KENALKAH JENIS KONSERVASI ?

Selasa, 15 November 2016

REKLAMASI TAMBANG PELAPUKAN DIORIT SEBAGAI ARENA MOTOCROSS, KWAGON, SIDOREJO, GODEAN, SLEMAN, DIY.

JULIO BONDAN PRADITA

                                                   114130122

Profil desa
Sidorejo adalah desa di kecamatan Godean, Sleman, Daerah Istimewa Yogyakarta, Indonesia. Pada mulanya Desa Sidorejo merupakan wilayah yang terdiri dari 3 (tiga) Kelurahan yakni : Kelurahan Kwagon, Sangonan, dan Jering. Berdasarkan maklumat Pemerintah Daerah Istimewa Yogyakarta yang diterbitkan tahun 1946 mengenai Pemerintahan Kelurahan, maka Kelurahan-Kelurahan tersebut kemudian digabung menjadi satu desa otonom dengan nama Desa Sidorejo. Desa Sidorejo kemudian secara resmi ditetapkan berdasarkan Maklumat Pemerintah Daerah Istimewa Yogyakarta Nomor 5 Tahun 1948 tentang Perubahan Daerah-Daerah Kelurahan.
Desa Sidorejo secara topografi berupa tanah datar, dan merupakan Desa terluas di Kecamatan Godean dengan luas 5,44 Km2 (sekitar 20% luas Kecamatan Godean). Desa ini sebagian besar merupakan kawasan pedesaan yang subur, dan memiliki potensi di bidang pertanian, peternakan dan industri genteng. Sebanyak 7.440 jiwa yang terbagi dalam 2.051 KK tinggal di 13 padukuhan yang ada di desa ini. Di Desa Sidorejo terdapat 259 KK Miskin (Raskin 2009) yang merupakan terendah di Kecamatan Godean.

Sosial-Ekonomi
Wilayah bekas Kelurahan Kwagon yang meliputi Padukuhan Kwagon,Padukuhan Dukoh,Pedukuhan Pare Tengah,Padukuhan Pare Kulon dan Padukuhan Bantut merupakan sentra industri genteng yang telah berlangsung secara turun temurun. Dimulai dari pembuatan genteng "Asthogino ( tangan yang berguna )" lalu berkembang menjadi genteng soka yang tebal dan kuat mengikuti tuntutan zaman. Hampir semua warga padukuhan ini terlibat dalam industri genteng maupun bata merah.
Untuk mensyukuri keberadaan industri genteng dan bata merah yang telah menghidupi masyarakat, khusus warga Padukuhan Kwagon, maka diadakanlah upacara Merti Bumi setiap bulan Sapar. Berbagai kegiatan diantaranya gotong royong membersihkan lingkungan, bakti sosial, pengobatan massal, kenduri massal, dan tirakatan dilakukan oleh masyarakat. Sedangkan acara puncak dilaksanakan dengan diawali doa tahlilan kemudian diadakan kirab labuhan berupa pusaka dan ubarampe serta gunungan hasil bumi sepanjang satu setengah kilometer menuju lokasi penambangan tanah di Bukit Gunung Pare.

