Oleh : Irvan Fitrianto
(114150050)
1.
Latar
belakang
Hunian
tetap atau biasanya disebut shelter merupakan salah satu usaha pemerintah dalam
melakukan penanggulangan pasca bencana, hal ini dilakukan agar masyarakat di
kawasan Gunung Merapi pada khususnya penduduk yang merupakan korban erupsi
Gunung Merapi pada tahun 2010 yang telah kehilangan rumah serta harta bendanya
diberikan tempat tinggal. Terdapat sepuluh lokasi yang dijadikan hunian
sementara, yaitu Plosokerep, Gondang 1, Gondang 2, Gondang 3, Gondang luar,
Banjarsari, Jetis Sumur, Dongkelsari, Kuwang, dan Kethingan. Hunian sementara
yang sekarang telah menjadi hunian tetap dewasa ini tidak dimanfaatkan dengan
cukup baik dan hanya dijadikan hunian saja, sedangkan daerah tersebut memiliki
potensi yang lebih untuk dapat dikembangkan. Daerah hunian yang memiliki
kondisi geografis cukup mendukung untuk lebih dikembangkan, dengan masih
asrinya daerah tersebut dengan masih kaya akan sumber daya alamnya baik dari
flora maupun fauna. Ketersediaan air bersih serta lahan terbuka hijau juga
sangat mendukung untuk dikembangkan potensi daerahnya tetapi juga harus
berpedoman pada pelestarian lingkungan agar pemanfaatan sumberdaya alam tidak
berlebihan dan tidak mengakibatkan kerusakan lingkungan.
2.
Tujuan
Pengembangan kawasan hunian tetap
di daerah Gunung Merapi diharapkan dapat menunjang perekonomian penduduk
sekitar terutama penduduk hunian tetap karena dengan adanya pengembangan
potensi daerah tersebut akan dapat memberikan dampak positif meningkatnya
perekonomian, lestarinya budaya dan juga kelestarian lingkungan. Pengembangan
daerah hunian tetap ini berpedoman dengan undang-undang dan kelestarian
lingkungan sehingga memberikan dampak positif terjaganya lingkungan disekitar
hunian, tujuan paling utama dari pengembangan potensi daerah ini yaitu agar
masyarakat lebih peka terhadap lingkungan untuk menjaga dan melestarikannya.
Peran aktif masyarakat juga sangat dibutuhkan pada pengembangan daerah ini
supaya dapat melatih masyarakat untuk dapat berorganisasi dan terstruktur dalam
pengelolaan kawasan tempat tinggal mereka.
PEMBAHASAN
“Village tourism, where
small groups of tourist stay in near traditional, often remote villages and
learn about village life and the local environment”
(Inskeep, 1991). “Desa wisata adalah dimana sekelompok kecil wisatawan tinggal
dalam atau dekat dengan suasana tradisional, biasanya di desa-desa yang
terpencil dan belajar tentang kehidupan di pedesaan dan lingkungan setempat”.
Maksud dari pengertian tersebut adalah suatu desa wisata merupakan suatu tempat
yang memiliki nilai tertentu dan dapat menjadi daya tarik khusus. Ciri khas
suatu desa dapat ditonjolkan untuk menarik wisatawan dimana ciri khas tersebut
tidak dapat ditemukan di daerah perkotaan.
Hunian Tetap adalah kelompok rumah yang berfungsi sebagai
lingkungan tempat tinggal atau
hunian yang dilengkapi
dengan prasarana lingkungan
yaitu kelengkapan dasar fisik lingkungan, misalnya penyediaan air minum,
pembuangan sampah, tersedianya listrik,
telepon, jalan, yang
memungkinkan lingkungan pemukiman
berfungsi sebagaimana mestinya. Kawasan hunian sementara
atau shelter terdapat di sepuluh titik lokasi yang berada di daerah kecamatan
cangkringan. Mulai tahun 2011
sampai 2013, pemerintah
membuat rencana dan telah
berhasil membangun rumah permanen atau hunian tetap (huntap) bagi para korban
yang kehilangan tempat
tinggal. Selain itu
beberapa sektor lengkap
dengan infrastrukturnya yang sempat rusak karena bencana tersebut juga
sempat diperbaiki. Pembangunan
hunian tetap ini
merupakan suatu program
rehabilitasi dan
rekonstruksi yang dilakukan
oleh pemerintah dalam
menangani bencana erupsi gunung merapi.
Masyarakat yang tadinya tinggal di hunian sementara mulai dipindahkan kehunian-hunian tetap yang sudah
disediakan. Terdapat sekitar18 hunian tetap yang tersebar lokasi-lokasi
yang lebih aman
daripada lokasi rumah
tinggal mereka sebelumnya. Hunian
tetap tersebut tersebar di Umbulharjo (Huntap Bulak Susukan, Karangkendal, dan
Plosokerep), Kepuharjo (Huntap
Batur dan Pagerjurang), Wukirsari (Huntap Gondang 2,
Gondang 3, dan Dongkelsari), Glagaharjo (Huntap Gading, Banjarsari, dan Jetis
Sumur), Argomulyo (Huntap Kuwang dan Randusari), Sendangagung (Huntap Kisik,
Gambretan, dan Cancangan), Sindumartani (Huntap Klenthingan dan Jlapan), dan
beberapa huntap mandiri individu.
