Nama
: Siti muthoharoh
NIM : 114100028
Kelas : A
REVITALISASI KAWASAN KARTS DI GOA PINDUL
REVITALISASI KAWASAN KARTS DI GOA PINDUL
Gunung kidul mungkin tak banyak
orang yang mengenalnya. Kabupaten Gunung Kidul, adalah sebuah kabupaten di Provinsi Daerah Istimewa
Yogyakarta, dengan Ibukota Wonosari. Kabupaten Gunung Kidul
terdiri atas 18 kecamatan,
yang dibagi lagi atas sejumlah desa dan kelurahan.
Pusat pemerintahan di Kecamatan Wonosari.
Sebagian besar wilayah kabupaten ini berupa perbukitan dan pegunungan kapur,
yakni bagian dari Pegunungan Sewu. Sebagian wilayah Gunung
Kidul merupakan daerah tandus, dimana pada musim kemarau sering terjadi bencana
kekeringan. Maka daerah
ini dikenal sebagai
lumbung kemiskinan. Daerah ini dikenal gersang dan sulit air. Namun, di balik
gersangnya perbukitan kapur di wilayah itu, ada potensi wisata yang
tersembunyi. Banyak karya Tuhan yang sedemikian mempesona tertananam disana.
Pantai, gunung, goa, budaya masyarakat yang unik menjadi bukti bahwa
Gunungkidul bukanlah menjadi tanah buangan. Kawasan karst yang terbentang luas disana bisa menjadi nilai tambah
tersendiri bagi Gunungkidul. Karst adalah suatu
kawasan yang menpunyai karakteristik relief dan drainage yang khas, yang
disebabkan keterlarutan yang tinggi (Jennings, 1971). Salah bila sebagian
orang mengatakan bahwa kawasan karst hanyalah kawasan berbatuan dan tandus. Justru
kawasan karst ini memiliki bentang alam dan pola hidrologi yang khusus, antara lain dicirikan
dengan keterdapatan goa-goa, cekungan-cekungan tertutup, pola aliran celah,
kenampakan jejak aliran purba (flute rock outcrops) dan kelimpahan mata air.
Di kawasan Gunungkidul
ini terbentang luas ribuan kilometer persegi karst berbentuk bukit-bukit
kerucut.
Beberapa perbukitan karst ini memiliki aneka potensi yang tak ternilai
harganya, seperti sebagai ilmu pengetahuan, wisata pendidikan dan alam. Selain itu
kawasan karst pun memiliki potensi, manfaat dan peran penting bagi ekosistem
dan manusia. Sayangnya, kawasan karst justru semakin terancam. Sedangkan untuk
kerusakan kawasan karst yang terjadi di gunung kidul termasuk sedang. Tentunya
hal ini sangat disayangkan, karena melihat dari proses terbentuknya karst
memerlukan waktu yang sangat lama, bahkan hingga ribuan tahun. Namun sejak
terbitnya Peraturan Pemerintah Nomor 26 tahun 2008 tentang Rencana Tata Ruang
Tata Wilayah Nasional beberapa waktu lalu memberikan secercah harapan bagi para
penggiat penyelamatan kawasan karst di tanah air, begitu juga bagi daerah
gunung kidul. Contohnya saja di desa Bejiharjo, desa ini menghidupkan kembali
kawasan karst yang sebelumnya tak berdaya menjadi kawasan wisata.
Desa
Bejiharjo terletak di Kecamatan Karangmojo, Kabupaten Gunungkidul, Yogyakarta. Desa Bejiharjo memiliki potensi alam yang luar
biasa, karena desa ini tidak merasakan keterbatasan sumber air bersih seperti
daerah di Gunungkidul lainnya. Hal ini terjadi karena kawasan karst ini
membentuk goa dengan sungai bbawah tanahnya, dimana pasokan
air bersih berasal dari sumber mata air bawah tanah yang muncul ke permukaan. Namanya Goa Pindul, satu bagian dari sebuah sungai bawah
tanah yang menembus beberapa bukit kapur di kawasan karst Gunungkidul. Wisata
ini awalnya dihidupkan oleh masyarakatnya sendiri yang didukung oleh suguhan
pedesaan. Tentu hal ini banyak menarik wisatawan, bagaimana tidak ? Goa pindul
menyuguhkan ornamen-ornamen khas karst seperti stalagtit dan stalagmit, selain
itu di goa pindul dapat terlihat adanya batu kristal dan batu kristalin dan banyak lagi.