Lokasi penelitian
Secara Administratif lokasi penelitian berada pada koordinat X=421000 Y=9143340 yaitu di Dusun Kwagon, Desa Sidorejo, Kecamatan Godean, Kab.Sleman, D.I.Yogyakarta. Luas penelitian yang diambil yaitu 15 hektar dengan parameter pengambilan data permukiman terdekat, penggunaan air disekitar lokasi, luasan wilayah track motocross, punggungan, akses jalan menuju lokasi.  Lokasi penelitian berada di bagian Barat Kabupaten Sleman. Jarak lokasi penelitian dari pusat Kota Sleman yaitu 8 KM dengan jarak waktu tempuh sekitar 30-40 menit. Sedangkan jarak lokasi penelitian dari Kampus UPN “Veteran” Yogyakarta yaitu 12 KM dengan jarak waktu tempuh sekitar 40-50 menit. Kondisi jalan menuju lokasi penelitian beraspal dengan baik namun sesampainya menuju Dusun Kwagon beberapa ruas jalan sudah mulai berlubang dan dicor menggunakan semen yang diambil dari swasembada masyarakat sekitar. Penggunaan lahan di sekitar lokasi penelitian berupa tegalan yang ditimbuhi oleh vegetasi pohon sengon, asam jawa, bambu, dan pisang. Sawah berada pada selatan lokasi penelitian yang ditanami dengan padi. Permukiman sudah cukup banyak dibangun disekitar lokasi penelitan dengan mata pencaharian sebagai penambang, PNS, wiraswasta, maupun petani. Sebelah timur lokasi penelitian terdapat genangan yang dahulu sebagai lokasi penambangan dan sekarang telah beralih fungsi untuk warga yang dimanfaatkan sebagai tempat pemancingan liar. Sebelah selatan lokasi penelitian terdapat makam umum yang masih terawatt namun di tepi bukit makam tersebut mengalami erosi yang menimbulkan kerusakan pada makam tersebut.
Konsep revitalisasi
Motocross merupakan olahraga yang cukup banyak digemari oleh orang karena memerlukan adrenalin untuk melakukan perjalanan dari garis mulai hingga selesai. Motocross di alam pada umumnya dilakukan pada perbukitan yang terjal dan berlumpur dengan beberapa ketentuan sebagai keamanan kegiatan. Yogyakarta sendiri memiliki satu arena motocross terbuka yaitu di Sirkuit Tambakrejo daerah Sleman, namun sirkuit alam dengan standar sirkuit internasional belum memiliki. Potensi ini dimiliki pada lokasi penelitian dengan beberapa kondisi sekarang yang sedikit dirubah sesuai dengan prosedur atau pedoman pembuatan sirkuit motocross.
Bukit bekas penambangan rakyat yang dijadikan sebagai lokasi penelitian memiliki ketinggian 7 meter dari dasar dan berada pada 130 mdpl. Sudut kemiringan kondisi sekarang yaitu 70 derajat yang termasuk sangat terjal. Sedangkan dibagian utara merupakan tegalan yang memiliki kemiringan lereng 45 derajat. Dari kondisi sekarang sudah cukup memiliki potensi namun perlu beberapa modifikasi.
Panduan pembuatan sirkuit motocross yang dijadikan sebagai dasar konsep revitalisasi ini yaitu diambil dari “Federation Internationale de Motocyclisme Standards for Motocross, Arenacross/Supercross and Supermoto Circuits edition 2015”. Panjang jalur yang dibuat sepanjang 450 meter dengan lebar 1 meter. Kemiringan lereng yang ditentukan yaitu 45 derajat dengan tinggi 2 meter kemudian dilanjutkan dengan dataran yang selebar 1 meter. Sirkuit ini merupakan “open public stadium” oleh karena itu prosedur keamanan untuk penonton diberikan jarak 8 meter dari jalan motocross. Area mulai memberikan jarak sekiranya 20 meter sebelum memasuki tanjakan dan berbentuk jalan lurus tanpa ada suatu hambatan apapun. Dalam sirkuit harus tersedia sinyal dalam bentuk apapun untuk mempermudah pengendara seperti rambu rambu belokan tajam, loncatan dan sebagainya.
Dalam sebuah arena sirkuit memerlukan “timekeeping and lapscoring office”, untuk pemantauan jalannya pertandingan kantor ini berada di sebelah selatan sirkuit yang mana memang terdapat lahan cukup luas dan kosong yang dapat dijadikan sebagai kantor. Selain tempat sirkuit, arena wajib menyediakan lahan parkir, tempat makan, maupun tempat kesehatan. Untuk meningkatkan kesejahteraan masyarakat sekitar, maka dibuatlah sebuah taman pemancingan yang berada pada bagian timur sirkuit, yang mana kondisi sekarang masih kurang terawatt dan apabila sirkuit motocross dibuat maka kondisi sekarang maish kurang aman. Dengan dipindahkannya lokasi pedagang ke sebelah utara kolam, maka bertambahnya luasan yang diperlukan untuk merevitalisasi kolam. Berubahnya tempat pedagang yang semula warung non-permanen menjadi warung permanen yang memiliki beberapa fasilitas lebih baik untuk melakukan transaksi jual-beli. Suasana yang nyaman diberikan kepada calon konsumen sambil melakukan aktifitas memancing di kolam merupakan hasil positif yang dapat dirasakan.


DAFTAR PUSTAKA
FIM STANDARDS FOR MOTOCROSS, ARENACROSS/SUPERCROSS, AND SUPERMOTTO CIRCUITS.2015.PARIS:FRANCE.
Peraturan Gubernur DIY no 63. Tahun 2003

Peta RTRW daerah Sleman keluaran BAPEDDA DIY.

Senin, 14 November 2016

Revitalisasi Kawasan Tambang Batu Breksi Desa Bawuran, Kecamatan Pleret, Kabupaten Bantul Sebagai Tempat Wisata Keluarga Alternatif


Oleh Muhammad Erza (114150052)


