by; Nur Suci Larasati
NIM 114080069
Kota
Bontang merupakan wilayah yang relatif kecil dibandingkan kabupaten lainnya di
Kalimantan Timur (406,70 km²). Bontang memegang peranan yang cukup penting
dalam pembangunan Kaltim maupun nasional. Pasalnya kota yang berpenduduk
sekitar 110.000 jiwa ini, terkenal sebagai kota industri. Maka tidaklah heran
apabila kota ini menjadi target ribuan orang untuk mencari penghasilan. Selain
itu letaknya tergolong strategis, pada poros jalan Trans-Kalimantan serta
dilalui jalur pelayaran Selat Makassar sehingga menguntungkan dalam mendukung
interaksi wilayah Kota Bontang dengan wilayah luar Kota Bontang.
Kota
ini maju dengan sektor perindustrian dan pertambangannya yang harum namun
bagaimana dengan sektor pariwisatanya. Seperti dikemukakan oleh Jacobs (1969),
sebuah kota yang menggantungkan ekonominya pada beberapa industri besar saja,
luar biasa rawannya terhadap stagnasi ekonomi. Sehingga dirasa perlu mencari
alternatif dalam mengendalikan ancaman dari dampak suatu kota industri agar
keberadaan kota yang lestari. Dan menjadi penting dan perlu untuk melakukan
upaya revitalisasi kawasan kumuh Bontang Kuala menjadi kawasan elok yang mampu
menarik perhatian wisatawan domestik maupun wisatawan asing.
Kampung
yang terletak di wilayah timur Kota Bontang ini berada di daerah pesisir barat perairan
Selat Makasar. Dengan jumlah penduduk 4.492 jiwa (Sumber: Dinas Kependudukan
dan Catatan Sipil Kota Bontang - Maret 2012) dan luas wilayah sebesar 585 Ha
dan luas areal terbangun sebesar 64 Ha (Sumber: Pemkot Bontang, 2001), Bontang
Kuala menjelma menjadi kawasan potensial wisata yang eksotis di Kota Bontang.
Bontang Kuala itu sendiri merupakan salah satu dari enam kelurahan yang
terletak di Kecamatan Bontang Utara. Akses jalan menuju kawasan ini tidak sulit
yakni bisa dengan menggunakan angkot ataupun dengan kendaraan pribadi selama 10
menit dari kota dengan kondisi jalan yang datar.
Sejalan
dengan konsep wisata, kawasan pesisir – laut ini juga memiliki keanekaragaman
hayati yang besar dimana keterdapatan hutan mangrove yang wajib dilestarikan
keberadaannya. Kawasan Bontang Kuala dengan keberadaan perkampungan khasnya
yang berada di atas air laut pun menjadi menarik untuk ditonjolkan sebagai
kawasan ekowisata. Sejumlah potensi – potensi ekonomi yang ditunjukkan dari
komoditas hasil laut yang melimpah seperti ikan laut, lobster, udang, kepiting,
rumput laut, terasi, dan ikan asin. Selain itu adanya perpaduan budaya yang
harmonis di kampung ini antara suku asli Kalimantan, dengan beberapa suku
pendatang seperti jawa, bone, dan bugis juga turut andil dalam memperkaya nilai
- nilai budaya dikawasan Bontang Kuala.
|
||||||||
|
||||||||
Revitalisasi kawasan sebagai upaya untuk
memvitalkan kembali suatu kawasan atau bagian kawasan
yang dulunya
pernah vital/hidup, akan tetapi kemudian mengalami kemunduran/degradasi. Dalam hal ini upaya revitalisasi
dimaksudkan untuk merevitalisasi Kawasan Lindung Hutan
Mangrove dan Kawasan Andalan Bontang Kuala menjadi kawasan ekowisata desa di
atas permukaan laut. Beberapa definisi seperti pada PP 03 Th 2012 tentang
Rencana Tata Ruang Kalimantan, Kawasan
andalan adalah bagian
dari kawasan budi
daya, baik di
ruang darat maupun ruang
laut yang pengembangannya diarahkan
untuk mendorong pertumbuhan ekonomi
bagi kawasan tersebut
dan kawasan di sekitarnya. Selain itu definisi kawasan lindung
adalah wilayah yang
ditetapkan dengan fungsi
utama melindungi kelestarian lingkungan
hidup yang mencakup
sumber daya alam dan sumber daya
buatan. Selanjutnya,
dalam proses revitalisasi sebuah kawasan atau bagian kota mencakup perbaikan
aspek fisik dan aspek ekonomi dari bangunan maupun ruang kota.
v Kawasan Hutan Lindung Mangrove
Kawasan hutan mangrove di pesisir
Bontang, khusunya kawasan Bontang Kuala perlu mendapat perhatian pasalnya
semakin bertambahnya jumlah penduduk berpotensi mengancam keberadaan dari
ekosistem hutan mangrove itu sendiri. Program dari revitalisasi ini dimaksudkan
untuk melindungi dan mengkonservasi
kawasan hutan mangrove dengan sosialisasi fungsi hutan
mangrove.