Kehidupan bermasyarakat pada hunian tetap sangat
jauh berbeda dengan sebelumnya karena sebelum terjadi erupsi penduduk yang
tinggal di desa asalnya beraktivitas selayaknya didesa kelahirannya dengan
bercocok tanam, bertani dan juga dengan kondisi ruang pedesaan yang cukup luas
dengan jarak rumah yang renggang, sehinga masih terlihat keasrian disuatu desa
tersebut. Sedangkan sekarang dengan adanya hunian tetap msayarakat yang berasal
dari beberapa desa di satukan dalam satu kawasan tempat tinggal yang mana di
situ sebagian masyarakat tidak saling mengenal dan memiliki budaya yang sedikit
berbeda dari satu desa dengan desa lainnya. Aktivitas pertanian dan mata
pencaharian lain di daerah hunian tetap juga menjadi suatu permasalahan, tidak
adanya lahan pertanian dan peternakan membuat perekonomian penduduk menjadi berkurang,
tetapi dengan adanya lahan pemukiman yang cukup strategis karena terstruktur seperti
di hunian tetap Daerah Kepuhharjo yaitu Huntap Pager Jurang memunginkan untuk
dapat dikembangkan sebagai desa wisata budaya. Desa wisata dapat menunjang perekonomian
warga sekitar karena dapat meningkatkan pendapatan dari hasil pengelolaan desa
wisata. Peran aktif masyarakat juga dapat melatih masyarakat dalam
berorganisasi. Budaya yang kian luntur di masa sekarang juga dapat di
lestarikan agar tidak punah dan juga masyarakat akan lebih peka terhadap budaya
dan lingkungan sekitar.
Konsep yang akan diterapkan dalam pembangunan desa wisata ini adalah
dengan membuat hunian tetap Pager Jurang menjadi desa budaya dan juga sekaligus menjadi
sarana edukasi masyarakat. Hunian tetap Pager Jurang akan dibuat tiga panggung
semi permanen dan satu panggung permanen dengan ukuran yang lebih besar dari
panggung lainnya yang bertujuan untuk dapat diadakannya pentas kesenian dan
budaya di hunian tetap tersebut. Budaya yang akan ditampilkan merupakan budaya
lokal seperti pertunjukan wayang, teater atau biasa disebut ketoprak, dan juga
akan mengusung beberapa seni atau hasil karya seniman untuk dipamerkan sehingga
desa wisata juga akan menjadi expo center atau pusat untuk memamerkan hasil
karya seni.
Rencana Panggung
Permanen Huntap Pagerjurang
Kegiatan seperti bercocok tanam juga akan diselanggarakan untuk
dapat melatih kepekaan pengunjung terhadap lingkungan, suasana pedesaan tidak
dihilangkan jadi akan disediakan lahan untuk bertani tetapi untuk edukasi
terutama terhadap anak-anak.
Pada bagian lain akan disiapkan juga lahan untuk melakukan aktivitas outdoor seperti outbond dan juga disediakan tempat untuk sekolah terbuka tentang sekolah alam yang meliputi pengetahuan gunung api, jadi di situ akan diberi pengetahuan tentang apa itu gunung api, apa saja bencana yang ditimbulkan, bagaimana dampaknya, dan terutama studi tentang gunung merapi, pada program tersebut juga akan diberikan tata cara penanggulangan bencana serta penataan pasca bencana. Sehingga desa wisata tersebut juga dapat memberikan pengetahuan yang lebih tentang Gunung Merapi dan melibatkan seluruh lapisan masyarakat mulai dari penduduk lokal, pemerintah dan juga tenaga pendidik yang berkompeten.
Rencana Desa Wisata untuk kirap budaya dan pameran budaya |
Rencana Desa Wisata
untuk wisata pertanian
|
Jika dalam pembuatan desa wisata ini dapat berhasil dilaksanakan
maka pada hunian tetap lainnya juga lebih bisa dikembangkan menimbang
aspek-aspek pendukung yang ada disekitar hunian. Sebagai contohnya di hunian
tetap lainnya dapat dibuat desa agrowisata atau dapat juga dibuat sebagi desa
ecowisata dengan mempertimbangkan kearifan lokanya.
1. Kesimpulan
Kawasan hunian tetap di
daerah Pager Jurang memiliki potensi yang lebih untuk dapat dikembangkan.
Pembangunan desa wisata merupakan salah satu langkah untuk memajukan daerah
hunian tetap, sehingga dapat menopang kehidupan masyarakatnya untuk memperbaiki
perekonomian lokal. Pelestarian lingkungan dapat dilakukan dengan adanya
pembangunan desa wisata. Program desa wisata juga dibarengi dengan sarana
edukasi untuk menunjang pendidikan baik pengunjung maupun warga lokal.
Pengembangan hunian tetap dapat diterapkan di seluruh hunian tetap yang ada
untuk mengeksplorasi potensi masyarakat dan sumber daya alamnya, sehingga
mewujudkan kawasan lingkungan binaan yang maju dan peduli lingkungan.
2. Saran
Pembangunan suatu
kawasan harus ditunjang dengan keikut sertaan pemerintah daerah maupun pusat
agar terlaksana dengan baik. Peran aktif masyarakat sekitar juga sangat
diperlukan agar rasa saling memiliki daerah tersebut ada dan menjadikan
masyarakat yang cerdas serta peduli akan lingkungan.
Daftar Pustaka :
Wulansari, Maria Ariadne Dewi. 2014. Kepuasan Huni dan Perubahan Hunian pada Rumah Pasca Bencana Erupsi
Merapi. Temu ilmiah IPLBI 2014.
Hindami, Hibatullah N A dkk. Kriteria
Desain Alih Fungsi Huntara Menjadi Hunian Permanen Korban Bencana Merapi.
Temu ilmiah IPLBI 2014.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar
Revitalisasi Kawasan