KENALKAH JENIS KONSERVASI ?

Selasa, 26 Juni 2012

Revitalisasi Kawasan Lindung Hutan Mangrove dan Kawasan Andalan Bontang Kuala, KalTim Menjadi Kawasan EkoWisata Desa di Atas Permukaan Laut


by; Nur Suci Larasati 
NIM 114080069

Kota Bontang merupakan wilayah yang relatif kecil dibandingkan kabupaten lainnya di Kalimantan Timur (406,70 km²). Bontang memegang peranan yang cukup penting dalam pembangunan Kaltim maupun nasional. Pasalnya kota yang berpenduduk sekitar 110.000 jiwa ini, terkenal sebagai kota industri. Maka tidaklah heran apabila kota ini menjadi target ribuan orang untuk mencari penghasilan. Selain itu letaknya tergolong strategis, pada poros jalan Trans-Kalimantan serta dilalui jalur pelayaran Selat Makassar sehingga menguntungkan dalam mendukung interaksi wilayah Kota Bontang dengan wilayah luar Kota Bontang.
Kota ini maju dengan sektor perindustrian dan pertambangannya yang harum namun bagaimana dengan sektor pariwisatanya. Seperti dikemukakan oleh Jacobs (1969), sebuah kota yang menggantungkan ekonominya pada beberapa industri besar saja, luar biasa rawannya terhadap stagnasi ekonomi. Sehingga dirasa perlu mencari alternatif dalam mengendalikan ancaman dari dampak suatu kota industri agar keberadaan kota yang lestari. Dan menjadi penting dan perlu untuk melakukan upaya revitalisasi kawasan kumuh Bontang Kuala menjadi kawasan elok yang mampu menarik perhatian wisatawan domestik maupun wisatawan asing.
Kampung yang terletak di wilayah timur Kota Bontang ini berada di daerah pesisir barat perairan Selat Makasar. Dengan jumlah penduduk 4.492 jiwa (Sumber: Dinas Kependudukan dan Catatan Sipil Kota Bontang - Maret 2012) dan luas wilayah sebesar 585 Ha dan luas areal terbangun sebesar 64 Ha (Sumber: Pemkot Bontang, 2001), Bontang Kuala menjelma menjadi kawasan potensial wisata yang eksotis di Kota Bontang. Bontang Kuala itu sendiri merupakan salah satu dari enam kelurahan yang terletak di Kecamatan Bontang Utara. Akses jalan menuju kawasan ini tidak sulit yakni bisa dengan menggunakan angkot ataupun dengan kendaraan pribadi selama 10 menit dari kota dengan kondisi jalan yang datar.
Sejalan dengan konsep wisata, kawasan pesisir – laut ini juga memiliki keanekaragaman hayati yang besar dimana keterdapatan hutan mangrove yang wajib dilestarikan keberadaannya. Kawasan Bontang Kuala dengan keberadaan perkampungan khasnya yang berada di atas air laut pun menjadi menarik untuk ditonjolkan sebagai kawasan ekowisata. Sejumlah potensi – potensi ekonomi yang ditunjukkan dari komoditas hasil laut yang melimpah seperti ikan laut, lobster, udang, kepiting, rumput laut, terasi, dan ikan asin. Selain itu adanya perpaduan budaya yang harmonis di kampung ini antara suku asli Kalimantan, dengan beberapa suku pendatang seperti jawa, bone, dan bugis juga turut andil dalam memperkaya nilai - nilai budaya dikawasan Bontang Kuala.
Gambar 2. Aktifitas Penduduk (dok. Penulis)
 
Gambar 1. Perkampungan Bontang Kuala (dok. Penulis)
 
 







Revitalisasi kawasan sebagai upaya untuk memvitalkan kembali suatu kawasan atau bagian kawasan yang dulunya pernah vital/hidup, akan tetapi kemudian mengalami kemunduran/degradasi. Dalam hal ini upaya revitalisasi dimaksudkan untuk merevitalisasi Kawasan Lindung Hutan Mangrove dan Kawasan Andalan Bontang Kuala menjadi kawasan ekowisata desa di atas permukaan laut. Beberapa definisi seperti pada PP 03 Th 2012 tentang Rencana Tata Ruang Kalimantan, Kawasan  andalan  adalah  bagian  dari  kawasan  budi  daya,  baik  di  ruang darat  maupun  ruang  laut  yang  pengembangannya  diarahkan  untuk mendorong  pertumbuhan  ekonomi  bagi  kawasan  tersebut  dan  kawasan  di sekitarnya. Selain itu definisi kawasan  lindung  adalah  wilayah  yang  ditetapkan  dengan  fungsi  utama melindungi  kelestarian  lingkungan  hidup  yang  mencakup  sumber  daya alam dan sumber daya buatan. Selanjutnya, dalam proses revitalisasi sebuah kawasan atau bagian kota mencakup perbaikan aspek fisik dan aspek ekonomi dari bangunan maupun ruang kota.  
v  Kawasan Hutan Lindung Mangrove
Kawasan hutan mangrove di pesisir Bontang, khusunya kawasan Bontang Kuala perlu mendapat perhatian pasalnya semakin bertambahnya jumlah penduduk berpotensi mengancam keberadaan dari ekosistem hutan mangrove itu sendiri. Program dari revitalisasi ini dimaksudkan untuk  melindungi dan mengkonservasi kawasan hutan mangrove dengan sosialisasi fungsi hutan mangrove. Tujuan pengelolaan mangrove secara spesifik diarahkan untuk :
1.      Perlindungan (barrier)  terhadap wilayah daratan antara lain sebagai peredam gelombang dan angin, pelindung dari abrasi, penahan intrusi air laut ke darat, seta penahan lumpur
2.      Habitat dan sumber pakan bagi ikan, udang, kepiting, biota laut lainnya, serta satwa liar. 
3.      Pengembangan ekowisata, penelitian dan pendidikan.
Tahapan revitalisasi kawasan mangrove dengan melakukan :
1.      Desentralisasi Area, Pelestariannya dilaksanakan dengan penetepan sebagai kawasan lindung. Lebar kawasan lindung mangrove ditetapkan minimal 1/3 x (perbedaan pasang tertinggi dan terendah)x100 (sumber: chafid Fandeli & Muhammad, 2009)
2.      Konservasi dan Rehabilitasi Secara Partisipatif, Hal ini dimaksudkan agar masyarakat lebih peduli dengan ikut serta dalam melakukan reboisasi pengelolaan hutan lindung kawasan mangrove sehingga program ini akan sustainable






