Oleh
: Denta Wahyu Herlambang
Nim
: 114100011
Kelas
: A
Telaga
Jonge merupakan
objek wisata telaga yang terdapat di Pedukuhan Jone, Desa Pancarejo, Kecamatan Semanu, Kabupaten Gunungkidul, Yogyakarta . Terletak kurang lebih 7Km arah timur kota Wonosari dan atau
5Km arah barat Kecamatan Semanu. Telaga Jonge yang luasnya hampir 3 hektar dengan dikelilingi hutan buatan sebagai perindang sehingga asri.
Telaga Jonge
tidak pernah kering sepanjang tahun. Airnya masih dimanfaatkan untuk mandi
warga sekitar, jika musim kemarau panjang.
Tempat ini juga
merupakan objek wisata yang murah meriah bagi pengunjung baik penduduk lokal
dan luar daerah.
Awalnya
Telaga Jonge hanya merupakan tempat sumber air untuk masyarakat sekitar Namun, sekarang
Telaga Jonge berubah menjadi kawasan wisata baru yang menarik
Tempat ini ramai di sore hari yang didominasi oleh muda mudi untuk menikmati keindahan tempat
ini. Tempat ini juga memiliki 3 sepeda air yang dibandrol Rp.3.000,00 untuk
memutari Telaga ini. Perubahan kawasan Telaga yang awalnya
biasa menjadi kawasan telaga dengan nilai ekonomis yang tinggi tidak lepas dari
peran masyarakat setempat, serta pemerintah daerah. Perencanaan wilayah pada dasarnya bukan suatu keharusan
tanpa sebab, melainkan lahir dari adanya kebutuhan secara individual maupun
kelompok masyarakat secara sendiri-sendiri melakukan perubahan-perubahan serta pengaturan-pengaturan
ruang pada wilayahnya (Ernan Rustiadi, 2011:137).
Foto
2 : Sepeda Air untuk memutari Telaga Jonge
Sasaran pengunjung pada obyek wisata telaga Jonge ini adalah adanya wisata air, wisata religi dan wisata budaya. Tempat ini dapat dikatakan sebagai tempat khusus karena air dari tempat ini atau telaga ini tidak pernah kering hanya berkurang pada saat musim kemarau, mungkin karena beberapa tempat atau wilayah disekitar tempat ini yang masih terjaga kelestariannya dicirikan oleh pertumbuhan pohon-pohon besar di sekitar danau ini, sehingga cadangan air tanah tidak pernah habis meskipun musim kemarau tiba. Keistimewaan lain dari tempat ini adalah konon jaman dahulu digunakan sebagai tempat pemakaman untuk sapi-sapi yang meninggal karena penyakit atau lainnya. Dan tempat untuk menguburnya di tengah ditandai dengan tiang beton cor. Di tempat ini juga tersedia di lapak pedagang yang menyediakan makanan ringan dan menu makan siang serta untuk mie ayam, bakso, nasi dan sebagainya.Tempat lain yang sering dikunjungi di tempat ini adalah makam seorang kyai disebelah balai atau ruang di mana orang shalat dan meminta untuk kebutuhan mereka. Hal ini juga sering digunakan untuk melakukan upacara adat seperti Janggrung dilakukan setiap 5 tahun sekali, dan juga melakukan Rasulan setahun sekali.
Hal ini dapat dikatakan sebagai tempat khusus karena air dari tempat ini atau telaga ini tidak pernah kering hanya berkurang pada saat musim kemarau, mungkin karena beberapa tempat atau wilayah disekitar tempat ini yang masih terjaga kelestariannya dicirikan oleh pertumbuhan pohon-pohon besar di sekitar danau ini, sehingga cadangan air tanah tidak pernah habis meskipun musim kemarau tiba. Keistimewaan lain dari tempat ini adalah konon jaman dahulu digunakan sebagai tempat pemakaman untuk sapi-sapi yang meninggal karena penyakit atau lainnya. Dan tempat untuk menguburnya di tengah ditandai dengan tiang beton cor.
Hal ini dapat dikatakan sebagai tempat khusus karena air dari tempat ini atau telaga ini tidak pernah kering hanya berkurang pada saat musim kemarau, mungkin karena beberapa tempat atau wilayah disekitar tempat ini yang masih terjaga kelestariannya dicirikan oleh pertumbuhan pohon-pohon besar di sekitar danau ini, sehingga cadangan air tanah tidak pernah habis meskipun musim kemarau tiba. Keistimewaan lain dari tempat ini adalah konon jaman dahulu digunakan sebagai tempat pemakaman untuk sapi-sapi yang meninggal karena penyakit atau lainnya. Dan tempat untuk menguburnya di tengah ditandai dengan tiang beton cor.
