KENALKAH JENIS KONSERVASI ?

Minggu, 01 Juli 2012

Revitalisasi Embung Tambak Boyo


Nama   : Septian Aditya N
NIM    : 114080074
Kelas   : A

Revitalisasi Embung Tambak Boyo
Kota Yogyakarta merupakan kota yang mempunyai potensi yang besar dalam menigkatakan perkembangan dari sektor pariwisata. Dalam pengelolaanya, pemerintah Yogyakarta telah mendukung adanya suatu revitalisasi di suatu daerah yang mungkin bisa dikatakan sebagai daerah yang kurang perhatian dan ketertarikan dari masayrakat. Revitalisasi yang dimaksudkan bukan hanya semata-mata untuk meningkatkan keuntungan dari pihak pemerintah saja. Namun juga harus dapat meningkatkan perekonomian masyarakat sekitar dengan mengikutsertakan masyarakat dalam kegiatan yang telah direncanakan dari revitalisasi tersebut.
Pada saat ini kebutuhan akan regenerasi kawasan perkotaan dirasakaan semakin penting. Hal ini dipengaruhi oleh beberapa faktor, di antaranya adalah globalisasi, meningkatnya kebutuhan untuk mengubah image kota (re-imagining city), dan pemanfaatan kultur sebagai suatu industry. Untuk memenangkan persaingan antarkota di dunia, sebuah kota harus memiliki keunggulan kompetitif dan keunggulan komparatif dibandingkan dengan kota-kota lainnya. Salah satu cara untuk memiliki keunggulan tersebut adalah melalui proses re- imagining kota (Gold and Ward, 1994) yang dapat dilakukan dengan cara membuat sebuah program atau proyek yang cukup menarik dan menempatkan proyek tersebut menjadi suatu dorongan bagi para pengunjung untuk datang ke kota tersebut.
Ada beberapa strategi yang dikenal dalam melakukan regenerasi kawasan perkotaan, antara lain, melalui gentrifikasi (gentrification), revitalisasi, konservasi, dan cultural quarter (Maika, 2001). Pendekatan kultural telah menjadi trend di dunia, terutama di negara-negara Eropa, untuk membentuk image baru suatu kota di mata dunia. Perkembangan cultural quarter sebagai strategi regenerasi kawasan perkotaan mulai ramai dibicarakan sejak tahun 1990an. Pemikiran untuk menggunakan potensi kultur sebagai industri menjadi cultural quarter muncul melalui proses kreativitas. Kreativitas dalam konsep perkotaan dibentuk oleh dua faktor utama, yaitu soft factor yang terdiri dari sejarah kota, sistem nilai, image, dan cara hidup (lifestyle), serta hard factor, yaitu fasilitas kultural (cultural facilities), akses terhadap informasi dan pengetahuan di bidang sosial, kultural, ekonomi, dan pembangunan fisik perkotaan. Dalam studi perkotaan, kota-kota yang berhasil dalam melakukan regenerasi melalui proses kreativitas itu kemudian dikenal sebagai creative city, suatu terminologi yang sangat populer di kalangan praktisi perencanaan perkotaan.

