Kota Palembang adalah ibu kota provinsi Sumatera Selatan.
Palembang merupakan kota terbesar kedua di Sumatera setelah Medan. Sejarah kota
palembang pernah menjadi ibu kota kerajaan bahari budha terbesar di asia
tenggara pada saat itu, kerajaan Kerajaan Sriwijaya, yang mendominasi Nusantara
dan Semenanjung Malaya pada abad ke-9 juga membuat kota ini dikenal dengan
julukan “Bumi Sriwijaya”.kota Palembang juga dijuluki Venice of the East (“Venesia
dari Timur”). Jembatan AMPERA merupakan ikon dari kota Palembang dimana memiliki panjang 1.177 meter yang melintasi
diatas sungai musi sebagai penghubung seberang ulu dan seberang ilir. Sungai
Musi merupakan urat nadi perekonomian masyarakat kota Palembang hingga
sekarang.
Sungai Musi berada di pusat kota Palembang, salah satu landmark Sumatera Selatan ini banyak
menyajikan keindahan baik dari segi sejarah hingga dapat mengenal kehidupan
masyarakat asli Palembang. Di tepi sungai Musi sekitaran Jembatan AMPERA
terdapat pasar 16 ilir yang merupakan induk pasar di kota Palembang, terdapat pula plaza benteng kuto besak (BKB)
dan Restoran terapung dimana merupakan tempat anak muda nongkrong.
Ketika menyusuri sungai musi lebih jauh kearah barat menuju
pulau kemaro dengan menggunakan perahu atau biasa disebut dengan “getek”,
sepanjang perjalanan kita akan menjumpai pemandangan yang tidak akan membosankan.
Seperti adanya kampung kapitan, rumah rakit, kampung arab, komplek makam bagus
kuning, mesjid gunung kidul, dan mesjid ki merogan yang memiliki cerita unik
tersendiri. Disamping itu, terdapat pula pusat industri seperti kilang minyak PT.Pertamina, PT Pupuk
Sriwijaya, PT.Semen Baturaja hingga sampai akhir tujuan yaitu pulau kemaro.
Pulau Kemaro merupakan delta sungai musi yang menjadi salah
satu simbol kota Palembang yang memiliki luas 1.263 m. Daya tarik dari pulau
ini adalah bangunannya yang unik dan legenda cerita yang dapat menarik
wisatawan untuk berkunjung ke tempat ini. Di pulau ini terdapat klenteng yang
telah didirikan sejak tahun 1962 dan pagoda yang berlantai 9 yang baru selesai
dibangun pada tahun 2006 yang dapat dinaiki hingga puncak untuk melihat
keindahan kota Palembang dari atas. Disamping itu, terdapat sebuah pohon yang
dipercaya oleh masyarakat sekitar sebagai pohon cinta. Pulau ini dapat ditempuh
6 km dari jembatan AMPERA. Wisatawan biasanya ramai berkunjung saat hari besar
keturunan Tionghoa, seperti Cap Go Meh.
Gambar 2. Pulau Kemaro |
Dalam
upaya peningkatan fungsi lahan sebagai daerah wisata sehingga tidak menimbulkan
kejenuhan bagi para wisatawan,, maka diperlukan adanya revitalisasi kawasan.
Menurut Martokusumo (2006) revitalisasi kawasan merupakan sebuah upaya untuk
mendaur ulang (Re-cycle) aset perkotaan dengan tujuan untuk memberikan
vitalitas baru, meningkatkan vitalitas yang ada, atau bahkan menghidupkan
kembali vitalitas yang pernah ada. Namun, dapat dipastikan tujuannya adalah
untuk menciptakan kehidupan baru yang produktif serta mampu memberikan
kontribusi positif pada kehidupan sosial-budaya dan terutama kehidupan ekonomi
kawasan kota..
Proses
merevitalisasi di wilayah pulau Kemaro ini meliputi tahapan revitalisasi
sebagai berikut:
1. Intervensi Fisik
Intervensi fisik mengawali kegiatan fisik
revitalisasi dan dilakukan secara bertahap, dimana kawasan ini merupakan
kawasan bersejarah. Tahapan yang dilakukan yaitu adanya pembangunan dermaga dan gapura
berfungsi sebagai pendukung fasilitas wisata pulau kemaro ini, adanya dermaga
yang layak di pulau kemaro akan memudahkan para wisatawan menyeberangi dari
getek ke daratan, serta adanya pembangunan gapura/plang di setiap lokasi wisata
lainnya selama menyusuri sungai musi menuju pulau kemaro. Pembangunan
gapura/plang ini sendiri dapat dibuat
dengan adanya penambahan warna atau ukiran tangan dari kreativitas anak muda
disekitar pulau Kemaro yang unik yang menunjukan identitas wisata tersebut,
sehingga dapat menarik perhatian wisatawan untuk berkunjung. Aksesbilitas transportasi
dari dermaga sungai musi menuju pulau kemaro berupa persewaaan kapal kecil atau
biasa disebut dengan getek dengan kisaran biaya persewaan sebesar Rp
100.000-200.000/getek dan waktu tempuh selama 30 menit dapat membuat wisatawan
menjadi bosan selama perjalanan ditambah lagi masih banyaknya sampah di tepi
sungai sepanjang menyusuri sungai, maka apabila adanya penambahan plang
peringatan menjaga selalu kebersihan dengan latar belakang plang yang dibuat
lebih menarik seperti contohnya penambahan latar belakang dampak yang
ditimbulkan dari membuang sampah disungai tersebut di sepanjang menyusuri
sungai serta di dermaga Musi dan Pulau kemaro, serta adanya penambahan tempat
sampah besar dengan warna yang cerah di setiap sudut pulau Kemaro agar dapat
lebih menarik perhatian wisatawan untuk membuang sampah pada tempatnya.