Tujuan pengelolaan mangrove secara spesifik diarahkan untuk :
1. Perlindungan (barrier) terhadap wilayah daratan antara lain sebagai
peredam gelombang dan angin, pelindung dari abrasi, penahan intrusi air laut ke
darat, seta penahan lumpur
2. Habitat dan sumber pakan bagi ikan,
udang, kepiting, biota laut lainnya, serta satwa liar.
3. Pengembangan ekowisata, penelitian
dan pendidikan.
Tahapan
revitalisasi kawasan mangrove dengan melakukan :
1. Desentralisasi
Area, Pelestariannya dilaksanakan dengan penetepan sebagai kawasan lindung.
Lebar kawasan lindung mangrove ditetapkan minimal 1/3 x (perbedaan pasang
tertinggi dan terendah)x100 (sumber: chafid Fandeli & Muhammad, 2009)
2.
Konservasi dan Rehabilitasi Secara Partisipatif, Hal ini dimaksudkan agar
masyarakat lebih peduli dengan ikut serta dalam melakukan reboisasi pengelolaan
hutan lindung kawasan mangrove sehingga program ini akan sustainable.
|
|
3. Pengembangan Kelembagaan Pengelolaan Hutan Mangrove
Perlunya wadah dari suatu lembaga
yang legal dalam mengelola dan mengawasi hutan lindung mangrove dari ancaman
pengrusakan dan penyalahgunaan wewenang.
v Kawasan Ekowisata Kawasan Andalan Perkampungan
Di Atas Air Laut
"Ecotourism is
responsible travel to natural areas which conserved the environment and
improves the welfare of local people."
(The
International Ecotourism Society (TIES),1990) Dalam
hal ini revitalisasi Bontang Kuala sebagai kawasan ekowisata dengan basis
kawasan andalan dimaksudkan untuk memperbaiki dan meningkatkan kembali
aktivitas ekonomi yang sudah terbentuk dari penjualan hasil laut serta hasil
budidaya terikat kepada aspek sosial budaya dan lingkungan sehingga target
kawasan ekowisata ini dapat terjangkau. Pembenahan dan peningkatan yang perlu dilakukan antara
lain:
·
Ekonomi
Peningkatan target jangkauan pasar melalui promosi pariwisata nasional
dan kerjasama sector perdagangan antar kota.
Pengadaan sarana dan prasarana penunjang aktivitas ekonomi seperti
Kapal, pembangunan tempat kuliner, pengadaan keramba rumput laut.
Mendukung usaha mandiri masyarakat (kerajinan dan ketrampilan) supaya
berkualitas dan memiliki nilais jual yang tinggi
·
Sosial – Budaya
Penyuluhan tentang perbaikan kualitas SDM yang membangun kawasan
andalan sebagai kawasan ekowisata, Memberikan pendidikan kerajinan dan
ketrampilan daerah, Mempertahankan nilai budaya yang menjadi ciri khas kawasan
Bontang Kuala seperti pesta adat / pesta laut yang dilakukan sekali setahun
pada akhir tahun
·
Lingkungan
-
Sarana prasarana : Perbaikan akses jalan dikampung dengan pelebaran
jalan namun dengan pembatasan kendaraan yang masuk, serta hanya diperkenankan
kendaraan roda dua. Penyediaan sepeda dirasa perlu bagi wisatawan yang
berkunjung. Pemberian pembatas jalan yang aman dengan persebaran merata.
Kawasan ekowisata perkampungan di atas air laut ini secara langsung sudah menjadi planning
dalam upaya pelestarian kawasan pesisir yang berkelanjutan dengan upaya
harmonisasi makhluk hidup dengan habitatnya. Menurut R. E. Soeriaatmadya (1997)
Ekosistem yang paling memenuhi harapan untuk menghasilkan bahan pangan di masa
datang adalah daerah disekitar daratan dan lepas pantai. Setiap bentuk
pengrusakan daerah ini dimasa sekarang akan mepunyai pengaruh fatal di masa
yang akan datang. Hal ini menunjukkan bahwa ekosistem pantai/pesisir memiliki
sumber daya alam yang melimpah sehingga daya dukung dan daya tampung sebuah
kawasan pesisir wajib dijaga keseimbangannya dari ancaman degradasi lingkungan
suatu daratan itu sendiri. Sumber daya alam pesisir tersebut mampu menjadi
cadangan pangan yang berfungsi menyokong keberlanjutan suatu pulau.
Daftar Pustaka :
Fandeli, Chafid., dan Muhammad. 2009. Prinsip-Prinsip Dasar Mengkonservasi
Lanskap. Gadjah Mada University Press: Yogyakarta.
Soeriaatmadja,
R. E. 1997. Ilmu Lingkungan. Penerbit
ITB: Bandung.
Soemirat,
Juli. Toksikologi Lingkungan. Gadjah
Mada University Press: Yogyakarta.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar
Revitalisasi Kawasan