KENALKAH JENIS KONSERVASI ?

Senin, 07 November 2016

REVITALISASI KAWASAN HUNIAN TETAP “HUNTAP” GUNUNG MERAPI SEBAGAI DESA WISATA


Oleh : Irvan Fitrianto (114150050)



1.      Latar belakang
Hunian tetap atau biasanya disebut shelter merupakan salah satu usaha pemerintah dalam melakukan penanggulangan pasca bencana, hal ini dilakukan agar masyarakat di kawasan Gunung Merapi pada khususnya penduduk yang merupakan korban erupsi Gunung Merapi pada tahun 2010 yang telah kehilangan rumah serta harta bendanya diberikan tempat tinggal. Terdapat sepuluh lokasi yang dijadikan hunian sementara, yaitu Plosokerep, Gondang 1, Gondang 2, Gondang 3, Gondang luar, Banjarsari, Jetis Sumur, Dongkelsari, Kuwang, dan Kethingan. Hunian sementara yang sekarang telah menjadi hunian tetap dewasa ini tidak dimanfaatkan dengan cukup baik dan hanya dijadikan hunian saja, sedangkan daerah tersebut memiliki potensi yang lebih untuk dapat dikembangkan. Daerah hunian yang memiliki kondisi geografis cukup mendukung untuk lebih dikembangkan, dengan masih asrinya daerah tersebut dengan masih kaya akan sumber daya alamnya baik dari flora maupun fauna. Ketersediaan air bersih serta lahan terbuka hijau juga sangat mendukung untuk dikembangkan potensi daerahnya tetapi juga harus berpedoman pada pelestarian lingkungan agar pemanfaatan sumberdaya alam tidak berlebihan dan tidak mengakibatkan kerusakan lingkungan.

2.      Tujuan
Pengembangan kawasan hunian tetap di daerah Gunung Merapi diharapkan dapat menunjang perekonomian penduduk sekitar terutama penduduk hunian tetap karena dengan adanya pengembangan potensi daerah tersebut akan dapat memberikan dampak positif meningkatnya perekonomian, lestarinya budaya dan juga kelestarian lingkungan. Pengembangan daerah hunian tetap ini berpedoman dengan undang-undang dan kelestarian lingkungan sehingga memberikan dampak positif terjaganya lingkungan disekitar hunian, tujuan paling utama dari pengembangan potensi daerah ini yaitu agar masyarakat lebih peka terhadap lingkungan untuk menjaga dan melestarikannya. Peran aktif masyarakat juga sangat dibutuhkan pada pengembangan daerah ini supaya dapat melatih masyarakat untuk dapat berorganisasi dan terstruktur dalam pengelolaan kawasan tempat tinggal mereka.

 PEMBAHASAN
“Village tourism, where small groups of tourist stay in near traditional, often remote villages and learn about village life and the local environment” (Inskeep, 1991). “Desa wisata adalah dimana sekelompok kecil wisatawan tinggal dalam atau dekat dengan suasana tradisional, biasanya di desa-desa yang terpencil dan belajar tentang kehidupan di pedesaan dan lingkungan setempat”. Maksud dari pengertian tersebut adalah suatu desa wisata merupakan suatu tempat yang memiliki nilai tertentu dan dapat menjadi daya tarik khusus. Ciri khas suatu desa dapat ditonjolkan untuk menarik wisatawan dimana ciri khas tersebut tidak dapat ditemukan di daerah perkotaan.
Hunian Tetap adalah kelompok rumah yang berfungsi sebagai lingkungan tempat  tinggal  atau  hunian  yang  dilengkapi  dengan  prasarana  lingkungan  yaitu kelengkapan dasar fisik lingkungan, misalnya penyediaan air minum, pembuangan sampah,  tersedianya  listrik,  telepon,  jalan,  yang  memungkinkan  lingkungan pemukiman berfungsi sebagaimana mestinya. Kawasan hunian sementara atau shelter terdapat di sepuluh titik lokasi yang berada di daerah kecamatan cangkringan. Mulai  tahun 2011 sampai  2013,  pemerintah  membuat rencana  dan telah berhasil membangun rumah permanen atau hunian tetap (huntap) bagi para korban yang  kehilangan  tempat  tinggal.  Selain  itu  beberapa  sektor  lengkap  dengan infrastrukturnya yang sempat rusak karena bencana tersebut juga sempat diperbaiki. Pembangunan  hunian  tetap  ini  merupakan  suatu  program  rehabilitasi  dan rekonstruksi  yang  dilakukan  oleh  pemerintah  dalam  menangani  bencana  erupsi gunung merapi.
Masyarakat yang tadinya tinggal di hunian sementara mulai  dipindahkan kehunian-hunian tetap yang sudah disediakan. Terdapat sekitar18 hunian tetap yang tersebar  lokasi-lokasi  yang  lebih  aman  daripada  lokasi  rumah  tinggal  mereka sebelumnya. Hunian tetap tersebut tersebar di Umbulharjo (Huntap Bulak Susukan, Karangkendal,  dan  Plosokerep),  Kepuharjo  (Huntap  Batur  dan  Pagerjurang), Wukirsari (Huntap Gondang 2, Gondang 3, dan Dongkelsari), Glagaharjo (Huntap Gading, Banjarsari, dan Jetis Sumur), Argomulyo (Huntap Kuwang dan Randusari), Sendangagung (Huntap Kisik, Gambretan, dan Cancangan), Sindumartani (Huntap Klenthingan dan Jlapan), dan beberapa huntap mandiri individu.
Kehidupan bermasyarakat pada hunian tetap sangat jauh berbeda dengan sebelumnya karena sebelum terjadi erupsi penduduk yang tinggal di desa asalnya beraktivitas selayaknya didesa kelahirannya dengan bercocok tanam, bertani dan juga dengan kondisi ruang pedesaan yang cukup luas dengan jarak rumah yang renggang, sehinga masih terlihat keasrian disuatu desa tersebut. Sedangkan sekarang dengan adanya hunian tetap msayarakat yang berasal dari beberapa desa di satukan dalam satu kawasan tempat tinggal yang mana di situ sebagian masyarakat tidak saling mengenal dan memiliki budaya yang sedikit berbeda dari satu desa dengan desa lainnya. Aktivitas pertanian dan mata pencaharian lain di daerah hunian tetap juga menjadi suatu permasalahan, tidak adanya lahan pertanian dan peternakan membuat perekonomian penduduk menjadi berkurang, tetapi dengan adanya lahan pemukiman yang cukup strategis karena terstruktur seperti di hunian tetap Daerah Kepuhharjo yaitu Huntap Pager Jurang memunginkan untuk dapat dikembangkan sebagai desa wisata budaya. Desa wisata dapat menunjang perekonomian warga sekitar karena dapat meningkatkan pendapatan dari hasil pengelolaan desa wisata. Peran aktif masyarakat juga dapat melatih masyarakat dalam berorganisasi. Budaya yang kian luntur di masa sekarang juga dapat di lestarikan agar tidak punah dan juga masyarakat akan lebih peka terhadap budaya dan lingkungan sekitar.