Goa
pindul yang terletak di desa Bejiharjo baru dibuka pada awal tahun 2011. Goa
ini memiliki panjang sekitar 300 meter dan dialiri air dari sungai bawah tanah
yang menerobos pada goa karst. Goa karst sejauh ini digunakan untuk untuk
wisata dan estetika, yang utama untuk caving, tubing dan rafting. Hal ini
membuat banyak wisatawan tertarik untuk mengunjungi goa pindul. Hanya dengan
membayar 25.000 rupiah pengunjung dapat berpetualang melihat indahnya goa
Pindul. Semakin banyak pengunjung yang datang tentunya harus dilakukan
revitalisasi yang maksimal. Sejauh ini pengelolaan goa pindul dibangun oleh
masyarakat sekitar dengan fasilitas seadanya. Seharusnya pemerintah perlu ikut
campur tangan untuk merevitalasasi kawasan ini secara maksimal. Perlu
ditambahkan fasilitas-fasilitas pendukung lainnya untuk memberikan kenyamanan
ekstra kepada pengunjung seperti fasilitis
indoor dan outdoor. Misalnya
adalah tempat ibadah, perbanyakan dan renovasi toilet, tempat penginapan,
restoran serta pertunjukan kebudayaan serta perbaikan akses jalan, meningkatkan
keamanan dan kebersihan.
Gambar 2 : Tempat penginapan khas pedesaan
Foto 2 : Ibu-ibu Desa Bejiharjo
sedang menampilkan Gejog Lesung
Foto 2 : ibu
|
Gambar 2 : Tempat penginapan khas pedesaan
Foto 2 : Ibu-ibu Desa Bejiharjo
sedang menampilkan Gejog Lesung
Foto 2 : ibu
|
Gambar 3
: Kesenian Gejog Lesung
Foto 2 : ibu
|
Untuk
melakukan kegiatan revitalitas dan rekronstruksi seperti diatas diperlukan
kerja sama yang baik kepada masyarakat. Hal ini bisa dilakukan melalui kegiatan
pemberdayaan masyarakat yang meliputi dari perencanaan local dan regional yang
bersifat buttom-up, manajemen local
dan peningkatan partisipasi masyarakat dalam setiap kegiatan (Mulyono Sadyohutomo,
2008). Selain itu revitalisasi sebuah kawasan ini juga mencakup perbaikan aspek
fisik, aspek ekonomi dan aspek social (Jusuf Susanto, 2006) . Hal
yang dimaksud dari aspek fisik, ekonomi dan sosial merupakan kegiatan yang diawali secara fisik, revitalisasi yang dilakukan secara
bertahap, meliputi perbaikan dan peningkatan kualitas dan kondisi fisik
bangunan, tata hijau dan sistem
penghubung. Aspek ekonomi merupakan revitalisasi
yang diawali dengan proses peremajaan artefak urban harus mendukung proses
rehabilitasi kegiatan ekonomi. Aspek sosial merupakan keberhasilan revitalisasi
sebuah kawasan akan terukur bila mampu menciptakan lingkungan yang menarik.
Sudah menjadi sebuah tuntutan yang logis, bahwa kegiatan perancangan dan
pembangunan suatu kawasan untuk menciptakan lingkungan sosial yang berjati
diri. Maka pengembangan ini bertujuan hanya untuk pengembangan masyarakat
menuju masyarakat yang sejahtera.
DAFTAR PUSTAKA
Sadyohutomo, Mulyono.
2008. Manajemen Kota dan Wilayah.
Bandung. Bumi Raksa
Kozlowski, jerzy. 1997.
Pendekatan Ambang batas dalam Perencanaan
Kota, Wilayah dan Lingkungan. Jakarta: Penerbit Universitas Indonesia.
Gunung kidul mungkin tak banyak
orang yang mengenalnya. Atau kalaupun
mengenal, sekedar kesan kekeringan semata. Sebagian wilayah Gunung
Kidul merupakan daerah tandus, dimana pada musim kemarau sering terjadi bencana
kekeringan. Kabupaten Gunung Kidul,
adalah sebuah kabupaten di Provinsi Daerah Istimewa Yogyakarta, dengan Ibukota Wonosari. Kabupaten Gunung Kidul terdiri atas 18 kecamatan,
yang dibagi lagi atas sejumlah desa dan kelurahan.