Bantul, merupakan salah satu dari lima kabupaten di Daerah Istimewa Yogyakarta. Kabupaten yang dipimpin oleh Bupati Drs. H. Suharsono ini memiliki luas daerah sebesar 508,85 km2 dan jumlah penduduk Bantul pada tahun 2009 adalah 1.015.465 jiwa, dengan kepadatan 2.012,93 jiwa/km2. Mayoritas mata pencaharian penduduk di bidang pertanian (25 %) , perdagangan (21 %), Industri (19 %) dan jasa (17 %). Kabupaten dengan 17 kecamatan ini berbatasan dengan Kabupaten Sleman dan Kota Yogyakarta  di utara, Kabupaten Gunungkidul disebelah timur, Kabupaten Kulonprogo disebelah barat, dan Samudera Hindia di bagian selatan. Kabupaten Bantul saat ini sedang menggalakkan sektor pariwisatanya untuk menyumbang pemasukan daerah. Untuk lebih mengenalkan wilayah di kancah nasional dan internasional, maka kabupaten Bantul perlu memiliki ciri tertentu. Dengan Peraturan Bupati (Perbup) Nomor : 69 Tahun 2013 diatur tentang Brand baru dengan nama Bantul The Harmony of Nature and Culture. Konsep slogan The Harmony of Nature and Culture merupakan abstraksi dari konsep lingkungan fisik, hayati, ekonomi, sosial dan budaya. Brand bukan untuk mengganti lambang daerah namun sebagai alat promosi daerah dan wisata beserta potensinya. Brand baru ini juga menegaskan komitmen Bantul menjadi daerah tujuan wisata utama di DIY. Kabupaten Bantul akan mengedepankan pola kehidupan bernilai tinggi di semua lini. Brand Kabupaten Bantul didominasi warna hijau melambangkan optimisme kehidupan pertanian berkelanjutan, warna biru berarti air yang menjadi pelengkap kehidupan agraris. Huruf diawal berbentuk Gentong gerabah melambangkan potensi Bantul yang terkenal berupa gerabah Kasongan, sebagai salah satu lambang ekonomi kreatif. Bentuk gentong gerabah menggambarkan hasil usaha budi daya akal dan pikiran ditopang dengan usaha bekerja. Konsep aman, tertib dan sehat tergambar pada urutan simbol yang mengikuti pola teratur dari hulu ke hilir atau pantai. Sementara bentuk elastis dan dinamis memberi kesan luasnya keterlibatan masyarakat dalam membangun wilayah. Diharapkan brand ini mampu memajukan kehidupan masyarakat dengan mempromosikan dan membangun citra positifnya.
            Terletak di sebelah timur, berbatasan dengan Kabupaten Gunungkidul tepatnya berada di desa Bawuran Kecamatan Pleret Kabupaten Bantul, terdapat satu tambang batu breksi yang masih tradisional dan dikelola oleh masyarakat. Daerah tersebut dulunya merupakan salah satu terdampak gempa Bantul 2006 yang parah. Tambang tersebut berada diatas lahan milik Sultan dengan luas sekitar 1,5 hektar. Menurut salah satu penambang disana yang bernama Pak Lanjar Sejati, tambang ini mulai ditambang dari tahun 1980 sampai sekarang. Namun sekarang cadangan material yang ada sudah menipis. Oleh karena itu, penelitian ini muncul sebagai alternatif untuk dapat merevitalisasi tambang batu breksi tersebut agar tetap dapat menjadikan manfaat terhadap masyarakat sekitar.
Gambar 1.1 Tebing yang ada di lereng bawah
            Lahan tambang batu breksi terletak disalah satu bukit kecil yang berada tak jauh dari ibukota Kecamatan Pleret, sekitar 5 menit ditempuh menggunakan kendaraan pribadi. Lahan tersebut memiiki lereng yang landai dan terdapat satu tebing yang mana memiliki tinggi sekitar 30 meter dan luas sekitar 300 meter persegi. Sedangkan dipuncak bukit terdapat lereng-lereng sisa penambangan batu breksi dengan ketinggian sekitar kurang lebih  5 meter. Dari keadaan tersebut, saya memiliki konsep revitalisasi daerah tersebut menjadi hampir seperti tebing breksi di daerah prambanan namun ada beberapa hal yang membedakan yang menjadi ciri khas tempat ini selanjutnya. Hal tresebut juga didasari oleh tujuan kabupaten Bantul sendiri untuk menjadi kabupaten tujuan utama wisata Daerah Istimewa Yogyakarta. Konsep ini dibuat bertujuan untuk menjadikan alternatif penghasilan baru bagi para penambang pasir dan masyarakat sekitar jika memang proses penambangan sudah tidak dapat dilakukan lagi karena cadangan material yang telah habis.





