M. Prasetya Adhi Pamungkas 114100015
Pada masa sekarang
benteng-benteng merupakan sejarah yang harus di lestarikan. Keberadaan benteng
ini merupakan buatan dari para penjajah yang mejajah indonesia. Banyak benteng
yang berada di indonesia yang belum di temukan, seperti benteng pendem yang
terletak di kota cilacap propinsi jawa tengah. Benteng Pendem dahulunya
merupakan markas pertahanan tentara Belanda di Cilacap, Jawa Tengah yang didesain oleh arsitek
Belanda. Benteng ini difungsikan untuk menahan serangan yang datang dari arah
laut bersama dengan Benteng Karang Bolong, Benteng Klingker,
dan Benteng Cepiring.
Benteng Pendem difungsikan hingga tahun 1942.
Ketika perang melawan Pasukan Jepang, benteng ini berhasil dikuasai Jepang.
Tahun 1941, Jepang meninggalkan benteng ini
karena kota Hiroshima dan Nagasaki di bom oleh sekutu; sehingga,
benteng ini diambil alih oleh TNI Banteng
Loreng Kesatuan Jawa Tengah. Dalam penguasaan TNI, benteng ini digunakan para
pejuang kemerdekaan berlatih perang dan pendaratan laut.
gambar
1.1. Pintu masuk kawasan benteng pendem
Bangunan
benteng pendem terdiri dari beberapa ruang yang masih kokoh hingga kini. Namun,
sejak awal ditemukan, ruangan dalam benteng belum sepenuhnya diketahui. Ruangan
dalam benteng yang umum diketahui terdiri dari barak, benteng pertahanan,
benteng pengintai, ruang rapat, klinik pengobatan, gudang senjata, gudang mesiu,
ruang penjara, dapur, ruang perwira, dan ruang peluru. Ada pula yang menyatakan
bahwa dalam benteng tersebut terdapat terowongan menuju benteng-benteng lain
dan sejumlah gua di pulau Nusakambangan. Namun, hingga kini hal itu
belum sepenuhnya terbukti.
Benteng Pendem letaknya yang bersebelahan persis dengan Teluk
Penyu, Benteng yang dibangun oleh Belanda antara tahun 1861-1879 M ini memilki
luas asli 10.5 hektare. Namun ternyata sejumlah 4 hektare diambil oleh
pertamina untuk pembangunan salah satu fasilitasnya didaerah tersebut. Benteng
ini sempet terpendam tanah beberapa waktu lamanya, sebelum akhirnya ditemukan
pada tahun 1986 dan mulai digali pada tahun 1987. Semenjak itu benteng ini
dibuka untuk para pengunjung dan para peneliti yang ingin berkunjung ke
benteng ini.
Gambar 1.2. Ruang Barak
Mengembangkan dan memanfaatkan keindahan bentuk fisik kawasan pariwisata Benteng Pendem adalah upaya untuk menarik jumlah jumlah
pengujung. Akan tetapi dalam perkembangan suatu kawasan pariwisata seringkali mengabaikan
kondisi fisik lingkungan, flora-fauna dan lainnya, sehingga pada akhirnya harus
menanggung beban akibat perubahan kawasan itu sendiri. Padahal pariwisata
sebagai kegiatan ekonomi dapat dikembangkan hanya dalam beberapa keterbatasan,
sehingga memberikan keseimbangan yang harus tetap dipelihara di antara
kenampakan alami lingkungan geografi (Jerzy Kozlowski, 1997:120).
Pemilihan strategi ini
didasarkan pada kondisi kawasan dimana terdapat area yang kumuh (slum area). Dan wilayah pantai merupakan daerah
yang sangat intensif dimanfaatkan untuk kegiatan manusia, seperti sebagai
kawasan pusat pemerintahan, permukiman, industri, pelabuhan, pertambakan,
pertanian/perikanan, pariwisata, dan sebagainya Karena dengan adanya pola jalan
yang baik maka penataan bidang tanah dan bangunan akan mengikuti menjadi baik
(Mulyono Sadyohutomo, 2009:141 (Bambang Triatmodjo, 2008:3)
DAFTAR PUSTAKA
Rustiadi, Ernan, dkk. 2011. Perencanaan dan
Pengembangan Wilayah. Yayasan Pustaka Obor : Jakarta.
Sadyohutomo, Mulyono. 2009. Manajemen Kota dan
Wilayah. Bumi Aksara : Jakarta.
Kozlowski, Jerzy. 1997. Pendekatan Ambang
Batas dalam Perencanaan Kota, Wilayah dan Lingkungan. UI-Press : Jakarta.
http://www.humascilacap.info/v1/index.php
di akses tanggal 20 september 2013
M. Prasetya Adhi Pamungkas 114100015
Tidak ada komentar:
Posting Komentar
Revitalisasi Kawasan