di daerah ini didukung oleh prasana yang baik, namun masih terdapat beberapa jalan yang berlubang di beberapa titik. Aksebilitas melalui Jl. Cendrawasih – Jl. Danau Tanjung Bunga kurang baik karena jalan yang dilalui merupakan jalan lingkungan dengan kondisi jalan yang kurang baik.
            Untuk analisis fungsi kawasan, kawasan danau tanjung bunga yang awalnya hanya berfungsi sebagai kawasan olahraga dayung, bisa diberikan fungsi baru sebagai kawasan wisata keairan, melihat potensi yang dimiliki kawasan ini dengan karakteristik air yang tenang.  Analisis Prasarana Penunjang Kawasan yang dibutuhkan yaitu:
Kondisi Jalan Setelah Direvitaliasasi
Jalan serbelum diperbaiki

a. Prasarana Jalan
Beberapa jalan di sekitaran Danau Tanjung Bunga masih dalam keadaan rusak parah. Kondisi ini terjadi pada  jalan Danau Tanjung Bunga Selatan dan sebagian jalan Danau Tanjung Bunga. Hal ini dapat dilihat jika musim hujan tiba, kondisi jalan tergenang air dan sangat becek. Kondisi ini membuat kemacetan di sekitar jalan Danau Tanjung Bunga dan sangat membahayakan para pengguna jalan.  Adapun material jalan yang ada pada kawasan ini beragam, mulai dari jalan beton di jalan Metro Tanjung Bunga, material aspal di jalan Danau Tanjung Bunga, serta material tanah di jalan danau Tanjung Bunga Selatan.
Penyediaan Parkir Area
b. Prasarana Parkir
Sistem sarana parkir yang berada di Jl. Danau Tanjung Bunga, tidak terlihat sarana yang jelas. Sehingga ketika masyarakat berkunjung di Danau ini, memanfaatkan bahu jalan yang cukp lebar sebagai tempat parkir. Area ataupun lahan yang dijadikan tempat parkir dibeberapa titik antara lain Bahu jalan sepanjang Jl. Danau Tanjung Bunga, pinggiran danau, badan jalan sepanjang pedagang bunga, sebab bahu jalan yang ada telah dijadikan sebagai area berjualan
c. Prasarana Utilitas
Penyediaan Ruang Publik
Sistem utilitas tapak yang dapat dilihat di sekitar Danau Tanjung bunga ialah jaringan listrik. Dalam hal ini penerangan jika malam hari. Untuk kondisi jaringan listrik dalam penerangan masih kurang terfasilitasi di kawasan ini, sehingga dalam analisis tapak ini, hanya dapat berfungsi jika pagi hari sampai sore hari, dan ketika malam hari tidak terdapat aktifitas-aktifitas penting selain dari aktifitas transportasi yang berada di Jl. Danau Tanjung Bunga.
Pengadaan Pemancing Umum
            Untuk analisis bangunan yang terdapat di kawasan ini terdiri atas permukiman, jasa, dan perdagangan, namun terdapat beberapa titik bangunan yang membelakangi danau serta tidak berorientasi ke danau. Pola bangunan pada kawasan ini mengikuti pola jalan. Hal ini menyalahi aturan yang mengharuskan seluruh bangunan berorientasi ke air (waterfront).