Dalam setiap tahunnya, Telaga Jonge
kerap digunakan untuk melakukan prosesi upacara adat. Masyarakat sekitar maupun
masyarakat dari luar daerah biasa menyebut upacara adat tersebut dengan sebutan
Upacara adat bersih Telaga Jonge. Upacara adat bersih telaga Jonge
diselenggarakan saat menjelang awal musim penghujan, sekitar bulan Oktober,
atau Jumadhilakir bulan Jawa. Untuk
meramaikan suasana pada malam menjelang pelaksanaan upacara diadakan
pertunjukan kesenian. Sebelum acara selamatan dilaksanakan terlebih dahulu
dipentaskan kesenian yang ada di daerah tersebut seperti reog, jathilan dan
kesenian lain dan diakhiri hormat di depan petilasan kyai Jonge.
Adapun tujuan program pelestarian
Kawasan Pusaka (Laretna, 2003) adalah :
a. Membangun kepedulian banyak pihak dalam pelestarian pusaka.
b. Menjadi acuan perencanaan dan pengelolaan pelestarian secara berkesinambungan dan menyeluruh.
c. Mendorong kemandirian bagi masyarakat untuk mampu mengelola kawasan bersejarahnya.
d. Menjembatani kolaborasi lintas sektor, bidang ilmu dan keahlian yang sangat diperlukan dalam pelaksanaan pelestarian.
e. Meningkatkan kualitas lingkungan kawasan bersejarah dan pendapatan masyarakat.
a. Membangun kepedulian banyak pihak dalam pelestarian pusaka.
b. Menjadi acuan perencanaan dan pengelolaan pelestarian secara berkesinambungan dan menyeluruh.
c. Mendorong kemandirian bagi masyarakat untuk mampu mengelola kawasan bersejarahnya.
d. Menjembatani kolaborasi lintas sektor, bidang ilmu dan keahlian yang sangat diperlukan dalam pelaksanaan pelestarian.
e. Meningkatkan kualitas lingkungan kawasan bersejarah dan pendapatan masyarakat.
Untuk melakukan kegiatan revitalitas dan rekronstruksi kawasan wisata Telaga Jonge diperlukan kerja sama yang baik kepada masyarakat. Hal ini bisa dilakukan melalui kegiatan pemberdayaan masyarakat yang meliputi dari perencanaan local dan regional yang bersifat buttom-up, manajemen local dan peningkatan partisipasi masyarakat dalam setiap kegiatan (Mulyono Sadyohutomo, 2008). Sejauh ini pengelolaan telaga Jonge dibangun oleh masyarakat sekitar dengan fasilitas seadanya. Ada baiknya pemerintah perlu ikut campur tangan untuk merevitalasasi kawasan ini secara maksimal. Adapun konsep revitalisasi yang akan dilakukan yaitu perlu ditambahkan fasilitas-fasilitas pendukung lainnya untuk memberikan kenyamanan ekstra kepada pengunjung seperti fasilitis indoor dan outdoor. Misalnya adalah, perbanyakan dan renovasi toilet, tempat penginapan,restoran dan penambahan sepeda air. Fasilitas pendukung seperti penginapan ini bisa memberikan manfaat bagi pengunjung yang berasal dari luar kota sehingga tidak memerlukan waktu untuk menempuh lokasi Telga Jonge ini. Hal ini tentunya memberikan suasana yang berbeda bagi pengunjung yang berasal dari perkotaan. Diharapkan dengan ditambanhnya tempat penginapan dapat memberikan pendapatan yang lebih bagi masyarakat karena dapat menyerap tenaga kerja yang lebih banyak. Selain itu juga didukung dengan adanya restoran yang menyajikan makanan trdisional khas dari desa Pancarejo. Hal ini berpeluang besar bagi kawasan wisata seperti Telaga Jonge. Adanya upacara adat bersih telaga Jonge yang dilakukan setiap tahun, dan adanya penampilan kesenian daerah seperti reog, jathilan dan kesenian lain maka perlu dibangun faslitas yang mendukung acara ini,seperti dibuat gedung yang di peruntukkan khusus sebagai tempat untuk menampilkan acara kesenian tersebut.
Dengan melakukan kegiatan revitalisasi ini akan berdampak pada lingkungan, seperti ada penebangan pohon yang mana lahannya akan digunakan untuk pembangunan. Dan untuk mengantisipasi dampak lingkungan yang buruk maka, penebangan pohon hanya dilakukan seperlunya dan pada bangunan yang baru dibangun di sekitar bangunan tersebut bisa ditanami tumbuhan kecil seperti bunga yang bertujuan agar tempat ini tetap asri.
Daftar Pustaka
Adhisakti, Laretna
T, 2003. Revitalisasi Kawasan
Pusaka di Berbagai Belahan Bumi, Harian Kompas, Minggu, 13 November 2003.
Rustiadi,
Ernan, dkk. 2011. Perencanaan
dan Pengembangan Wilayah. Yayasan Pustaka Obor : Jakarta.
Sadyohutomo,
Mulyono. 2008. Manajemen Kota
dan Wilayah. Bandung. Bumi Raksa
Tidak ada komentar:
Posting Komentar
Revitalisasi Kawasan