Adapun tujuan program pelestarian Kawasan Pusaka (Adhisakti, 2003) adalah :
a. Membangun kepedulian banyak pihak dalam pelestarian pusaka.
b. Menjadi acuan perencanaan dan pengelolaan pelestarian secara berkesinambungan dan menyeluruh.
c. Mendorong kemandirian bagi masyarakat untuk mampu mengelola kawasan bersejarahnya.
d. Menjembatani kolaborasi lintas sektor, bidang ilmu dan keahlian yang sangat diperlukan dalam pelaksanaan pelestarian.
e. Meningkatkan kualitas lingkungan kawasan bersejarah dan pendapatan masyarakat.
Salah satu potensi yang dimiliki kota Yogyakarta adalah Embung Tambak Boyo. Embung Tambakboyo merupakan salah satu waduk yang berada di wilayah Sleman, Yogyakarta. Sebenarnya waduk ini terletak diantara tiga Desa yaitu Condongcatur, Maguwo dan Wedomartani. Perencanaan  pembangunan dari embung ini telah berjalan sejak tahun 2003 selama 5 tahun sampai tahun 2008 dan saat ini telah selesai pengerjaannya. Waduk yang luasnya 7,8 hektar dan volume tampungan sekitar 400.000 m3 ini memiliki wilayah yang cukup luas. Fungsi utama dari waduk ini adalah cadangan dan resapan air tanah untuk warga Bantul, Sleman, Yogyakarta, sebagai sarana pengairan, dan cadangan air untuk PDAM dimasa mendatang. Namun dalam pengembangan waduk ini sering digunakan sebagai sarana rekreasi seperti memancing, berolahraga, bahkan piknik.
Wilayah sekitar waduk ini telah didesain khusus dengan rapi sehingga memiliki pemandangan yang indah. Waduk ini memiliki lokasi yang cukup mudah untuk dilalui. Letak pastinya adalah sekitar 1 km kearah utara dari Ringroad utara depan kampus Universitas Pembangunan Nasional "Veteran" Yogyakarta. Transportasi juga mudah jika anda menggunakan kendaraan roda dua maupun roda empat. Tiket untuk masuk sangatlah terjangkau, dengan harga Rp 2000,- untuk sepeda motor dan Rp 3000,- untuk mobil.
Embung Tambak Boyo juga tersedia beberapa fasilitas yang cukup memadai, yaitu diantaranya Kolam pemancingan, warung makanan dan minuman, toilet yang bersih, dan parkir yang cukup memadai. Dahulu pernah ada penyewaan perahu dayung dan jet sky, namun karena kurangnya pengunjung maka sekarang sudah nonaktif.
Untuk mengaktifkan kembali potensi yang telah dimiliki oleh Embung Tambak Boyo ini secara maksimal, maka perlu adanya revitalisasi dan rekonstruksi terhadap tempat ini. Konsep yang digunakan dalam me-revitalisasi kawasan ini yaitu dengan menggunakan pemanfaatan lahan kosong sebagai tempat dimana akan dibangun beberapa sarana yang dapat menunjang adanya kegiatan pariwisata ditempat tersebut. Pokok pemikiran dasar berupa pembangunan empat menara observasi, dua kereta gantung, revegetasi tanaman hijau, lampu-lampu penerangan sekitar jalan berkonblok di pinggir kolam, pembangunan kios-kios suvenir dan warung makan yang lebih menarik, mengaktifkan kembali fasilitas perahu dayung, pembuatan taman rumput hijau, dan beberapa pembenahan area diluar dan disekitar embung.
Dalam meningkatkan keinginan dan minat dari pengunjung, maka perlu dibuat suatu ide yang dapat menimbulkan kesan keingintahuan yang tinggi dari pengunjung. Pembangunan menara observasi, adalah salah satu solusinya. Tujuan dari pembangunan menara ini adalah pengunjung dapat menikmati keindahan alam sekitar berupa persawahan dan panorama pemukiman kota Yogyakarta dari ketinggian 21 meter dari tanah. Terdapat juga teropong yang dapat digunakan untuk melihat sekitar. Untuk mencapai atas, pengunjung akan dimanjakan dengan sebuah lift kecil yang dapat menampung 6-7 orang. Tiket masuk menara akan diberlakukan tersendiri, terlepas dari tiket masuk embung. Terdapat juga dua orang pengawas yang bertugas menjaga keamanan diatas menara. Dari pembangunan menara tersebut, maka dapat membantu perekonomian masyarakat sekitar. Penempatan tampat menara yaitu, dua disebelah barat embung dan dua di sebelah timur embung.