Pebaikan Dermaga Dayung

            Melihat potensi dan masalah yang terdapat dibeberapa titik tapak Danau, beberapa konsep perencanaan yang di ajukan sebelum melakukan perencanaan antara lain, Mengembangkan potensi danau dengan air tenang sebagai kawasan olahraga air dayung yang menjadi pusat untuk skala kota makassar dan skala propinsi. Perbaikan dermaga dayung, sehingga dapat dijadikan landamark kawasan danau, sehingga danau tanjung bunga memiliki ketertarikan tersendiri. Peniadaan lokasi tambang pasir yang berada di tengah danau. Karena hal ini dapat memberikan masalah baru, ketika penambangan diteruskan.
Arena Bermain Air
Salah satunya masalahnya ialah kedalaman danau buatan akan semakin dalam dan habibat sekitar danau akan terganggu.Perbaikan Jl. Danau tanjung bunga (jalan yang berlubang), sedangkan Jl. Danau Tanjung bunga selatan, hanya dapat diadakan perencanaan perbaikan material, sebab untuk lokasi danau tanjung bunga selatan merupakan lokasi privat.Pengadaan Jalur pedestrian way dan taman bunga hias di antara bahu jalan dan jalur pedestrian.Penambahan pohon peneduh sepanjang pinggir danau dan sepanjang jalur pedestrian way. Relokasi pedagang bunga pada titik tertentu dengan sarana penunjang yang lebih kompleks. Pengadaan area publik space, sebagai lokasi penonton dan tempat masyarakat untuk dapat menikmati kondisi Danau Tanjung bunga dengan kondisi yang asri dan teduh.
Perbaikan Dermaga Dayung
Kesimpulan
Berdasarkan hasil dan pembahasan pada bab sebelumnya maka dapat disimpulkan:
a)      Kawasan Danau Tanjung Bunga merupakan kawasan yang berfungsi sebagai kawasan olahraga dayung untuk kota Makassar.
b)      Ketersediaan infrastruktur kurang memadai pada kawasan ini, sehingga perlu dilakukan perbaikan infrastruktur yang ada dilingkungan tersebut terutama jalan agar mempermudah aksesibiltas masuk dan keluar dari kawasan ini.
c)      Penambangan pasir yang dilakukan oleh masyarakat pada daerah ini menimbulkan masalah baru berupa semakin dalamnya dasr danau.
d)     Masih banyaknya bangunan yang tidak berorientasi ke air (waterfront), perlu penerapan secara tegas aturan mengenai bangunan yang harus berorientasi ke air.
e)      Mata pencaharian penduduk yang dominan adalah pedagang bunga hias.
Penyediaan Flower Centre

DAFTAR PUSTAKA
Adhi Pradono Hadonoto, dkk. Buku Rencana Pengembangan Objek Wisata Pantai Pasir Putih Situbondo Tahun 2005 – 2010. Universitas Brawijaya: Malang
A Yoeti, H. Oka. 1970. Perencanaan dan Pengembangan Pariwisata. Jakarta : Penerbit PT Pradnya Paramita.

Danisworo, Muhammad. 2000. Revitalisasi Kawasan Kota Sebuah Catatan dalam Pengembangan dan Pemanfaatan Kawasan Kota, Jakarta: Urban and Regional Development Institute.

Revitalisasi Brown Canyon Semarang , Jawa Tengah sebagai Tempat Wisata yang Berwawasan Lingkungan


Maola Maqdan
114140084



ABSTRAK
               Brown Canyon berlokasi di Kelurahan Rowosari, Kecamatan Tembalang, Kota Semarang. Kawasan ini awalnya adalah bekas penambangan. Kemudian pemerintah melarang melakukan penambangan pada daerah ini, karena banyak menimbulkan efek negatif kepada masyarakat yang hidup pada daerah tersebut, sehingga perlu diadakan revitalisasi. Rencana revitalisasi yang dilakukan pada daerah tersebut adalah untuk tempat wisata, karena pada daerah ini menjual pemandangan yang bagus. Selain dari pemandangan, rencananya akan dibangun untuk kesenian daerah agar kesenian tidak luntur, taman agar tidak kekeringan dan danau agar menambah drainase kawasan tersebut.

