KENALKAH JENIS KONSERVASI ?

Minggu, 05 Januari 2014

REVITALISASI KAWASAN SUNGAI GAJAH WONG MENJADI DAERAH PARIWISATA DI YOGYAKARTA

                                                                               Oleh; Arthur Pradinata

Saat ini  pembangunan terjadi sangat pesat dan  telah menjamur di mana-mana dari kota kecil hingga kota besar, masuk nya pasar global di Indonesia memicu daerah-daerah tersebut untuk berlomba-lomba memajukan daerahnya masing-masing dengan mengupayakan pembangunan semaksimal mungkin dengan lahan yang sangat terbatas. Oleh sebab itu tidak jarang juga pembangunan tersebut memicu pro dan kontra dari masyarakat sekitar.  Tentu saja pembangunan yang menguntungkan masyarakat akan menimbulkan pro dan sebaliknya jika pembangunan ini merugikan atau membuat masyarakat tidak nyaman maka pembangunan tersebut pasti menimbulkan kontra di masyarakat. Banyak pembangunan yang dibuat dan  dimaksudkan untuk memajukan daerahnya  dan memajukan masyarakat malah justru menimbulkan paradigma berbeda di masyarakat itu sendiri. ini terjadi karena sudah banyak hal semacam itu terjadi di Indonesia, maka tugas untuk pemerintah setempat adalah memberlakukan sebagai mana pembangunan itu dibuat sesuai dengan fungsi dan tujuan yang telah direncanakan sesuai dengan rancangan awal . Dan sekarang sudah banyak sekali pembangunan yang dibuat tetapi malah terbengkalai begitu saja, bangunan yang dulu ditujukan untuk difungsikan kembali  malah menjadi bangunan tua yang tak terawat, kumuh dah terkesan menyeramkan. Oleh karena itu untuk mencegah hal tersebut terjadi sudah selayaknya bagian dari pembanguan tersebut di manfaatkan sebaik-baiknya sehingga nantinya dapat mencegah hal-hal yang tidak diinginkan.

Bagi pemerintah seharusnya bersama-sama  mengajak masyarakat untuk merancang pemberdayaan desa wisata Giwang Elok dengan bentuk membudidayakan potensi daerah yang telah ada. Potensial yang terdapat pada kawasan Giwang Elok yaitu adanya kawasan peninggalan dari sejarah Mataran Kuno dibentaran sungai Gajah Wong, kebudayaan yang berada di daerah tersebut, serta kawasan sungai Gajah Wong. Melihat banyaknya kawasan yang tidak dirawat oleh pemerintah, maka warga disepanjang bantaran sungai Gajah Wong ingin menjadikan kawasan tersebut sebagai tempat wisata, karena daerah tersebut memilik potensi untuk membuat suatu wisata ekoturisme. Lahan yang ada disekitar kawasan Giwang Elok seperti peninggalan kerajaan Mataran Kuno akan dijadikan sebagai cagar budaya, karena pada daerah tersebut terdapat umbul lanang, umbul wadon, umbul rojo, dan umbel nogo (kepala naga) yang dulunya digunakan sebagai pintu gerbang kerajaan Mataram Kuno. Sungai Gajah Wong memiliki arus yang deras dan tidak deras, yang bermula dari mata air yang kecil. Dari situlah kawasan sungai tersebut dapat dijadikan tempat wiasata permainan air. Dalam penataan kawasan desa wisata Giwang Elok pada sungai Gajah Wong ini berpotensi untuk dibuatnya suatu wahana permainan air, contohnya seperti adanya tempat pemancinga,, rafting, kolam renang atau waterpark untuk anak-anak kecil dan wahana-wahana air lainnya. Kawasan sungai Gajah Wong juga rencananya akan dijadikan sebagai pusat kuliner di daerah Giwangan, dengan konsep yang memunculkan makanan tradisional khas dari daerah tersebut. Selain itu untuk memajukan ekonomi warga di kawasan sungai Gajah Wong, tata tempat pada kawasan sungai Gajah Wong  akan dijadikan seperti kawasan tempo dulu. Salah satunya seperti  dengan membuat penginapan yang difasilitasi oleh rumah-rumah warga di sekitar kawasan tersebut bagi pengunjung yang ingin menginap. Selain itu pengunjung juga dapat menyaksikan sejarah dari sungai Gajah Wong melalui pemutaran video yang akan diputar di pendopo Gajah Wong. Desa wisata Giwang Elok juga mempunyai terminal Giwangan sebagai penunjang alat transportasi untuk masyarakat dan juga pasar Giwangan yang merupakan pasar induk yang menjual berbagai kebutuhan dari sayuran hingga buah-buahan  dengan target audiens yaitu semua kalangan, dari kalangan bawah maupun kalangan menengah atas. Jarak dari kedua lokasi tersebut juga cukup dekat dengan kawasan yang akan di revitalisasi, sehingga menjadikan kawasan tersebut sebagai kawasan yang sangatlah strategis. 

Dari penjelasan di atsa maka dapat ditarik kesimpulan bahwasannya Penataan lokasi  di desa wisata Giwang Elok dapat lebih diperhatikan lagi oleh pemerintah daerah, selain itu juga dapat membantu mengupayakan kawasan desa wisata menjadi lebih bermanfaat lagi bagi masyarakat setempat, sehingga penataan lokasi dapat berjalan dengan baik dan sesuai dengan harapan pemerintah. Serta untuk kawasan sungai Gajah Wong ini nantinya dapat dijadikan sebagai daerah wisata untuk membantu dan  memajukan perekonomian di masyarakat sekitar.