Lokasi Huntap Pagerjurang
Konsep yang akan diterapkan dalam pembangunan desa wisata ini adalah dengan membuat hunian tetap Pager Jurang  menjadi desa budaya dan juga sekaligus menjadi sarana edukasi masyarakat. Hunian tetap Pager Jurang akan dibuat tiga panggung semi permanen dan satu panggung permanen dengan ukuran yang lebih besar dari panggung lainnya yang bertujuan untuk dapat diadakannya pentas kesenian dan budaya di hunian tetap tersebut. Budaya yang akan ditampilkan merupakan budaya lokal seperti pertunjukan wayang, teater atau biasa disebut ketoprak, dan juga akan mengusung beberapa seni atau hasil karya seniman untuk dipamerkan sehingga desa wisata juga akan menjadi expo center atau pusat untuk memamerkan hasil karya seni.


Rencana Panggung Permanen Huntap Pagerjurang
Kegiatan seperti bercocok tanam juga akan diselanggarakan untuk dapat melatih kepekaan pengunjung terhadap lingkungan, suasana pedesaan tidak dihilangkan jadi akan disediakan lahan untuk bertani tetapi untuk edukasi terutama terhadap anak-anak.
Rencana Outbound Desa Wisata Huntap Pagerjurang


Pada bagian lain akan disiapkan juga lahan untuk melakukan aktivitas outdoor seperti outbond dan juga disediakan tempat untuk sekolah terbuka tentang sekolah alam yang meliputi pengetahuan gunung api, jadi di situ akan diberi pengetahuan tentang apa itu gunung api, apa saja bencana yang ditimbulkan, bagaimana dampaknya, dan terutama studi tentang gunung merapi, pada program tersebut juga akan diberikan tata cara penanggulangan bencana serta penataan pasca bencana. Sehingga desa wisata tersebut juga dapat memberikan pengetahuan yang lebih tentang Gunung Merapi dan melibatkan seluruh lapisan masyarakat mulai dari penduduk lokal, pemerintah dan juga tenaga pendidik yang berkompeten.

Rencana Desa Wisata untuk kirap budaya dan pameran budaya





Rencana Desa Wisata untuk wisata pertanian

    Jika dalam pembuatan desa wisata ini dapat berhasil dilaksanakan maka pada hunian tetap lainnya juga lebih bisa dikembangkan menimbang aspek-aspek pendukung yang ada disekitar hunian. Sebagai contohnya di hunian tetap lainnya dapat dibuat desa agrowisata atau dapat juga dibuat sebagi desa ecowisata dengan mempertimbangkan kearifan lokanya.



1.      Kesimpulan
Kawasan hunian tetap di daerah Pager Jurang memiliki potensi yang lebih untuk dapat dikembangkan. Pembangunan desa wisata merupakan salah satu langkah untuk memajukan daerah hunian tetap, sehingga dapat menopang kehidupan masyarakatnya untuk memperbaiki perekonomian lokal. Pelestarian lingkungan dapat dilakukan dengan adanya pembangunan desa wisata. Program desa wisata juga dibarengi dengan sarana edukasi untuk menunjang pendidikan baik pengunjung maupun warga lokal. Pengembangan hunian tetap dapat diterapkan di seluruh hunian tetap yang ada untuk mengeksplorasi potensi masyarakat dan sumber daya alamnya, sehingga mewujudkan kawasan lingkungan binaan yang maju dan peduli lingkungan.
2.      Saran
Pembangunan suatu kawasan harus ditunjang dengan keikut sertaan pemerintah daerah maupun pusat agar terlaksana dengan baik. Peran aktif masyarakat sekitar juga sangat diperlukan agar rasa saling memiliki daerah tersebut ada dan menjadikan masyarakat yang cerdas serta peduli akan lingkungan.

Daftar Pustaka :
Wulansari, Maria Ariadne Dewi. 2014. Kepuasan Huni dan Perubahan Hunian pada Rumah Pasca Bencana Erupsi Merapi. Temu ilmiah IPLBI 2014.

Hindami, Hibatullah N A dkk. Kriteria Desain Alih Fungsi Huntara Menjadi Hunian Permanen Korban Bencana Merapi. Temu ilmiah IPLBI 2014.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar

Revitalisasi Kawasan