          Pendahuluan
Revitalisasi kawasan adalah rangkaian upaya menghidupkan kembali kawasan yang cenderung mati, dan mengembangkan kawasan untuk mengoptimalkan kembali potensi yang dimiliki, sehingga dapat memberikan peningkatan kualitas lingkungan, yang pada akhirnya berdampak pada kualitas kehidupan masyarakat. Revitalisasi kawasan bertujuan untuk meningkatkan vitalitas kawasan lama melalui program usulan dan pelaksanaan yang mampu menciptakan kualitas ruang publik dan pertumbuhan ekonomi masyarakat pada kawasan tersebut. Proses revitalisasi sebuah kawasan mencakup perbaikan aspek fisik, aspek ekonomi dan aspek sosial. Pendekatan revitalisasi harus mampu mengenali dan memanfaatkan potensi lingkungan (sejarah, makna, keunikan lokasi dan citra tempat) (Danisworo, 2000 dalam Larasati, 2012).
 Brown Canyon berlokasi di Kelurahan Rowosari, Kecamatan Tembalang
Indonesia merupakan negara yang kaya akan sumber daya mineral yang dimanfaatkan sebagai bahan baku di sektor industri dan produksi. Industri pertambangan merupakan salah satu industri yang diandalkan pemerintah Indonesia untuk mendatangkan devisa. Selain mendatangkan devisa industri pertambangan juga menyedot lapangan kerja dan bagi Kabupaten dan Kota merupakan sumber Pendapatan Asli Daerah (PAD). Industri pertambangan selain mendatangkan devisa dan menyedot lapangan kerja juga rawan terhadap pengrusakan lingkungan. Usaha di bidang pertambangan adakalanya menimbulkan masalah. Masalah pertambangan tidak saja merupakan masalah tambangnya, akan tetapi juga menyangkut mengenai masalah lingkungan hidup (Angelina, 2015).

Pembahasan
Bahan galian tambang merupakan sumber daya mineral yang tidak dapat diperbaharui sehingga dijumpai kerusakan lingkungan pada lahan bekas penambangannya. Penambangan yang ada di Kelurahan Rowosari, Kecamatan Tembalang, Kota Semarang yang sering disebut dengan Brown Canyon dilakukan secara tambang terbuka dengan penggalian atau pengerukan bukit secara vertikal. Tempat penambangan tersebut disebut Brown Canyon oleh masyarakat Semarang karena terlihat seperti Grand Canyon yang ada di Amerika. Lokasi Brown Canyon Semarang bisa dijangkau dari berbagai arah. Pengunjung bisa melewati pasar Meteseh via Tembalang, Kedungmundu atau RSUD Klipang.
Tempat penambangan tersebut disebut Brown Canyon

Kegiatan penambangan tersebut pertama kali dilakukan secara tradisional dengan menggunakan alat yang sederhana seperti palu, godem dan cangkul pada tahun 1980. Brown Canyon Semarang merupakan tempat sebagai proyek galian C dan disinilah sebagai tempat mengais rejeki bagi sebagian orang dengan melakukan penggalian pasir, penggalian tanah urug dan batu padas. Menurut Peraturan Pemerintah Republik Indonesia Nomor 27 Tahun 1980, bahan galian golongan C adalah bahan galian tidak strategis dan vital, yang pengelolaannya diberikan oleh Pemerintah Daerah dengan mengeluarkan Surat Izin Pertambangan Daerah. Dari beberapa jenis bahan galian golongan C yang paling banyak penambangannya dilakukan adalah pasir, kerikil, batu kali dan tanah timbun. Usaha penambangan pasir, kerikil, batu kali dan tanah timbun tersebut harus mendapat perhatian serius, karena sering kali usaha penambangan tersebut dilakukan dengan kurang memperhatikan akibatnya terhadap lingkungan hidup. Pada umumnya pengusaha penambangan bahan galian golongan C melakukan kegiatan penambangan di wilayah bukit di Kelurahan Rowosari berawal dari pengerukan atau penambangan sederhana dengan cara tradisional hingga menggunakan alat-alat berat seperti sekarang ini. Dalam pemakaian alat-alat berat inilah yang mengakibatkan terdapatnya lubang-lubang besar bekas galian yang kedalamannya mencapai puluhan meter bahkan ratusan meter, serta mengakibatkan lingkungan di sekitarnya menjadi rusak. Kerusakan lahan di Kelurahan Rowosari semakin meningkat seiring dengan aktivitas penambangan dengan area penambangan yang semakin luas dengan alat-alat atau kendaraan-kendaraan berat. Kerusakan lahan akan berdampak pada penurunan kualitas lingkungan hidup berupa berubahnya fungsi lahan, berubahnya topografi, hilangnya lapisan tanah pucuk dan hilangnya sumber air bawah tanah.
Konsep yang kami buat untuk merevitalisasi pada daerah tersebut sebagai tempat wisata. Tahapan yang digunakan adalah “SDM” :
1.      S adalah survey dan analisa, jadi sebelum melakukan pengembangan kita harus mensurvey dan menganalisa kondisi pada daerah tersebut, layak digunakan sebagai apa. Setelah melakukan survey ada beberapa hal yang bisa disampaikan :
a.       Akses jalan menuju kelokasi masih berdebu dan belum rata sehingga susah mobil susah melewatinya
b.      Masih ada kegiatan tambang pada daerah tersebut
c.       Masih mudah tergenang banjir
d.      Masyarakat sekitar kesulitan mencari air bersih dan mata pencaharian yang dominan petani
Beberapa gambar menunjukan kondisi tempat tersebut :
 Brown Canyon berlokasi di Kelurahan Rowosari, Kecamatan Tembalang

