KENALKAH JENIS KONSERVASI ?

Tampilkan postingan dengan label DIY. Tampilkan semua postingan
Tampilkan postingan dengan label DIY. Tampilkan semua postingan

Minggu, 17 November 2019

REVITALISASI KAWASAN TAMBANG BATU KAPUR (BREKSI) DI SAMBIREJO, KECAMATAN PRAMBANAN, SLEMAN, DIY

Disusun Oleh:
1. Trie Adelia Ambarwathy (114160001)
2. Ira Andriani Ronting (114160002)
3. Shella G Kakisina (114160015)
4. Farhan Hilmy (114160056)
5. Irfan Yusuf Bachtiar (114160066)


TOPIK YANG DI BAHAS:

1. Mengapa Tambang Batu Kapur perlu Di Revitalisasi
2. Tujuan dan Sasaran Arahan Revitalisasi Kawasan
3. Faktor-Faktor Pertimbangan Arah Revitalisasi di Bidang Ekonimi, Finansial,  Teknis dan Pertimbangan Lingkungan 
4. Tahap-Tahap Revitalisasi 
5. Dampak dilakukanya setelah  di Revitalisasi


PEMBAHASAN


1. MENAGAPA TAMBANG BATU KAPUR (SETELAH DI REVITALISASI TEBING BREKSI) TERSEBUT DI REVITALISASIKAN?

Karena tipe kawasan tambang kapur ini memiliki kawasan strategis berpotensi ekonomi di karenakan tambang kapur ini sumber mata pencaharian warga. Mereka menambang dan memperoleh pendapatan dari sana. Tapi Penambangan tersebut di hentikan dengan adanya penutupan tambang tersebut maka mata pencaharian warga sekitar di pastikan berubah. 
 
Gambar 1 Proses Penambangan Batu Kapur
Dengan adanya tambang batu kapur ini yang dapat di reklamasi dan di revitalisasi menjadi kawasan agrowisata sehingga dapat di kembangkan kea rah tersebut warga sekitar yang telah kehilangan mata pencaharian dapat bekerja sama dengan dinas-dinas terkait untuk dikembangkan dan pendampingan sehingga masyarakat menjadi lebih sejahtera dalam perekonomian. Dengan dilakukan reklamasi dapat menaikan nilai abiotic yang berupa tanah dan batuan sehingga berkembang menjadi lebih baik dan tidak habis di tambang oleh warga sekitar, selain itu di dalam biotis keanekaragaman  hayati dapat bertambah dikarenakan tumbuhan yang sebelumnya tidak ada mulai di tanami oleh warga sekitar agar daerah agrowisata tidak tandus. 


Warga-warga sekitar memiliki ide dan kreativitas yang lain melihat tebing bekas penambangan warga muncul ide lain di karenakan tebing-tebing batuan kapur tersebut memeiliki gurat-gurat yang indah perpaduan warna putih berkilau semburat kuning dan cokelat dalam bidang tebing yang begitu luas, memberikan panoramic yang menarik. Serta dengan mengembangkan potensi yang ada seperti agrowisata sehingga dapat meningkatkan perekonomian warga.
 
Gambar 2 Ide-ide atau masukan yang di berikan oleh masyarakat 
   
Gambar 3 Gurat-Gurat Tebing Breksi 
Saat ini Penambangan Batu Kapur atau yang lebih di kenal dengan Tamann Tebing Breksi, benar-benar sudah di tetapkan sebagai kawasan cagar budaya. Prasasti di tandatangani lasngsung oleh Gubernur DIY Sri Sultan HB X Mei 2015.  Semula warga setempat hanya tahu bahwa tebing mengandung material breksi yang merupakan salah satu bahan bangunan. Melihat kondisi alamnya, sejumlah peneliti mencoba menggali batuan tersebut hasilnya cukup menghebohkan maka dari situ warga mulai sadar akan potensi alam kawasan tersebut. Apalagi jumlah pengunjung yang dating ke tempat tersebut cukup banyak. Dari waktu ke waktu pengunjung tersebut terus  bertambah (Prasetyadi,2013)