Pusat pemerintahan di Kecamatan Wonosari.
Sebagian besar wilayah kabupaten ini berupa perbukitan dan pegunungan kapur,
yakni bagian dari Pegunungan Sewu. Wilayah Gunung
Kidul di ujung Selatan Provinsi Daerah Istimewa Yogyakarta selama ini dikenal
sebagai lumbung kemiskinan. Daerah ini dikenal gersang dan sulit air. Namun, di
balik gersangnya perbukitan kapur di wilayah itu, ada potensi wisata yang
tersembunyi. Banyak karya Tuhan yang sedemikian mempesona, tertanam di
sana. Pantai, gunung, goa, budaya masyarakat yang unik menjadi bukti bahwa
Gunungkidul bukanlah tanah buangan
Wilayah Gunung
Kidul di ujung Selatan Provinsi Daerah Istimewa Yogyakarta selama ini dikenal
sebagai lumbung kemiskinan. Daerah ini dikenal gersang dan sulit air. Namun, di
balik gersangnya perbukitan kapur di wilayah itu, ada potensi wisata yang
tersembunyi.
Kawasan "karst" Kali Suci di Desa Pacarejo, Kecamatan Semanu, Kabupaten Gunungkidul, Daerah Istimewa Yogyakarta (DIY), berpotensi menjadi andalan wisata gua batu kapur lempeng Gunungsewu di wilayah setempat.
Kepala Bidang Pengembangan Produk Wisata Dinas Pariwisata dan Kebudayaan Kabupaten Gunungkidul Birowo Adhie di Wonosari, Senin (13/7), mengatakan, kawasan Kali Suci berpotensi menjadi obyek wisata minat khusus yang layak jual, baik kepada wisatawan nusantara, maupun wisatawan mancanegara.
"Kali Suci merupakan wisata petualangan susur gua yang dipadukan dengan arung jeram yang sangat menarik. Obyek wisata ini akan kami kenalkan menjadi sebuah wisata andalan di Gunungkidul," katanya.
Adapun obyek wisata gua alam lain yang akan dikembangkan, menurut Birowo, adalah Gua Paesan Tambakromo di Ponjong, Gua Grubug di Semanu, Gua Lawa di Ponjong, dan beberapa gua lainnya.
"Sedangkan untuk kawasan hutan di antaranya Hutan Wanagama, hutan lindung di Pantai Wediombo, dan obyek lainnya, seperti upacara adat, cing-cinggoling, serta bersih desa dan rasulan di Hutan Wonosadi," katanya.
Birowo mengatakan, wilayah Kabupaten Gunungkidul memiliki potensi alam yang luar biasa, baik kawasan hutan serta pegunungan "karst" yang bernilai jual tinggi jika dikembangkan dengan baik.
"Keunggulan kawasan Kali Suci sebagai obyek wisata antara lain adanya sungai bawah tanah dan gua alam yang cukup indah. Dengan pengembangan yang tepat, kawasan tersebut akan menjadi tujuan wisata yang menarik," katanya.
Namun, untuk menjadikan obyek wisata itu menjadi andalan, kata dia, perlu upaya pengembangan serius oleh Pemerintah Kabupaten Gunungkidul, termasuk pelestarian lingkungan agar kawasan setempat tetap terjaga keasliannya.
"Wisatawan yang mengunjungi kawasan Kali Suci akan bisa menikmati keindahan lima aliran sungai bawah tanah yang menarik melalui Gua Suci, Glatikan, Gelung, Buri Omah, dan Brubug. Aliran sungai di lima gua sepanjang satu kilometer ini bisa ditempuh menggunakan perahu," katanya.
Ia mengatakan perpaduan wisata susur gua dengan menggunakan perahu mirip arung jeram menjadi daya tarik yang akan ditawarkan oleh Dinas Pariwisata Gunungkidul.
Menurut dia, potensi wisata ini cukup baik, dan masyarakat sekitar juga sudah ikut berperan, antara lain dengan menyediakan lokasi parkir, jadi pemandu, dan menyediakan warung makan.
Dengan demikian, diharapkan, obyek wisata tersebut semakin dikenal dan mampu menggerakkan roda perekonomian masyarakat setempat.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar
Revitalisasi Kawasan