Gambar 1.2 Kenampakan tambang di puncak bukit
            Rencananya, lahan tersebut akan dibuat datar dan dijadikan beberapa lantai dari bawah tengah sampai atas. Dan tiap-tiap lantai akan memiliki fungsi masing-masing seperti tempat makan, taman, panggung pertunjukkan, cafe, menara pandang dan lain sebagainya. Lantai satu akan dijadikan sebagai menara pandang dengan bentang alam pegunungan seribu dan sunset menjadi daya tariknya. Menara pandang rencananya akan dibuat pada tebing sisa penambangan batu breksi dengan membuat pahatan tangga yang memutari tebing untuk sampai di puncak menara. Kemudian di sekitar menara akan dibuat parit memutar yang berisi air agar dimaksudkan sebagai drainase sekitar menara dan juga daya tarik pemandangan jika dilihat dari atas. Di puncak menara akan dibangun patung sebagai ikon dari tempat tersebut dan lanskap pegunungan seribu serta sunset yang menjadi daya tarik utama dari puncak menara tersebut. Kemudian terdapat anak tangga yang menuju lantai kedua yang mana dilantai kedua akan terdapat taman, tempat makan, stand jajanan dan sebagainya untuk tempat bersantai dan juga melepas lelah. Kemudian ada tangga lagi yang menuju lantai puncak yang mana disana terdapat panggung pagelaran, taman, dan cafe yang berkonsep garden cafe yang akan buka hingga malam agar dapat digunakan untuk tempat nongkrong dan bersantai. Dalam panggung pagelaran dapat dijadwalkan pementasan seperti live acoustic, tari, wayang, atau kesenian yang lainnya bekerjasama dengan pihak terkait. Sedangkan di pintu utama nantinya akan dibuat tulisan besar TAMAN BAWURAN sebagai nama desa sekaligus nama tempat tersebut. Untuk lahan parkir akan berada didekat pintu utama sebelum menuju ke menara pandang. Dinding batas lantai yang merupakan batu breksi rencananya akan dibuat pahatan yang mana juga dapat menjadi hiasan yang menarik serta dapat menjadi tempat foto yang bagus. Dengan adanya tempat publik tersebut diharapkan roda perekonomian masyarakat sekitar dapat naik dan juga pemerintah desa dan daerah tersebut dapat memanfaatkan tempat tersebut sebagai tempat berkumpul masyarakat jika akan dilakukan sosialisasi dari pihak tertentu ataupun dalam rangka memperingati hari penting. Ditargetkan yang akan mengelola keseluruhan tempat tersebut adalah dari pihak masyarakat sekitar sebagai penunjang ekonomi masyarakat. Tempat tersebut juga dapat diintegrasikan dengan tempat wisata lain seperti puncak becici, hutan pinus mangunan, dan juga puncak mangunan yang mana memiliki letak yang berdekatan.
Gambar 1.3 Desain rencana taman


Menurut McCarthy dan Wiliam (1993:60), peluang yang menarik menurut perusahaan tertentu adalah peluang yang dapat dimanfaatkan perusahaan ataupun dikaitkan dengan sumber daya dan tujuannya. Perencanaan strategi pemasaran berusaha menyesuaikan peluang yang ada dengan sumber daya perusahaan dan tujuannya, yaitu apa yang dapat dan ingin dilakukan. Hal tersebut adalah salah satu upaya yang dapat dilakukan didaerah tersebut sesuai dengan potensi sumber daya manusia dan sumber daya alam yang ada guna membangun industri pariwisata Kabupaten Bantul menuju tujun yang telah dicanangkan. Namun, kendala yang ada disana adalah adanya investor atau pemodal yang akan membiayai proyek tersebut dan itu juga merupakan keluhan dari masyarakat ang ingin mengembangkan tempat terebut menjadi tempat wisata dan ikon baru daerah Kabupaten Bantul pada umumnya dan Kecamatan Pleret peda khususnya. Kerjasama yang baik antara masyarakat, Pemerintah Kabupaten Bantul serta pemodal akan membawa tempat baru ini menjadi destinasi unggulan yang baru dan mengasyikkan. Jika proyek tersebut dapat berjalan dengan lancar, harus ada upaya perawatan, kontroling, dan juga pengembangan dari pihak-pihak terkait agar supaya masyarakat sekitar dan juga pihak terkait lain tetap dapat manfaatnya.


DAFTAR PUSTAKA


Mc Carthy, E. Jerome and Wiliam D. Perreault, Jr. 1993. Dasar-Dasar Pemasaran. Jakarta: Penerbit Erlangga.

Senin, 07 November 2016

Jawaban Soal UTS Ganjil Tahun Ajaran 2016/2017 Penataan dan Revitalisasi Kawasan




 By: Annisa Luthfia
114150020

1.      Membuat soal dan jawaban sendiri berdasarkan materi
a.       Apa latar belakang pemerintah kota Sawahlunto melakukan revitalisasi lahan bekas tambang di kota tersebut ?

Jawab :
1)  Alasan sosial, Hindia Belanda menginvestasikan 5,5 juta gulden untuk menggarap tambang batu bara Ombilin, Sawahlunto.  Selama puluhan tahun lamanya, perekonomian Sawahlunto sangat bergantung pada aktivitas penambangan batu bara. Banyak pendudukan Sawahlunto yang berprofesi sebagai penambang batu bara. Namun sikap ketergantungan ini berdampak kurang baik pada perekonomian Sawahlunto pada beberapa tahun terakhir ini. Harga batu bara di pasaran internasional di tahun 2012 turun hingga 25%. Hal ini menyebabkan  PT Bukit Asam Unit Penambangan Ombilin sebagai perusahaan tambang batu bara satu-satunya di Sawahlunto mengalami kerugian belasan hingga puluhan miliar rupiah pertahun. PT Bukit Asam bahkan memutuskan untuk menutup tambang dan melakukan PHK secara bertahap. Akibatnya, Kota Sawahlunto menjadi seperti kota mati dan terjadi pengangguran secara besar-besaran. Revitalisasi pada kawasan ini diharapkan dapat menggerakkan roda perekonomian dan membuka lapangan pekerjaan bagi masyarakat Sawahlunto.