 
2. TUJUAN DAN SASARAN ARAHAN REVITALISASI KAWASAN
Tujuan Revitalisasi Kawasan

Kawasan Tujuan Revitalisasi Kawasan adalah meningkatkan vitalitas kawasan terbangun melalui intervensi perkotaan yang mampu menciptakan pertumbuhan dan stabilitas ekonomi lokal, terintegrasi dengan sistem kota, layak huni, berkeadilan sosial, berwawasan budaya dan lingkungan. 
Revitalisasi Yang dilakukan pada area pertambangan breksi di Gn. Sari, Sambirejo, Kec. Prambanan, Kabupaten Sleman, Daerah Istimewa Yogyakarta menjadi daerah geowisata tidaklah mulus. Awalnya adalah pertambangan milik warga yang di lakukan oleh tambang masyarakat sekitar tambang breksi yaitu desa sambirejo sendiri. Di sekitar lokasi penambangan terdapat tempat-tempat pemotongan batuan hasil penambangan untuk dijadikan bahan dekorasi bangunan serta dikirimkan kedaerah perkotaan hingga lura Yogyakarta.

Setelah, mahasiswa dan peneliti melakukan penelitian yang ditemukan bahwa batuan yang berada di tebing breksi ini langka sehingga dilakukan revitalisasi dengan tujuan revitalisasi agar menjadikan objek wisata. Warga setempat memulai memikirkan ulang untuk mengubah pertambangan breksi ini menjadi objek wisata. Ekonomi yang penduduk dapatkan dari tambang dialihkan menuju obejk wisata yang dimana pengelola di serap dari warga sekitar 
desa dan pekerja tambang breksi yang lama.
       
Gambar 4 Foto Tambang Breksi Yang belum direvitalisasi

 
Gambar 5 Tambang Breksi Yang sudah Di Revitalisasi


Sasaran Revitalisasi Kawasan
Menurut Octavia, 2018. Sasaran Revitalisasi Berikut ini:

1. Meningkatnya stabilitas ekonomi kawasan melalui intervensi untuk : 
a. Meningkatkan kegiatan yang mampu mengembangkan penciptaan lapangan kerja,Peningkatan jumlah usaha dan variasi usaha serta produktivitas kawasan. 
b. Menstimulasi faktor-faktor yang mendorong peningkatan produktivitas kawasan. 
c. Mengurangi jumlah kapital bergerak keluar Kawasan dan meningkatkan investasi yang masuk ke dalam Kawasan.  

2. Mengembangkan penciptaan iklim yang kondusif bagi kontinuitas dan kepastian usaha. 

3. Meningkatnya nilai properti Kawasan dengan mereduksi berbagai faktor eksternal yang menghambat sebuah kawasan sehingga nilai properti Kawasan sesuai dengan nilai pasar dan kondusif bagi investasi jangka panjang.  

4. Terintegrasinya kantong-kantong Kawasan kumuh yang terisolir dengan sistem Kota dari segi spasial, prasarana, sarana serta kegiatan ekonomi, sosial dan budaya.  

5. Meningkatnya kuantitas dan kualitas prasarana lingkungan seperti jalan dan jembatan, Air bersih, Drainase, Sanitasi dan Persampahan, serta sarana Kawasan seperti Pasar, ruang untuk industri, ruang ekonomi informal dan formal, fasilitas sosial dan budaya, dan sarana transportasi.  

6. Meningkatnya kelengkapan fasilitas kenyamanan (amenity) kawasan guna mencegah proses kerusakan ekologi lingkungan. 

7. Terciptanya pelestarian aset warisan budaya perkotaan dengan mencegah terjadinya "perusakan diri-sendiri" (self- destruction) dan "perusakan akibat kreasi baru" (creative-destruction), melestarikan tipe dan bentuk kawasan, serta mendorong kesinambungan dan tumbuhnya tradisi sosial dan budaya lokal.  

8. Penguatan kelembagaan yang mampu mengelola, memelihara dan merawat Kawasan Revitalisasi.  

9. Penguatan kelembagaan yang meliputi pengembangan SDM, kelembagaan dan peraturan/ ketentuan perundang-undangan. 

10. Membangun kesadaran dan meningkatkan kompetensi pemda agar tidak hanya fokus membangun kawasan baru.



3. FAKTOR-FAKTOR PERTIMBANGAN ARAH REVITALISASI DI BIDANG EKONOMI, PERTIMBANGAN LINGKUNGAN,  TEKNIS DAN  FINANSIAL 

1. Secara Sosial
a.Masyarakat dan atau pihak – pihak yang berada di Tebing Breksi
b.  Masyarakat di sekitar  dari Tebing Breksi baik yang bermukim maupun yang menggarap/mengelola lahan. Wajib melakukan Perlindungan daerah Tebing Breksi dengan menggarap tanah secara bijaksana yang bertujuan agar menjaga sistem bangunan dan pengelolaan lahan agar tidak terjadi longsor atau erosi.
c. Menciptakan Masyarakat sadar wisata dan sadar cagar geologi.
d.  Perubahan Mata Pencaharian warga sekitar dari penambang menjadi petani untuk Agrowisata

2.Secara  Pertimbangan  Lingkungan 
Teknik  yang di gunakan mengurangi tingkat kemiringan lereng dengan teknik pertambangan yang baik dan benar sehingga Tebing breksi masih ada dan dapat mengurangi tingkat potensi bencana yang dapat terjadi.