2.      D adalah rancangan/ design, setelah melakukan survey dan analisa, selanjutnya merancang kawasan tersebut sebagai tempat wisata. Setelah diskusi dan mempertimbangkan aspek-aspek pada kawasan tersebut, maka rancangan yang akan dilakukan antara lain :
a.       Menjadikan kawasan tersebut sebagai tempat wisata, karena bentuknya seperti Grand Canyon di Amerika dan juga pada kawasan tersebut menjual pemandangan yang indah sehingga menjadi daya tarik pengunjung.
b.      Memperbaiki akses jalan menuju ke lokasi dan memberi sosialisasi tentang pariwisata pada masyarakat sekitar tersebut.
c.       Menghentikan kegiatan tambang.
d.      Melakukan penghijaun/ penanaman tumbuhan seperti tumbuhan yang berguna untuk mengurangi laju aliran permukaan, memperbaiki profil tanah dan memperbaiki iklim mikro contohnya, Tephrosia, Crotalaria, Indogofera, Eupatorium.
e.       Membangun teater/ tempat punggung untuk menimpalkan kesenian Kota Semarang, musisi, contohnya, Gambang Semarang, Musisi di daerah Semarang dan bisa bantuan ke sanggar tari.
f.       Membangun danau, danau yang pertama dekat dengan panggung, dan yang kedua agak jauh dari panggung. Gunanya pembangunan danau tersebut untuk menambah drainase di kawasan tersebut sehingga kawasan tersebut tidak kekeringan lagi.
g.      Membangun tempat makan menggunakan mobil sehingga tidak ada bangunan permanen yang ada pada daerah tersebut.
h.      Membangun tempat parkir untuk wisatawan yang berkunjung.
3.      M adalah menjalankan dan mengawasi hasil rancangan yang telah disetujui. Jadi bisa melihat apakah konsep tersebut bisa berjalan atau tidak pada daerah tersebut.


Penataan Brown Canyon berlokasi di Kelurahan
 Rowosari, Kecamatan Tembalang
Rekomendasi
Masyarakat sekitar  wajib melaporkan jika ada oknum yang masih melakukan penambangan pada daerah tersebut. Selain itu, menggarap tanah secara bijaksana yang bertujuan agar menjaga sistem bangunan dan pengelolaan lahan agar tidak terjadi longsor atau erosi. Melakukan penghijaun pada daerah sekitar tersebut. Memberikan pelatihan tentang pariwisata pada masyarakat sekitar agar paham dalam mengelola daerah tersebut.
Bagaimana Menjual Kawasan Terevitalisasi Brown Canyon
di Kelurahan Rowosari, Kecamatan Tembalang?