2)   Bentang alam dan pemandangan yang indah di Sawahlunto. Hal ini mengakibatkan Sawahlunto memiliki potensi yang sangat besar untuk dijadikan kota wisata dengan bentang alam yang indah sebagai salah satu asetnya. Potensi ini dapat terus digali dan ditingkatkan agar dapat membawa pemasukan bagi pemerintah dan masyarakat.

3)      Terdapat banyak bangunan peninggalan Belanda yang bernilai historis sangat tinggi. Menurut Goodchild (1990), lanskap sejarah perlu dilestarikan karena memiliki arti penting, yaitu:
-          Menjadi bagian penting dan bagian integral dari warisan budaya.
-          Menjadi bukti fisik dan arkeologis dari warisan sejarah.
-          Memberi kontribusi bagi keberlanjutan pembangunan kehidupan berbudaya.
-          Memberi kenyamanan publik (public amenity).
-          Memberikan nilai ekonomis dan dapat mendukung pariwisata.

b.      Bagaimanakah strategi yang dijalankan pemerintah kota Sawahlunto untuk melakukan revitalisasi lahan bekas tambang di Sawahlunto beserta nilai-nilai historis yang ada di dalamnya?

Jawab :
1)      Mencari mitra kerja kajian pemetaan dan revitalisasi bangunan cagar budaya.
Pemerintah kota Sawahlunto membuat kajian mengenai revitalisasi bangunan bersejarah kota dengan cara mengundang tokoh Peter Van Dun, ahli perencanaan konservasi terpadu dari Belanda dengan program PUM. Selain itu, juga menjalin kerja sama dengan Badan Warisan Sumatera Barat (BWSB). BWSB merupakan LSM yang peduli terhadap bangunan dan benda-benda bersejarah di wilayah Sumatera Barat.

2)      Membentuk tim revitalisasi bangunan dengan Dinas Pariwisata dan Kebudayaan Kota Sawahlunto  yang berperan  sebagai leading sector atau dinas yang bertanggung jawab. Dinas ini dibantu oleh SKPD lain, seperti Dinas PU, Dinas Perindustrian, Perdagangan, Pertambangan, Koperasi dan Tenaga Kerja; Dinas Pendidikan, Pemuda dan Olahraga; Dinas Kesehatan dan Sosial; Dinas Pendapatan, Pengelolaan Keuangan dan Aset Daerah; Dinas Pertanian dan Kehutanan; Bappeda; BLH; Badan Kesbangpol dan Penanggulangan Bencana; kecamatan dan kelurahan.

3)      Menetapkan beberapa kebijakan yaitu :
-          Menetapkan dan memantapkan fungsi kawasan cagar budaya melalui Perwal maupun Perda.
-          Mengkonservasi dan merehabilitasi kawasan cagar budaya.
-          Memberikan insentif pada bangunan tua, bangunan bernilai sejarah dan/atau bernilai tinggi.
-          Meningkatkan fungsi bangunan tua, bangunan bernilai sejarah dan/atau bernilai tinggi, serta potensi sosial budaya masyarakat yang memiliki nilai sejarah sebagai obyek wisata budaya.

c.       Bagaimanakah cara pemerintah kota Sawahlunto merealisasikan 4 kenijakam yang telah ditetapkan sebagai bentuk upaya revitalisasi lahan bekas tambang batu bara dan jelaskan hasilnya !

Jawab :
-          Kegiatan yang dilakukan pemerintah kota Sawahlunto adalah :
·    Melakukan kajian tentang upaya peningkatan dan perbaikan kawasan kota lama.
·        Melakukan sosialisasi program ke masyarakat secara terus menerus melalui berbagai media yang ada di Sawahlunto,
· Melakukan pelatihan,lokakarya dan workshop mengenai pentingnya revitalisasi kota kepada jajaran aparat pemkot.
· Melakukan studi banding tentang revitalisasi bagi pegawai pemkot khususnya bidang perencanaan dan teknis ke kota-kota di Indonesia maupun di luar negeri.

·   Berdasarkan inventaris yang telah dilakukan sejak tahun 2001 dan 2002, maka pemerintah kota mulai melakukan peningkatan  kawasan pedestrian, pembangunan kawasan bermain dan RTH, mulai merenovasi bangunan-bangunan bersejarah, serta membangun tempat-tempat penunjang kegiatan wisata, seperti gedung info box, IPTEK center, water boom dan kebun binatang.

-          Hasil dari program-program tersebut adalah :
·   Lubang Mbah Soero, merupakan obyek wisata yang didalamnya terdapat tunnel panjang. Tunnel ini digunakan untuk proses penggalian dan pengangkutan batu bara pada zaman pemerintahan Belanda
·         Museum Goedang Ransoem, didalamnya dapat dilihat perlengkapan masak yang digunakan pada zaman dahulu dengan ukuran yang tidak biasa.
·         Musem kereta api, dulunya stasiun kereta api yang dibangun Belanda pada tahun 1918. Sehingga, setelah direvitalisasi pengunjung dapat merasakan sensasi naik kereta api kuno.
·    Hotel Ombilin, merupakan saksi bisu kejayaan Sawahlunto di masa lalu. Hotel Ombilin adalah hotel dengan arsitektur Belanda yang dulunya sering digunakan sebagai tempat penginapan tamu-tamu Belanda.