3.  Secara teknis
a. Tlatar Seneng adalah tempat pertunjukan budaya yang berdiri di tanah kosong yang berada di area Tebing Breksi (sering disebut Taman). Kebetulan dari pagi sampai (rencananya) malam Tlatar Seneng menampilkan berbagai macam seni.
b.  Kawasan Agrowisata di sekitar daerah tebing breksi
c. Kawasan desa wisata di desa Sambirejo
d. Kawasan Sadar Cagar Geologi
       
Gambar 6 Desain Kawasan Agrowisata di Formasi Semilir
 
Gambar 6 Desain Kawasan Agrowisata di Formasi Semilir
4. Secara finansial
a.  Membuat paket perjalanan geoheritage/geowisata
b. Membuat wisata outbound
c.  Mengembangkan potensi kerajinan seni mengukir batu (Yooeti,2000)


4. TAHAP – TAHAP REVITALISASI
Secara garis besar revitalisasi dapat terjadi melalui beberapa tahapan antara lain yaitu :

a. Intervensi Fisik 
Intervensi fisik berkaitan dengan citra visual dan kondisi kawasan. Kegiatan fisik revitalisasi dan di lakukan secara bertahap, meliputi perbaikan dan kondisi fisik bangunan, tata hijau sistem penghubung, sistem tanda/reklame, dan ruang terbuka.

b. Rehabilitasi Ekonomi
Revitalisasi yang di awali dengan proses intervensi fisik yang harus mendukung proses rehabilitasi ekonomi. Perbaikan fisik kawasan yang bersifat jangka pendek diharapkan bisa mengakomodasi kegiatan ekonomi informal dan formal, sehingga mampu memberikan nilai tambah dan mendorong aktivitas ekonomi dan social.

c. Revitalisasi Sosial
Keberhasilan revitalisasi sebuah kawasan bukan hanya di ukur dengan menciptakan lingkungan yang menarik atau beautiful place akan tetapi kegiatan tersebut juga harus terdampak positif bagi dinamika kehidupan sosial masyarakat (Jonni Wongso, 2007).


5. DAMPAK SETELAH DILAKUKAN REVITALISASI TEBING BREKSI

1. Aspek Fisik :
a. Abiotik 
Iklim pada daerah Sambirejo yaitu tropis, lokasi wisata tebing breksi berupa bukit terjal dan berada 120 mdpl. Geologi pada daerah in yaitu termasuk dalam formasi Semilir. Formasi Semilir ini tersingkap luas di Desa Sambirejo. Batuan penyusun formasi Semilir tang secara khas berasal dari erupsi gunung api sangat eksplosif terdiri dari breksi, batulapili dan tuf pimis.  Desa sambirejo sulit untuk mendapatkan air.

b. Biotik 
Jenis flora yang ada di objek wisata Tebing Breksi yang di tanam pada objek wisata antara lain mete, akasia, akasia magium, jati, kacang amazon, mahoni, mangga, palempisang, sirsak dan sono keling. Desa Sambirejo mempunyai jenis tanaman pertanian antara lain padi, jagung, ubi jalar, kacang tanah, kedelai, sawi, cabe merah, cabe rawit, petai, melinjo, kencur, kunyit, alpukat, blimbing, durian, jambu biji, jambu air, jaruk siam/keprok, mangga, manggis, nangka/cempedak, nanas, papaya, pisang, rambutan, dan semangka. Jenis fauna yang ada di objek wisata Tebing Breksi yang ditemui adalah jenis serangga seperti kupukupu, belalang, lebah dan lain-lain. Jenis ternak yang ada didaerah penelitian yaitu unggas, sapi dan kambing.