            Daftar Pustaka
Angelina, Claudia Ratna. 2015. Observasi Lingkungan di Proyek Penambangan Brown Canyon. Semarang : Universitas Negeri Semarang.
Larasati, N. 2012. Revitalisasi Kawasan Pemukiman Produktif Kampung Batik, Bubakan Semarang. (Dilihat pada https://www.academia.edu/7604600/REVITALISASI_KAWASAN_PERMUKIMAN_PRODUKTIF_KAMPUNG).
Peraturan Daerah Kota Semarang No. 14 Tahun 2011.

Peraturan Pemerintah Republik Indonesia Nomor 27 Tahun 1980.

Revitalisasi Kawasan Karst Luweng Sewu di Desa Sukoharjo, Pacitan Menjadi Taman Geowisata

 Ivo Dewi Marista
114130057
   



1.1 Pengertian Karst
           Karst secara luas adalah bentuk bentang alam khas yang terjadi akibat proses pelarutan pada suatu kawasan batuan karbonat atau batuan mudah terlarut (umumnya formasi batu gamping) sehingga menghasilkan berbagai bentuk permukaan bumi yang unik dan menarik dengan ciri-ciri khas exokarst (di atas permukaan) dan indokarst (di bawah permukaan). Dalam ilmu bumi, definisi karst adalah suatu wilayah kering, yang tidak subur/gersang dan berbatu-batu sedangkan dalam geologi, pegunungan yang terdiri dari batu gamping dan kemudian memperlihatkan bentang alam yang khas akibat adanya proses pelarutan batuannya oleh air, dinamakan morfologi karst.
Gambar1.1. Kawasan Karst, Pacitan.
                                    
1.2 Karst Pacitan
          Karst di pacitan adalah sebagian kecil dari pegunungan karst yang luas yang tersebar dari barat di Parangtritis dan Wonogiri di Yogyakarta, Wonogiri di Jawa Tengah, hingga ujung timur di Pacitan, Jawa Timur. Seluruh kawasan karst tersebut dikenal juga sebagai wilayah Pawonsari, kependekan dari tiga wilayah utama karst Gunung Sewu yaitu : Pacitan, Wonogiri, dan Wonosari. Kawasan karst kabupaten pacitan sendiri membentang di 4 kecamatan yaitu Donorojo, Punung, Pringkuku, dan Pacitan. Karst gunung Sewu merupakan pegunungan yang tebentuk terutama dari formasi batugamping berumur miosen tengah – pliosen (± 15 – 2 juta tahun) yang dikenal sebagai formasi Wonosari – Punung. Bentukan karst Pegunungan Sewu ini didominasi oleh bukit-bukit yang jumlahnya lebih kurang lima ribu bukit. Pengelolaan daerah karst di Kabupaten Pacitan telah dilakukan oleh pemerintah daerah. Terlihat  dari pembukaan sejumlah obyek wisata bertema karst yang ada di Kabupaten Pacitan seperti goa, museum dll. Wanawisata / hutan wisata memiliki ptensi sebagai daerah geowisata yang bertema edukasi sejalan dengan digalakannya Pacitan sebagai Geopark (Taman Bumi Dunia).


1.3 Pemanfataan Kawasan Karst
          Kawasan karst ini memiliki fungsi yang beragam. Pemanfaatan kawasan karst dapat dibagi dalam strategi pemanfaatan jangka pendek, tidak berkelanjutan, dan pemanfaatan jangka panjang yang sifatnya berkelanjutan. Masyarakat Indonesia pada umumnya hanya mengenal nilai ekonomi karst sebagai bahan tambang. Karena kawasan karst merupakan sumber daya alam yang tidak dapat di perbaharui maka dalam pemanfaatan untuk pertambangan harus melalui AMDAL yang dibuat oleh pakar secara holistik terpadu dan lintas sektoral. Sesuai Keputusan Menteri Energi Sumber Daya Mineral (ESDM) nomor 1456/Kep/Men/1998 kawasan karst dibagi menjadi tiga. Pada kawasan satu segala jenis pertambangan dilarang, sedangkan katagori 2 dan 3 penambangan boleh dilakukan dengan batas tertentu.