Gambar 3. Hutan Mangrove (dok. penulis)
 
Gambar 4.  Hutan Mangrove Bontang Kuala (dok. penulis)
 
 


3.      Pengembangan Kelembagaan Pengelolaan Hutan Mangrove
Perlunya wadah dari suatu lembaga yang legal dalam mengelola dan mengawasi hutan lindung mangrove dari ancaman pengrusakan dan penyalahgunaan wewenang.
v Kawasan Ekowisata Kawasan Andalan Perkampungan Di Atas Air Laut
"Ecotourism is responsible travel to natural areas which conserved the environment and improves the welfare of local people." (The International Ecotourism Society (TIES),1990) Dalam hal ini revitalisasi Bontang Kuala sebagai kawasan ekowisata dengan basis kawasan andalan dimaksudkan untuk memperbaiki dan meningkatkan kembali aktivitas ekonomi yang sudah terbentuk dari penjualan hasil laut serta hasil budidaya terikat kepada aspek sosial budaya dan lingkungan sehingga target kawasan ekowisata ini dapat terjangkau. Pembenahan dan peningkatan yang perlu dilakukan antara lain:
·         Ekonomi
Peningkatan target jangkauan pasar melalui promosi pariwisata nasional dan kerjasama sector perdagangan antar kota.
Pengadaan sarana dan prasarana penunjang aktivitas ekonomi seperti Kapal, pembangunan tempat kuliner, pengadaan keramba rumput laut.
Mendukung usaha mandiri masyarakat (kerajinan dan ketrampilan) supaya berkualitas dan memiliki nilais jual yang tinggi
·         Sosial – Budaya
Penyuluhan tentang perbaikan kualitas SDM yang membangun kawasan andalan sebagai kawasan ekowisata, Memberikan pendidikan kerajinan dan ketrampilan daerah, Mempertahankan nilai budaya yang menjadi ciri khas kawasan Bontang Kuala seperti pesta adat / pesta laut yang dilakukan sekali setahun pada akhir tahun
·         Lingkungan
-       Sarana prasarana : Perbaikan akses jalan dikampung dengan pelebaran jalan namun dengan pembatasan kendaraan yang masuk, serta hanya diperkenankan kendaraan roda dua. Penyediaan sepeda dirasa perlu bagi wisatawan yang berkunjung. Pemberian pembatas jalan yang aman dengan persebaran merata.
Kawasan ekowisata perkampungan di atas air laut ini secara langsung sudah menjadi planning dalam upaya pelestarian kawasan pesisir yang berkelanjutan dengan upaya harmonisasi makhluk hidup dengan habitatnya. Menurut R. E. Soeriaatmadya (1997) Ekosistem yang paling memenuhi harapan untuk menghasilkan bahan pangan di masa datang adalah daerah disekitar daratan dan lepas pantai. Setiap bentuk pengrusakan daerah ini dimasa sekarang akan mepunyai pengaruh fatal di masa yang akan datang. Hal ini menunjukkan bahwa ekosistem pantai/pesisir memiliki sumber daya alam yang melimpah sehingga daya dukung dan daya tampung sebuah kawasan pesisir wajib dijaga keseimbangannya dari ancaman degradasi lingkungan suatu daratan itu sendiri. Sumber daya alam pesisir tersebut mampu menjadi cadangan pangan yang berfungsi menyokong keberlanjutan suatu pulau.
Daftar Pustaka :
Fandeli, Chafid., dan Muhammad. 2009. Prinsip-Prinsip Dasar Mengkonservasi Lanskap. Gadjah Mada University Press: Yogyakarta.
Soeriaatmadja, R. E. 1997. Ilmu Lingkungan. Penerbit ITB: Bandung.
Soemirat, Juli. Toksikologi Lingkungan. Gadjah Mada University Press: Yogyakarta.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar

Revitalisasi Kawasan