2. Aspek Sosial Ekonomi Budaya dan Kesehatan Masyarakat Desa Sambirejo 
Desa Sambirejo mempuyai 8 padukuhan yang terbagi dalam 19 rukun warga (RW) dan 45 rukun tetangga (RT). Berdasarkan sensus penduduk pada tahun 2010 desa Sambirejo mengalami pertambahan penduduk <1,60% dengan kepadatan 67 jiwa per Km2. Di desa sambirejo terdapat usaha pengalian batu putih sebanyak 2 buah. Kesehatan masyarakat di desa Sambirejo terdapat puskesmas pembantu, posyandu dan pos pelayan KB, sedangkan tenaga kesehatan di desa Sambirejo yaitu mantri kesehatan, bidan dan dukun bayi. Di Desa Sambirejo tingkat pendidikan yang paling banyak yaitu lulusan SD/Sederajat sebesar 27%. Pokdarwis mempengaruhi peningkatan   yang tinggi bagi masyarakat Desa Sambirejo terkait keikutsertaan organisasi yaitu sekitar 51% masyarakat bergabung atau aktif didalam organisasi.              

Desa Sambirejo yang merupakan salah satu desa yang terdampak langsung dengan aktivitas pariwisata di Tebing Breksi memiliki kondisi asset penghidupan yang cukup beragam. DFID (1999) dalam merumuskan kerangka penghidupan menyebutkan bahwa asset penghidupan yang terdiri dari lima modal (social, alam, keuangan, fisik, manusia) akan sangat mempengaruhi kondisi penghidupan suatu individu/kelompok masyarakat. 

Asset penghidupan tersebut menjadi modal utama dalam menghadapi kerentanan yang mungkin terjadi serta untuk menghadapi berbagai struktur dan proses yang terjadi dalam kehidupan bermasayarakat. air, 94,44% masyarakat Desa Sambirejo khususnya yang berada disekitar Tebing Breksi menggunakan PDAM dan harus mengeluarkan sejumlah uang untuk biaya air setiap bulannya. Masyarakat yang memanfaatkan air langsung dari sumur sebesar 5,56%. 

Kondisi tidak terlepas dari kondisi air tanah yang cukup dalam disana sehingga cukup sulit untuk mendapatkan air tanah. Sebelum Tebing Breksi berkembang ada masyarakat yang memanfaatkan air sumber untuk sehari harinya namun sekrang sudah tidak ada lagi. Secara keseluruhan akses terhadap modal alam mengalami penurunan dari 48% menjadi 39%. Modal sosial mengalami peningkatan yang cukup signifikan. 

Tebing breksi menjadikan mereka lebih aktif dalam organisasi khususnya dalam organisasi kepariwisataan. Mereka banyak yang terlibat dan menjadi pengelola. Persentase modal sosial meningkat dari 17% menkadi 34%. Modal fisik tidak memiliki perubahan yang signifikan dan tetap. Berbagai barang fisik yang mereka miliki tidak mengalami perubahan. 
Pada aspek lingkungan dalam pengelolaan sampah dan limbah juga sama. Dalam pengelolaan sampah tidak ada pengelolaan yang dilakukan, hanya 3% dari keseluruhan responden yang memiliki sampah secara teratur diambil oleh petugas. 

Aset penghidupan digambarkan melalui pentago aset. Pentagon aset memiliki bentuk segilima dan memiliki garis yang saling terhubung untuk setiap modalnya, garis-garis tersebut menggambarkan akses masyarkat terhadap sumberdaya tersebut. Berdasarkan pada pentogon aset yang telah digambarkan terlihat bahwa akses masyarakat terhadap modal fisik cukup tinggi baik sebelum maupun sesudah Tebing Breksi berkembang. Mereka masih sangat rendah pada aspek modal manusia, dan berkembang cukup baik pada modal sosial. Trend ini positif, karena peningkatan modal sosial cenderung akan mendorong peningkatan modal manusia. Semakin banyak manusia bersosialisasi maka pengetahuannya semakin meningkat. (Pambudi,2018)