Disamping itu, adanya perbanyak pembangunan rumah rakit khusus yang merupakan
ciri khas rumah penduduk asli Palembang, dimana didalam rumah tersebut dapat
ditata layaknya seperti keadaan rumah pada umumnya, namun dapat diberi tambahan
seperti adanya barang-barang ciri khas kota Palembang.
Pembangunan kios,
arena permainan air atau olahraga air dan toilet umum di kawasan pulau Kemaro
sangat dibutuhkan dimana dapat di manfaatkan untuk melakukan kegiatan ekonomi
masyarakat. Pembangunan kios ini dapat dibuat dengan desain yang unik serta
lebih banyak bermain pada warna agar tidak terlihat monoton dengan adanya penambahan
goresan kreatif dari tangan anak muda. Penambahan arena permainan air atau
olahraga air dengan memanfaatkan sungai musi sebagai lahannya seperti adanya
jetski, bebek air, bola air dan sebagainya dapat menjadi daya tarik tersendiri sehingga
wisatawan sendiri tidak merasa jenuh.
2. Rehabilitasi Ekonomi
Adanya perubahan fisik kawasan yang bersifat jangka
pendek diharapkan mampu memberikan nilai tambah ekonomi di kawasan pulau
Kemaro. Terdapat banyak bidang yang dapat melibatkan masyarakat sekitar sungai
Musi maupun pulau Kemaro dalam pengelolaan wisata, seperti masyarakat dapat
menjadi tourguide yang dapat mendampingi wisatawan menjelaskan
mengenai tempat atau hal penting disepanjang menyusuri sungai Musi maupun
mengenai legenda pulau Kemaro, dimana pemandu wisata dapat memberikan paket
wisata, sehingga wisatawan dapat singgah terlebih dahulu sebelum menuju ke
pulau Kemaro seperti rumah rakit, kampung kapitan, kampung arab, komplek makam
bagus kuning, serta pelabuhan bom baru. Pemandu wisata khusus menyusuri Sungai
menuju pulau Kemaro sendiri sampai sekarang belum ada. Dalam mewujudkannya juga
perlu adanya peran pemerintah dengan mengadakan pelatihan khusus bagi
masyarakat sekitar. Selain itu, kios-kios dan arena permainan air dapat
dikelola oleh masyarakat yang tinggal disekitar pulau Kemaro. Kios-kios sendiri
dapat diisi sebagai kios makanan, kios barang-barang khas Palembang, dan
sebagainya.
3. Revitalisasi Sosial/Institusional
Dalam kegiatan perancangan dan pembangunan kawasan pulau
Kemaro diperlukan pula adanya suatu pengembangan lingkungan sosial yang mencerminkan karakter pulau Kemaro.
Pulau Kemaro sendiri terkenal dengan legenda Tan Bun An dan Siti Fatimah dimana
terdapat kelenteng dan pagoda disekitar daerah tersebut. Sehingga diharapkan adanya
pembuatan web khusus pulau kemaro yang tersambung langsung pada web pemerintah
kota Palembang. Serta adanya kerjasama dengan media informasi ataupun televisi
lokal, agar dapat selalu di promosikan mengenai keistimewaan pulau Kemaro
sebagai salah satu Wisata di kota Palembang.
DAFTAR PUSTAKA
Ngini, Giris. 2011.
Permasalahan Pembangunan Revitalisasi Kawasan Wisata Istana Kuning (RKWIK).
Dalam (http://www.jurnalperspektifarsitektur.com/download/%28Jurnal%20PA%20Vol.06%20No.02%202011%29-PERMASALAHAN-PEMBANGUNAN-REVITALITALISASI-KAWASAN-WISATA-ISTANA-KUNING.pdf). Diakses Pada 30 Oktober
2015
Nugroho, Iwan. 2011
Ekowisata dan Pembangunan
Berkelanjutan. Pustaka Pelajar: Yogyakarta
Zeth, RA Rahman. 2015. Revitalisasi Dalam Rangka Konservasi Warisan Budaya Kota
Palembang. Dalam (http://arkeologi.palembang.go.id/?nmodul=halaman&kat&judul=revitalisasi-dalam-rangka-konservasi-warisan-budaya-kota-palembang) Diakses pada 30 Oktober
2015.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar
Revitalisasi Kawasan