          Beberapa kawasan karst memiliki potensi sebagai obyek wisata alam yang juga memiliki nilai edukatif. Dalam kawasan karst yang memiliki banyak keanekaragaman hayati dalam pemanfaatannya lebih baik jika lingkungan alam yang asli dibiarkan utuh tanpa pengembangan sarana fisik secara berlebihan. Masyarakat setempat sebagai komponen ekosistem karst wajib diberi pengertian, dididik dan dilibatkan dalam aneka kegiatan berkelanjutan sebagai penunjang kegiatan wisata karst.
1.3  Revitalisasi Karst Sukoharjo Pacitan
          Sukoharjo terletak di sebelah timur perbatasan kecamatan Pacitan dengan Kecamatan kebonagung di Kabupaten Pacitan. Letaknya sekitar 4 km dari pusat kota Pacitan. Di Desa ini terdapat tebing kart yang merupakan deretan dari perbukitan karst gunung sewu. Keberadaan kawasan karst sangat terbatas di Dunia, sedangkan bahan baku kawasan karst sering di manfaatkan untuk pemenuhan kebutuhan seperti pembuatan pabrik semen. Untuk menjaga kelangsungan dari kawasan karst tersebut dan dapat di manfaatkan untuk kemajuan ekonomi di daerah sekitar maka sesuai dengan kondisi dan peraturan, Kawasan karst ini dapat dimanfaatkan sebagai kawasan obyek wisata yang berkonsep kan wisata alam yang alami. Dalam peta geologi regional kawasan karst sukoharjo ini  tebing karst yang termasuk kedalam formasi batuan karst Wonosari, di wilayah ini terdapat sesar di sebelah kanan jalan, kawasan ini dapat dimanfaatkan sebagai kawasan wisata taman bumi yang ada di pacitan. Kawasan karst yang ada di desa sukoharjo merupakan kawasan karst yang berbentuk perbukitan yang dapat menyediakan pemandangan alam yang indah. Selain itu dalam kawasan karst ini terdapat sumber air yang dimanfaatkan warga desa sebagai sumber pengairan warga desa (PDAM). Kawasan karst tersebut bernama luweng sewu.
Gambar 1.2 kawasan karst sukoharjo 


Dalam upaya untuk melindungi kawasan karst yang terbatas tersebut dari eksploitasi yang berlebihan dan untuk menjaga kelestariannya maka dalam pengelolaannya harus mempertimbangkan aspek pengelolaan secara berkelanjutan. Pengelolaan daerah ini juga dapat dimanfaatkan sebagai tempat yang dapat menghasilkan penghasilan tambahan untuk warga sekitar yang mayoritas adalah petani. Untuk itu revitalisasi kawasan karst sukoharjo ini sebagai taman wisata bumi menjadi pilihan yang tepat dalam upaya pemanfaatannya.


                Gambar 1.3 pemandangan karst dari bawah
Dalam upaya pemanfaatannya sendiri dapat dilakukan dengan beberapa strategi. Strategi-strategi tersebut diantaranya adalah :
1.      Promosi dan pembangunan insfrastruktur yang berkonsep alam dan tidak membangun bangunan yang dapat menghambat laju penyerapan air. Mengingat di bawah kawasan ini terdapat sumber air yang masih aktif digunakan warga sekitar. Contoh dari kegiatan promosi adalah dibuatnya pamflet tentang tempat pariwisata karst sukoharjo yang berkonsep edukasi dan hiburan. Pembangunan insfrastruktur yang berkonsup alam dan tidak memakan banyak tempat adalah di bangunya rumah poho dan gardu pandang sebagai media untuk menikmati pemandangan sekitar setelah lelah belajar mengenai karst. Selain itu dalam salah satu rumah pohon tersebut dapat dibuat sebagai mini museum yang memberi informasi tentang kawasan karst pacitan. Selain pembuatan rumah pohon, pada sisi tebing kast dapat di bangun ukiran-ukiran yang indah untuk memperkuat daya tarik yang ada di bukit karst seperti pada ukiran pandawa di pantai Pandawa Bali.