DAFTAR PUSTAKA
     Pambudi Agung, 2018. Revitalisasi Sumberdaya Alam Sebagai Model Pemberdayaaan        Masyarakat Berbasis Wisata, Studi di Taman Breksi Desa Sambirejo, Prambanan, Sleman. Skripsi. : Program Studi Pengembangan Masyarakat Islam Fakultas Dakwah dan Komunikasi UIN Sunan Kalijaga Yogyakarta
Damardjati 1995. Istilah-istilah Dunia Pariwisata. PT Pradnya Pramitha
Octavia. R. 2018. Revitalisasi Kawasan Masjid Agung Surakarta dan Kawasan Sekitarnya. Surakarta: UMS
Prasetyadi, 2013, Geoheritage Trail, Teknik Geologi UPN. UPN ‘Veteran’ Yogyakarta.
Wongso Jonni, 2007. Revitalisasi Kawasan Pusat Kota Bukittinggi. Padang:  Jurusan Arsitektur Fakultas Teknik Sipil dan Perancangan Universitas Bung Hatta.
Yoeti. 2000, Ekowisata, Pariwisata Berwawasan Lingkungan Hidup. Lembaga Pendidikan Tinggi Pariwisata Swasta: Cisarua




Minggu, 27 Maret 2016

Revitalisasi Kawasan Tebing Breksi Dusun Nglengkong, Desa Sambirejo, Kecamatan Prambanan, Kabupaten Sleman, DIY

By: Muhammad Gantang N.


Bertahun-tahun bukit kapur di Pedukuhan Nglengkong, Groyokan Sambirejo Prambanan itu, menjadi sumber mata pencaharian warga. Mereka menambang dan memperoleh pendapatan dari sana. Tapi mulai tahun lalu, penambangan tersebut dihentikan dengan adanya penutupan tambang tersebut mata pencaharian warga sekitar di pastikan menjadi akan berubah.

Larangan pemda ini muncul, setelah sejumlah peneliti melakukan kajian. Hasilnya, batuan kapur breksi disana ternyata adalah endapan abu vulkanik dari Gunung Api Purba Nglanggeran. Maka, kawasan ini masuk dalam cagar budaya dan harus dilestarikan. Sama halnya dengan keberadaan Gunung Api Purba Nglanggeran, Candi Ijo, Situs Ratu Boko dan sebagainya.


Existing Tambang Breksi Batu Putih Formasi Semilir.



Merujuk pada tulisan Prasetyadi, di lokasi ini terdapat singkapan batuan endapan debu gunungapi purba, membentuk morfologi bukit. Oleh penduduk lokal bukit ini ditambang menghasilkan kupasan tebing setinggi 30 m.

Kehadiran batuapung ini membuktikan dengan sangat meyakinkan bahwa perlapisan ini merupakan hasil letusan gunungapi yang eksplosif. Batuan semacam ini banyak dijumpai mulai dari perbukitan di daerah Parangtritis sampai di daerah Wonogiri dan dengan ketebalan antara 300-600 m. Singkapan terbaik terdapat di Desa Semilir, di Kecamatan Pathuk, DIY, sehingga formasi batuan ini disebut Formasi Semilir.

Formasi ini, secara stratigrafi (urutan perlapisan), berada di atas Lava Bantal Berbah. Distribusi yang luas dan dengan ketebalan yang besar mengindikasikan bahwa Formasi Semilir ini dihasilkan dari suatu peristiwa rangkaian letusan gunungapi yang besar sekitar 20 juta tahun lalu yang kemungkinan tidak kalah dahsyat dengan letusan Toba Volcano. Oleh karenanya formasi ini disebut sebagai hasil super eruption dari Semilir Volcano (Smyth et al. 2005).

Formasi Semilir ditumpangi oleh Formasi Nglanggran, yang lebih muda yang terdiri dari breksi andesit dan sedikit lava andesit. Hadirnya Formasi Nglanggran menunjukkan bahwa setelah terbentuk hamparan luas hasil letusan katastrofis Gunungapi Semilir, kemudian disusul dengan tumbuhnya gunungapi strato baru, yakni Gunungapi Nglanggran.

Yoeti (2000:143) dalam bukunya “Ekowisata, Pariwisata Berwawasan Lingkungan Hidup” mengatakan bahwa agrowisata merupakan salah satu alternatif potensial untuk dikembangkan di desa. Kemudian batasan mengenai agrowisata dinyatakan bahwa agrowisata adalah suatu jenis pariwisata yang khusus menjadikan hasil pertanian, peternakan, perkebunan sebagai daya tarik bagi wisatawan.

R.S. Damardjati (1995:5) dalam bukunya “Istilah-istilah Dunia Pariwisata” mengatakan wisata pertanian dengan objek kunjungan daerah pertanian atau perkebunan yang sifatnya khas, yang telah dikembangkan sedemikian rupa sehingga berbagai aspek yang terkait dengan jenis tumbuhan yang dibudidayakan itu telah menimbulkan motivasi dan daya tarik bagi wisatawan untuk mengunjunginya. Sehingga aspek-aspek dalam agrowisata antara lain jenis tanaman yang khas, cara budidaya dan pengelolaan produknya, penggunaan teknik dan teknologi, aspek kesejarahannya, lingkungan alam dan juga sosial budaya disekelilingnya.