Rounded Rectangle: Gambaran foto udara menara kereta gantungKemudian dari pembangunan keempat menara tersebut, akan dibangun dua Kereta gantung yang dapat digunakan oleh pengunjung untuk menikmati suasana diatas embung. Konsep kereta gantung ini yaitu dengan menghubungkan menara disebelah barat dan timur dengan melewati bagian atas dari kolam besar di embung tersebut. Kereta gantung tersebut dapat menampung 3-4 orang penumpang. Pembangunan dari kedua fasilitas ini dibuat sedemikian rupa oleh ahli konstruksi agar dapat berdiri kokoh dan tetap terjaga keamanannya. Faktor lingkungan sekitar sangatlah berpengaruh terhadap daya tahan konstruksi, seperti faktor kecepatan angin dan cuaca yang sangat berpengaruh atas keberlangsungan diadakannya fasilitas tersebut.
Tidak lupa pula ditambahkan beberapa tanaman hijau seperti cemara atau pinus yang ditanam untuk menjaga keindahan dan kerapian dari tempat tersebut. Tanaman-tanaman ini diharapkan dapat digunakan sebagai peneduh bagi para pengunjung apabila nanti kemudian akan tumbuh menjadi tanaman yang besar. Disepanjang jalan di embung, akan diberi lampu penerangan setiap 15 meter. Sehingga dapat menimbulkan kesan gemerlap pada saat malam hari.
Kios-kios dan warung-warung makan akan ditingkatkan kerapian dan keindahannya dengan merenovasi bagunan dengan kayu yang telah dicat warna-warni layak pakai. Sehingga apabila suatu tempat terlihat bersih dan rapi, maka akan meningkatkan rasa kenyamanan dan keinginan dari pengunjung. Kios-kios akan diisi oleh barang suvenir khas jogja dan beberapa makanan khas jogja. Sedangkan warung makan, akan disajikan makanan ala seafood dan ikan air tawar. Selain itu pengunjung yang ingin mengolah hasil tangkapan ikan dari memancing dapat diolah di situ. Para penjual kios dan warung tersebut, tidak lain adalah masyarakat sekitar yang mendapatkan modal dari pinjaman pemerintah dan koperasi. Dan tidak ketinggalan pembuatan taman rumput kecil yang dapat digunakan oleh pengunjung untuk menikmati panorama alam sekitar.
Tidak hanya pengembangan di dalam embung yang di rencanakan, tetapi juga terdapat penataan area diluar embung. Karena untuk menunjang suatu potensi yang maksimal dari suatu tempat, maka perlu diperhatikan masalah komponen lingkungan sekitar yang berpengaruh. Seperti salah satunya adalah tempat pembuangan sampah sementara dari pintu masuk sebelah barat. Perlu adanya kerapian, masalah etika, dan pencemaran dari tempat tersebut. Pembuatan konstruksi seperti atap dan dinding dapat dibuat untuk mengatasi masalah etika. Karena dapat menyebabkan bau dan mengganggu pemandangan dari sampah tersebut. Kemudian pembuatan alat pengepres sampah atau incenerator ramah lingkungan yang dapat digunkan untuk mengatasi masalah kerapian. Dan juag dibuat saluran air yang terpisah, sehingga sampah-sampah yang mengandung zat-zat pencemar tidak akan masuk ke saluran air yang berujung di embung.
            Dari semua kegiatan revitalisasi dan rekonstruksi diatas, apabila kegiatan tersebut dapat terealisasikan, maka perlulah diadakannya suatu pendekatan sosial tehadap masyarakat. Pemanfaatan media dan forum pembicaraan sangatlah penting bagi kelanjutan pengembangan ini. Sosialisasi terhadap pihak yang berkaitan dengan proses pengembangan ini juga harus diatur dengan rapi. Sehingga tidak menimbulkan konflik yang berkepanjangan. Tujuan utama dari pengambangan ini adalah untuk memajukan masyarakat sekitar yang masih kekurangan masalah edukasi dan ekonomi. Maka untuk kelangsungan pengembangan ini, tergantung dari pengembang itu sendiri untuk bersosialisasi dengan masyarakat dan masyarakat yang ingin lebih maju dalam peningkatan taraf dan kualitas hidup.

Daftar Pustaka

Adhisakti, Laretna T, 2003. Revitalisasi Kawasan Pusaka di Berbagai Belahan Bumi, Harian Kompas, Minggu, 13 November 2003.
Gold, John R, & Ward, Stephen V, eds. 1994, Place Promotion, The Use of Publicity and Marketing To Sell Towns and Cities, John Willey & Sons, Wst Sussex, United Kingdom
Maika, Amelia, 2001. Cultural Quarter / Kuarter Kultur (?): Suatu Alternatif Dalam Strategi Regenerasi Kawasan Perkotaan, Center for Population and Policy Studies, Gadjah Mada University.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar

Revitalisasi Kawasan