Gambar 1.4 Peta wisata Pacitan
                               
                             
2.      Taman wisata bumi yang berkonsep pendidikan
Fenomena kawasan karst adalah fenomena kawasan yang terbatas di dunia, sehingga kawasan karst ini dapat dijadikan taman wisata pendidikan yang dapat digunakan oleh para akademisi maupun masyarakat umum dalam mempelajari tentang kawasan karst mengingat kawasan karst di dunia memiliki perbedaan dan kesamaan tertentu. Oleh karena itu kawasan karst sukoharjo merupakan kawasan karst dengan sumber mata air aktif.
  Gambar 1.5 contoh rumah pohon
Oleh karena itu kelestarian kawasan karst ini harus di lindungi melalui kegiatan revitalisasi. Kegiatan revitalisasi yang di maksud adalah memanfaatkan kawasan karst sebagai kawasan wisata edukasi sekaligus memperkenalkan kebudayaan masyarakat sekitar kawasan karst.
 Gambar 1.6 contoh kawasan wisata karst                                             
3.    Pemanfaatan makanan khas sukoharjo
Dalam pemanfaatan makanan karst sukoharjo diantaranya adalah keripik singkong dan nasi tiwul yang memiliki citarasa tersendiri, maka pemanfaatan makanan tersebut dapat di manfaarkan sebagai oleh-oleh khas daerah sukoharjo.
Gambar 1.7 festival kebudayaan 

4.      Pemanfaatan budaya lokal
Tebing karst yang ada di sukoharjo memiliki keindahan tersendiri, sehingga sering dilakukan berbagai festival kebudayaan, festival ini di harapkan dapat menarik wisatawan selain untuk melakukan penelitian dan edukasi juga dapat menikmati hiburan kebudayaan lokal yang menarik. Selain itu di daerah sukoharjo memilik kerajinan yang unik yang dapat menarik wisatawan baik internasional maupu domestik. Kerajinan-kerajinan yang ada di daerah sukharjo tersebut diantaranya adalah batik saji ataupun pembuatan gerabah. Kerajinan-kerajinan yang ada tersebut dapat menjadi modal ataupun daya tarik dengan memanfaatkan kebudayaan dan kearifan lokal warga sekitar sebagai kawasan yang mempunyai kebudayaan yang unik.
Gambar 1.8 kerajinan gerabah
                               G
         
          Upaya revitalisasi kawasan tersebut diharapkan dapat menarik wisatawan yang ada baik untuk mencari edukasi tentang kawasan karst yang mulai langka, serta menikmati kebudayaan lokal yang ada di sekitar sebagai upaya pelestarian kawasan dan juga pelestarian kebudayaan, selain itu keuntungan dari merevitalisasi kawasan tersebut adalah untuk menambah pendapatan daerah tersebut melalui kegiatan edukasi dan keseniannya. Sehingga kondisi ekonomi masyarakat sekitar dapat berkembang






DAFTAR PUSTAKA

R.K.T. Ko, et all, 2003. Strategi Pengelolaan Kawasan Karst. Rangkuman Materi Kuliah dan Hasil Diskusi pada Kursus Introduksi Pengelolaan Kawasan Karst oleh Himpunan Kegiatan Speleologi Indonesia, Cisarua

Forestier, H., 2007, Ribuan Gunung, Ribuan Alat batu, Prasejarah Song Keplek, Gunung Sewu, Jawa Timur, Jakarta. Kepustakaan Populer Gramedia,


Simanjuntak, T., R Handini, dan B. Prasetyo, 2004, Prasejarah Gunung Sewu, Jakarta.