Dengan adanya daerah di sekitar tebing breksi yang berpotensi dapat di reklamasi dan di revitalasasi menjadi kawasan agrowisata sehingga dapat di kembangkan ke arah tersebut warga sekitar yang kehilangan mata pencaharian dapat bekerja sama dengan dinas-dinas terkait untuk di kembangkan dan pendampingan sehingga masyarakat menjadi lebih sejahtera dalam hal perekonomian. Dengan dilakukan reklamasi dan revitalisasi dapat menaikan nilai abiotik yang berupa tanah dan batuan sehingga berkemabang menjadi lebih baik tidak habis di tambang oleh warga sekitar, selain itu dalam hal biotis keanekaragaman hayati dapat bertambah di karenakan tumbuhan yang sebelumnya tidak ada mulai di tanammi oleh warga sekitar agar daerah agrowisata tidak tandus.

Larangan pemerintah, ternyata tak memutus kreativitas warga. Melihat tebing bekas penambangan, warga sekitar punya ide lain. Ide muncul, tatkala melihat bekas-bekas galian meninggalkan gurat-gurat yang indah. Perpaduan warga putih berkilau semburat kuning dan coklat dalam bidang tebing yang begitu luas, memberikan panoramic yang menarik. Serta dengan mengembang kan potensi yang ada seperti agrowisata sehingga dapat meningkatkan perekonomian warga.

Arah revitaliasai kawasan Tebing Breksi dan sekitarnya
Untuk mewujudkan Tebing Breksi sebagai kawasan sejarah geologi dan dapat memberikan manfaat sebesar – besarnya untuk masyarakat, maka perencanaan revitalisasi harus dilakukan secara bijaksana, dengan mempertimbangkan faktor – faktor teknis, finansial, sosial, dan pertimbangan lingkungan.
Sejarah Kejadian  Kawasan Breksi di Formasi Semilir

a. Secara Sosial
- Masyarakat dan atau pihak – pihak yang berada di Tebing Breksi
- Masyarakat di sekitar  dari Tebing Breksi baik yang bermukim maupun yang menggarap/mengelola lahan. Wajib melakukan Perlindungan daerah Tebing Breksi dengan menggarap tanah secara bijaksana yang bertujuan agar menjaga sistem bangunan dan pengelolaan lahan agar tidak terjadi longsor atau erosi.
- Menciptakan Masyarakat sadar wisata dan sadar cagar geologi.
- Perubahan Mata Pencaharian warga sekitar dari penambang menjadi petani untuk Agrowisata.

b. Secara pertimbangan lingkungan
- Teknik  yang di gunakan mengurangi tingkat kemiringan lereng dengan teknik pertambangan yang baik dan benar sehingga Tebing breksi masih ada dan dapat mengurangi tingkat potensi bencana yang dapat terjadi.

c. Secara teknis
-  Tlatar Seneng adalah tempat pertunjukan budaya yang berdiri di tanah kosong yang berada di area Tebing Breksi (sering disebut Taman). Kebetulan dari pagi sampai (rencananya) malam Tlatar Seneng menampilkan berbagai macam seni.
-  Kawasan Agrowisata di sekitar daerah tebing breksi
-  Kawasan desa wisata di desa Sambirejo
-  Kawasan Sadar Cagar Geologi

d. Secara finansial
-  Membuat paket perjalanan geoheritage/geowisata
-  Membuat wisata outbound
 - Mengembangkan potensi kerajinan seni mengukir batu
Peta Tebing Breksi



Desain Kawasan Agrowisata di Formasi Semilir



Desain Kawasan Agrowisata di Formasi Semilir


Desain Kawasan Agrowisata di Formasi Semilir

 




DAFTAR PUSTAKA
 Dr. Ir. C. Prasetyadi, M.Sc, 2013, Geoheritage Trail, Teknik Geologi UPN. UPN ‘Veteran’ Yogyakarta.
Yoeti. 2000, Ekowisata, Pariwisata Berwawasan Lingkungan Hidup. Lembaga Pendidikan Tinggi Pariwisata Swasta: Cisarua
R.S. Damardjati 1995, Istilah-istilah Dunia Pariwisata. PT Pradnya Pramitha