2.      Kajian Lingkungan Strategis pada Revitalisasi Lahan Bekas Tambang Kota Sawahlunto
Pada uraian sebelumnya telah dipaparkan Kebijakan, Rencana, dan Program yang ada dalam Revitalisasi Lahan Bekas Tambang Kota Sawahlunto. Oleh karena itu, dapat dikaji mengenai kajian lingkungan strategisnya adalah sebagai berikut :

a.       Kebijakan :
1)      Dampak Positif :
-      Kebijakan yang telah dibuat pemerintah kota Sawahlunto sangat berpihak kepada lingkungan karena selain menjadikan lahan yang telah berubah bentuk karena pertambangan diolah kembali, juga mempertahankan keasrian lingkungan dan bentang alam yang ada di Sawahlunto.
-    Upaya konservasi dan rehabilitasi cagar budaya sangat baik untuk pembangunan pariwisata dan pelestarian lingkumgan.
-       Masalah sosial tertangani karena pembukaan pariwisata membuka banyak lapangan kerja baru.
-    Meminimalisir gedung-gedung dan bangunan kosong yang tidak terawat dengan merevitalisasinya dan menjadikan obyek wisata.

2)      Dampak Negatif :
-  Terlalu terpusat pada pembangunan kota dan bangunan-bangunan bersejarah, sehingga pada pengembangan bentang alam dan pemandangan alam kurang diperhatikan yang seharusnya dapat diolah untuk wisata alam
-  Kurang mengajak masyarakat dalam perannya untuk ikut serta membentuk kebijakan.

b.      Rencana
1)      Dampak Positif
-   Menambah ilmu dan mempercepat proses transfer ilmu pada pemerintah kota Sawahlunto karena mengadakan banyak studi banding dan mendatangkan ahli dari luar.
-        Berpikir jauh ke depan karena terdapat pelatihan-pelatihan dan kajian yang sangat matang sebelum pembangunan benar-benar dilakukan.

2)      Dampak Negatif
-    Terlalu banyak studi banding dan kajian oleh pihak luar sehingga terkesan boros biaya pada awal tahap revitalisasi
-  Kurangnya kajian terhadap pihak internnal itu sendiri atau masyarakat asli Sawahlunto yang tinggal dan hidup di sana.
-       Terlalu banyak mengkaji dan mendatangkan ahli bangunan, sedangkan porsi untuk pengembangan wisata berbasis alam sanhat minim sekali.

c.       Program
1)      Dampak Positif
-          Kesejahteraan rakyat meningkat
-          Pengangguran mulai menurun
-          Bangunan dan tempat-tempat yang hampir mati mulai bangkit kembali
-          Pembangunan wisata yang meningkat drastis
-          Kondisi alam, lingkungan, kota, tata ruang, bangunan lebih terawat
-          Menjadi salah satu peran dalam Tour de Singkarak 2012
-          Melestarikan budaya dan mengembangkan ekonomi lokal

2)      Dampak negatif
 Terlalu fokus terhadap masalah bangunan dan kota, potensi alam kurang ditingkatkan
-          Kurang mengajak masyarakat Sawahlunto untuk terjun langsung dalam perumusan program

-    Harus bekerja keras untuk menjadikan bagian ekowisata di Sawahlunto masih sangat kurang

REVITALISASI KAWASAN HUNIAN TETAP “HUNTAP” GUNUNG MERAPI SEBAGAI DESA WISATA


Oleh : Irvan Fitrianto (114150050)



1.      Latar belakang
Hunian tetap atau biasanya disebut shelter merupakan salah satu usaha pemerintah dalam melakukan penanggulangan pasca bencana, hal ini dilakukan agar masyarakat di kawasan Gunung Merapi pada khususnya penduduk yang merupakan korban erupsi Gunung Merapi pada tahun 2010 yang telah kehilangan rumah serta harta bendanya diberikan tempat tinggal. Terdapat sepuluh lokasi yang dijadikan hunian sementara, yaitu Plosokerep, Gondang 1, Gondang 2, Gondang 3, Gondang luar, Banjarsari, Jetis Sumur, Dongkelsari, Kuwang, dan Kethingan. Hunian sementara yang sekarang telah menjadi hunian tetap dewasa ini tidak dimanfaatkan dengan cukup baik dan hanya dijadikan hunian saja, sedangkan daerah tersebut memiliki potensi yang lebih untuk dapat dikembangkan. Daerah hunian yang memiliki kondisi geografis cukup mendukung untuk lebih dikembangkan, dengan masih asrinya daerah tersebut dengan masih kaya akan sumber daya alamnya baik dari flora maupun fauna. Ketersediaan air bersih serta lahan terbuka hijau juga sangat mendukung untuk dikembangkan potensi daerahnya tetapi juga harus berpedoman pada pelestarian lingkungan agar pemanfaatan sumberdaya alam tidak berlebihan dan tidak mengakibatkan kerusakan lingkungan.

