M A L I O B O R O
PERAN & CITRA• Ikon kawasan wisata kota
• Sentra perdagangan dan jasa
• Ruang ekpresi seni dan budaya
• Kawasan ruang publik kota
• Potret wajah dan dinamika kota
Daerah Istimewa
Jogjakarta dengan wilayah seluas 32,5 km2, beribukota di Jogjakarta, sebuah kota yang kaya predikat, pernah sebagai Ibukota Republik
Indonesia, kota kebudayaan, kota pendidikan serta kota pariwisata.
Dalam peta kepariwisataan nasional, potensi Daerah Istimewa Jogjakarta menduduki peringkat kedua setelah Bali, hal ini karena adanya beberapa faktor seperti ; keragaman obyek, kesiapan sarana penunjang wisata, sumber daya manusia yang memenuhi baik kualitas maupun kuantitas, wisata industri yang terdapat tidak kurang dari 70.000 industri kerajinan tangan, fasilitas akomodasi dan transportasi termasuk internasional airport Adisucipto, aneka jasa boga, biro perjalanan, serta dukungan pramuwisata yang memadai dan pengamanan wisatawan domestik maupun internasional.
Daerah Istimewa Jogjakarta sebagai propinsi tujuan utama (primary destination) bagi wisatawan nusantara maupun wisatawan mancanegara. Sebutan Prawirotaman dan Sosrowijayan sebagai 'kampung internasional' membuktikan kedekatan atmosfir Jogjakarta dengan 'selera eksotisme' wisatawan mancanegara.
Latar Belakang Revitalisasi Malioboro
• Malioboro sebagai simbol pariwisata Jogjakarta yang berarti bahwa menjadi milik, bukan hanya
masyarakat Jogjakarta tetapi adalah milik dari masyarakat wisatawan baik nasional maupun wisatawan
mancanegara.
• Kondisi Malioboro saat ini sangat padat dan terkesan kurang tertata dengan baik dari aspek fungsi
transportasi, fungsi pejalan kaki maupun fungsi bisnis karena pertokoan-pertokoan yang ada justru
tertutup oleh Pedagang Kaki Lima.
• Dari sisi legal, kontradiktif antara fungsi transportasi dan fungsi bisnis terutama fungsi jalan di pakai
untuk parkir sepeda motor maupun kendaraan tidak bermotor.
• Dari sisi sosial kemanusiaan terlihat kurang manusiawi dan dari segi budaya terjadi perubahan makna
dari sejarah Malioboro itu sendiri.
Maksud dan Tujuan
1. Mengembalikan fungsi Malioboro sebagai SIMBOL PARIWISATA
Daerah Istimewa Jogjakarta yang
tertata dengan rapi, bersih, baik dan manusiawi.
2. Malioboro pada event tertentu bisa difungsikan sebagai PANGGUNG SENI BUDAYA
antara lain
Pementasan Seni Tari, Pameran Seni Lukis, Pameran Seni Patung, Pameran Seni Batik dan Seni
Budaya lainnya.
3. Malioboro sebagai Central Business
District (CBD), maka harus tetap merespon sebagai
kawasan bisnis yang ada termasuk merespon/memperhatikan Pedagang Kaki Lima (PKL) dengan
diberikan tempat dikawasan Malioboro dan ditata dengan baik.
4. Malioboro sebagai CITY WALK
(PEDESTRIAN) yang aman, nyaman dan memberikan suasana
lingkungan yang asri.
5. Mengalihkan jalur lalu lintas yang melewati Malioboro ke wilayah samping kanan dan kiri jalan
Malioboro dan memberikan fasilitas parkir antara lain berupa gedung parkir yang tidak jauh dari jalur
jalan Malioboro.
Grand design Revitaisasi Malioboro yang mengarah ke Pedestrian, tetap pendekatnnya culture bukan pendekatan sosio ekonomi, desainyai merupakan perpaduan dari 5 konsep pemenang Sayembara penataan Kawasan Malioboro beberapa waktu yang lalu. Dikarenakan masih rencana, silahkan urun rembug ...
Prospektif Malioboro Masa Depan
1.Pertumbuhan ekonomi sebagai dampak perkembangan usaha retail diwilayah kawasan Malioboro.
2.Pengembangan kreatifitas dan pendidikan seni budaya yang sangat beragam di daerah Jogjakarta.
3.Meningkatnya daya tarik pariwisata karena terjamin kenyamanan, keamanan, keasrian serta
terpenuhinya fasilitas-fasilitas pariwisata.
4.Terbangunnya integrasi obyek pariwisata di kawasan Malioboro seperti dengan Gedung Agung,
Benteng Vandernberg, Pasar Beringharjo, Taman Pintar, Kawasan Alun-Alun Utara, Keraton,
Kawasan Pecinan, Taman Sari, Pasar Burung serta kawasan sekitarnya.
5.Terjadi pelestarian GARIS IMAJINER dari Tugu – Alun-Alun Utara – Keraton – Krapyak.
6.Dan dampak-dampak pengembangan yang positif di Kawasan Malioboro dan sekitarnya.
Juara 1 Lomba |
Juara 1 Lomba |
1. Diskusi dan Presentasi
2. Kesepakatan Bersama (MOU)
3. Survey dan Pra-Feasibility Study
4. Konsep Design
5. Feasibility Study
6. Perjanjian Kerjasama (Joint Agreement)
7. Pengembangan Design & AMDAL
8. Detail Design.
Pelaksanaan Pembangunan
1. Sosialisasi
2. Pengaturan Traffic Lalu Lintas
3. Manajemen Security Kawasan
Pembangunan
Pembangunan
4. Relokasi sementara PKL-
PKL yang ada
PKL yang ada
5. Penataan Utility yang ada
6. Pelaksanaan Pembangunan,
didahulukan Parkir Abu
Bakar Ali, Titik Nol
Kilometer, Pedestrian depan
Istana Presiden, gedung
parkir di sebelah pasar
Beringharjo dan ex. PU
untuk parkir dan
Bakar Ali, Titik Nol
Kilometer, Pedestrian depan
Istana Presiden, gedung
parkir di sebelah pasar
Beringharjo dan ex. PU
untuk parkir dan
Pusat Rencana Pragram
Strategis DIY.
7. Pelaksanaan Pembangunan
City Walk dengan metode
Top Down System atau
Open Cut System.
City Walk dengan metode
Top Down System atau
Open Cut System.
Pengoperasian dan Pengelolaan
Kawasan Terevitalisasi.
1.Pemantapan manajemen pengoperasian/pengelolaan
Kawasan Terevitalisasi.
1.Pemantapan manajemen pengoperasian/pengelolaan
2. Soft Opening
3. Grand Opening.
Juara Harapan 1 |
Juara Harapan 1 |
Variasi Desain depan Pura Kencana Toko |
Konsep pengembangan City Walk Malioboro akan memperkokoh posisi Jogjakarta dalam peta Kepariwisataan Nasional dan Internasional.
Salah satu suasana rancangan di NOL Kilimeter |
Perubahan-perubahan masih mungkin dilakukan, dan pembahasan lanjutan sangat diperlukan
dalam rangka menyamakan persepsi untuk terlaksananya rencana pengembangan dan
kerjasama.
Path Ha Na Ca Ra Ka |
Dukungan dari Pemda Daerah Istimewa Jogjakarta akan sangat membantu untuk
merealisasikan konsep pengembangan dan penataan kawasan Malioboro.
Bollart Bulat |