2.      Tujuan
Pengembangan kawasan hunian tetap di daerah Gunung Merapi diharapkan dapat menunjang perekonomian penduduk sekitar terutama penduduk hunian tetap karena dengan adanya pengembangan potensi daerah tersebut akan dapat memberikan dampak positif meningkatnya perekonomian, lestarinya budaya dan juga kelestarian lingkungan. Pengembangan daerah hunian tetap ini berpedoman dengan undang-undang dan kelestarian lingkungan sehingga memberikan dampak positif terjaganya lingkungan disekitar hunian, tujuan paling utama dari pengembangan potensi daerah ini yaitu agar masyarakat lebih peka terhadap lingkungan untuk menjaga dan melestarikannya. Peran aktif masyarakat juga sangat dibutuhkan pada pengembangan daerah ini supaya dapat melatih masyarakat untuk dapat berorganisasi dan terstruktur dalam pengelolaan kawasan tempat tinggal mereka.

 PEMBAHASAN
“Village tourism, where small groups of tourist stay in near traditional, often remote villages and learn about village life and the local environment” (Inskeep, 1991). “Desa wisata adalah dimana sekelompok kecil wisatawan tinggal dalam atau dekat dengan suasana tradisional, biasanya di desa-desa yang terpencil dan belajar tentang kehidupan di pedesaan dan lingkungan setempat”. Maksud dari pengertian tersebut adalah suatu desa wisata merupakan suatu tempat yang memiliki nilai tertentu dan dapat menjadi daya tarik khusus. Ciri khas suatu desa dapat ditonjolkan untuk menarik wisatawan dimana ciri khas tersebut tidak dapat ditemukan di daerah perkotaan.
Hunian Tetap adalah kelompok rumah yang berfungsi sebagai lingkungan tempat  tinggal  atau  hunian  yang  dilengkapi  dengan  prasarana  lingkungan  yaitu kelengkapan dasar fisik lingkungan, misalnya penyediaan air minum, pembuangan sampah,  tersedianya  listrik,  telepon,  jalan,  yang  memungkinkan  lingkungan pemukiman berfungsi sebagaimana mestinya. Kawasan hunian sementara atau shelter terdapat di sepuluh titik lokasi yang berada di daerah kecamatan cangkringan. Mulai  tahun 2011 sampai  2013,  pemerintah  membuat rencana  dan telah berhasil membangun rumah permanen atau hunian tetap (huntap) bagi para korban yang  kehilangan  tempat  tinggal.  Selain  itu  beberapa  sektor  lengkap  dengan infrastrukturnya yang sempat rusak karena bencana tersebut juga sempat diperbaiki. Pembangunan  hunian  tetap  ini  merupakan  suatu  program  rehabilitasi  dan rekonstruksi  yang  dilakukan  oleh  pemerintah  dalam  menangani  bencana  erupsi gunung merapi.
Masyarakat yang tadinya tinggal di hunian sementara mulai  dipindahkan kehunian-hunian tetap yang sudah disediakan. Terdapat sekitar18 hunian tetap yang tersebar  lokasi-lokasi  yang  lebih  aman  daripada  lokasi  rumah  tinggal  mereka sebelumnya. Hunian tetap tersebut tersebar di Umbulharjo (Huntap Bulak Susukan, Karangkendal,  dan  Plosokerep),  Kepuharjo  (Huntap  Batur  dan  Pagerjurang), Wukirsari (Huntap Gondang 2, Gondang 3, dan Dongkelsari), Glagaharjo (Huntap Gading, Banjarsari, dan Jetis Sumur), Argomulyo (Huntap Kuwang dan Randusari), Sendangagung (Huntap Kisik, Gambretan, dan Cancangan), Sindumartani (Huntap Klenthingan dan Jlapan), dan beberapa huntap mandiri individu.
Kehidupan bermasyarakat pada hunian tetap sangat jauh berbeda dengan sebelumnya karena sebelum terjadi erupsi penduduk yang tinggal di desa asalnya beraktivitas selayaknya didesa kelahirannya dengan bercocok tanam, bertani dan juga dengan kondisi ruang pedesaan yang cukup luas dengan jarak rumah yang renggang, sehinga masih terlihat keasrian disuatu desa tersebut. Sedangkan sekarang dengan adanya hunian tetap msayarakat yang berasal dari beberapa desa di satukan dalam satu kawasan tempat tinggal yang mana di situ sebagian masyarakat tidak saling mengenal dan memiliki budaya yang sedikit berbeda dari satu desa dengan desa lainnya. Aktivitas pertanian dan mata pencaharian lain di daerah hunian tetap juga menjadi suatu permasalahan, tidak adanya lahan pertanian dan peternakan membuat perekonomian penduduk menjadi berkurang, tetapi dengan adanya lahan pemukiman yang cukup strategis karena terstruktur seperti di hunian tetap Daerah Kepuhharjo yaitu Huntap Pager Jurang memunginkan untuk dapat dikembangkan sebagai desa wisata budaya. Desa wisata dapat menunjang perekonomian warga sekitar karena dapat meningkatkan pendapatan dari hasil pengelolaan desa wisata. Peran aktif masyarakat juga dapat melatih masyarakat dalam berorganisasi. Budaya yang kian luntur di masa sekarang juga dapat di lestarikan agar tidak punah dan juga masyarakat akan lebih peka terhadap budaya dan lingkungan sekitar.

Lokasi Huntap Pagerjurang
Konsep yang akan diterapkan dalam pembangunan desa wisata ini adalah dengan membuat hunian tetap Pager Jurang  menjadi desa budaya dan juga sekaligus menjadi sarana edukasi masyarakat. Hunian tetap Pager Jurang akan dibuat tiga panggung semi permanen dan satu panggung permanen dengan ukuran yang lebih besar dari panggung lainnya yang bertujuan untuk dapat diadakannya pentas kesenian dan budaya di hunian tetap tersebut. Budaya yang akan ditampilkan merupakan budaya lokal seperti pertunjukan wayang, teater atau biasa disebut ketoprak, dan juga akan mengusung beberapa seni atau hasil karya seniman untuk dipamerkan sehingga desa wisata juga akan menjadi expo center atau pusat untuk memamerkan hasil karya seni.


Rencana Panggung Permanen Huntap Pagerjurang
Kegiatan seperti bercocok tanam juga akan diselanggarakan untuk dapat melatih kepekaan pengunjung terhadap lingkungan, suasana pedesaan tidak dihilangkan jadi akan disediakan lahan untuk bertani tetapi untuk edukasi terutama terhadap anak-anak.
Rencana Outbound Desa Wisata Huntap Pagerjurang


Pada bagian lain akan disiapkan juga lahan untuk melakukan aktivitas outdoor seperti outbond dan juga disediakan tempat untuk sekolah terbuka tentang sekolah alam yang meliputi pengetahuan gunung api, jadi di situ akan diberi pengetahuan tentang apa itu gunung api, apa saja bencana yang ditimbulkan, bagaimana dampaknya, dan terutama studi tentang gunung merapi, pada program tersebut juga akan diberikan tata cara penanggulangan bencana serta penataan pasca bencana. Sehingga desa wisata tersebut juga dapat memberikan pengetahuan yang lebih tentang Gunung Merapi dan melibatkan seluruh lapisan masyarakat mulai dari penduduk lokal, pemerintah dan juga tenaga pendidik yang berkompeten.

Rencana Desa Wisata untuk kirap budaya dan pameran budaya





Rencana Desa Wisata untuk wisata pertanian

    Jika dalam pembuatan desa wisata ini dapat berhasil dilaksanakan maka pada hunian tetap lainnya juga lebih bisa dikembangkan menimbang aspek-aspek pendukung yang ada disekitar hunian. Sebagai contohnya di hunian tetap lainnya dapat dibuat desa agrowisata atau dapat juga dibuat sebagi desa ecowisata dengan mempertimbangkan kearifan lokanya.



1.      Kesimpulan
Kawasan hunian tetap di daerah Pager Jurang memiliki potensi yang lebih untuk dapat dikembangkan. Pembangunan desa wisata merupakan salah satu langkah untuk memajukan daerah hunian tetap, sehingga dapat menopang kehidupan masyarakatnya untuk memperbaiki perekonomian lokal. Pelestarian lingkungan dapat dilakukan dengan adanya pembangunan desa wisata. Program desa wisata juga dibarengi dengan sarana edukasi untuk menunjang pendidikan baik pengunjung maupun warga lokal. Pengembangan hunian tetap dapat diterapkan di seluruh hunian tetap yang ada untuk mengeksplorasi potensi masyarakat dan sumber daya alamnya, sehingga mewujudkan kawasan lingkungan binaan yang maju dan peduli lingkungan.
2.      Saran
Pembangunan suatu kawasan harus ditunjang dengan keikut sertaan pemerintah daerah maupun pusat agar terlaksana dengan baik. Peran aktif masyarakat sekitar juga sangat diperlukan agar rasa saling memiliki daerah tersebut ada dan menjadikan masyarakat yang cerdas serta peduli akan lingkungan.

Daftar Pustaka :
Wulansari, Maria Ariadne Dewi. 2014. Kepuasan Huni dan Perubahan Hunian pada Rumah Pasca Bencana Erupsi Merapi. Temu ilmiah IPLBI 2014.

Hindami, Hibatullah N A dkk. Kriteria Desain Alih Fungsi Huntara Menjadi Hunian Permanen Korban Bencana Merapi. Temu ilmiah IPLBI 2014.