DAFTAR PUSTAKA

Asdak, Chay., 1995. Hidrologi & Pengelolaan Daerah Aliran Sungai. Gadjah Mada Univ Press,
Yogyakarta.  
Kodoatie, Robert J. Dan Sjarief, Roestam., 2010. Tata Ruang Air. Penerbit Andi, Yogyakarta.
Rachmawati, Rini. 2009. Dasar-dasar Tata Ruang



Revitalisasi Kawasan Dan Penataan Lingkungan Wisata Pantai Srau Kabupaten Pacitan


Oleh : Rudi Wibowo
Nim : 114090043
Kelas : A
PENDAHULUAN
v  Potensi
            Pantai Srau merupakan pantai yang jarang dikunjungi dan terbilang masih asli. Oleh karena itu, keasriannya masih benar-benar alami. Terdapat tebing-tebing yang tinggi dan banyak tanaman liar khas pantai yang masih terlihat lebat dan alami. Selain itu, banyak sekali pulau-pulau kecil yang tak berpenghuni yang setiap kali dihujam oleh kerasnya ombak, akan menambah keelokan panorama pantai tersebut. Pantai Srau menyimpan pesona alam yang luar biasa dengan pasir putih dan deburan ombak yang sangat menawan. Keindahan pantainya semakin indah dengan banyaknya pulau kecil serta batu yang mengelilinginya.
Foto 1 : Pantai Srau Dengan Pulau pulau Kecilnya
Foto 2 : Di lihat dari samping atas
Foto 3 : Di lihat dari sisi atas

                Pada lokasi wisata ini, yang paling menonjol dan merupakan keunikannya dibandingkan tempat lain adalah bebatuan karang yang mencuat dan banyak membentuk bukit di sekeliling bibir pantai. Untuk masalah perairannya, sangat jernih dengan dominasi warna biru artinya tidak banyak alga dan kedalamannya cukup mengerikan. Untuk kondisi wilayah pasang surutnya berpasir bukan berbatu, serta ombaknya cukup ganas walau kadang tidak terlalu tinggi. Sekitar pantai ini disediakan tempat duduk yang terbuat dari beton dengan posisi menghadap ke pantai dan di lokasi tempat wisata, bisa kita temui beberapa pedagang-pedagang minuman maupun makanan menggelar dagangannya.
v  Masalah
            Keadaan Pantai Srau yang masih alami dan tidak kalah menarik dengan pantai-pantai lainnya dapat dinikmati oleh pengunjung, akan tetapi masih kurangnya fasilitas penunjang yang tidak lengkap seperti area parkir yang kurang tertata untuk kendaraan para pengunjung, toilet yang kurang dan tempat area khusus pelelangan ikan. Serta jalan yang kurang lebar untuk di lewati.
PROSES REVITALISASI
v  Konsep
            Untuk merevitalisasi yang pertama dengan perbaikan dan pelebaran jalan di daerah pantai maupun sepanjang jalan masuk ke tempat wisata pantai. Sebab jalan menuju Pantai Srau sangat sempit dan kurang bagus keadaan aspalnya serta  penerangan yang sedikit pada malam hari, harus menambah lampu-lampu untuk penerangan. Ini dilakukan karena agar para pengunjung khususnya dari luar daerah bisa nyaman dalam perjalanan masuk ke jalan tempat wisata Pantai Srau. Karena dengan adanya pola jalan yang baik maka penataan bidang tanah dan bangunan akan mengikuti menjadi baik. Selain itu, pada permukiman nelayan harus dilakukan upaya penataan dan perbaikan untuk meningkatkan kualitas lingkungan dan kawasan, serta mencerminkan kerapian sehingga dapat dimanfaatkan secara komersial untuk menarik pengunjung. Kemudian dalam penataan parkir, harus di buat yang lebih baik dan tertata rapi mengingat untuk saat ini tempat yang ada masih kurang bagus, kurang lebar dan kurang rapi. Dengan area parkir di yang di perlebar, di tata dengan baik dan rapi dan juga di modifikasi  dengan ditambahi atau ditanami beberapa pohon atau tanaman yang bisa memperindah dan mempercantik area parkir tersebut. Memperbaikin dan menambah fasilitas sangat perlu dilakukan, seperti merenovasi masjid, menyediakan tempat sampah, menambah jumlah toilet, dan lain-lain. Dengan demikian kawasan Pantai Srau ini dapat menjadi kawasan yang lebih menarik. Untuk mencapai semua itu, perlu adanya kerjasama antara masyarakat dan pemerintah. Penataan yang terakir untuk tetap menambah kelestarian Pantai Srau dengan membuat Taman Hijau agar pantai kelihatan lebih indah dan sejuk. Taman hijaun ini bisa di gunakan pengunjung untuk tempat bersantai santai atau duduk berteduh sambil melihat pemandangan ombak pantai yang indah. Ditambah ditanami  jenis seperti tanaman bakau yang dapat berfungsi untuk mencegah abrasi (erosi pantai), serta menjadi pemandangan alami.
v  Teori
            Merubah dan memanfaatkan keindahan bentuk fisik kawasan pariwisata Pantai Srau  adalah upaya untuk menarik jumlah wisatawan agar lebih banyak dan menambah ekonomi warga sekitar. Akan tetapi dalam perkembangan suatu kawasan pariwisata seringkali mengabaikan kondisi fisik lingkungan sehingga pada akhirnya harus menanggung beban akibat perubahan kawasan itu sendiri. Padahal pariwisata sebagai kegiatan ekonomi dapat dikembangkan hanya dalam beberapa keterbatasan, sehingga memberikan keseimbangan yang harus tetap dipelihara di antara kenampakan alami. Maka dari itu perlu adanya cara yang di gunakan untuk merubah dan memanfaatkan dalam pengembangan kawasan Pantai Srau dilakukan dengan revitalisasi dan penataan kawasan, dengan cara pelestarian lingkungan maupun penataan kembali. Cara ini di pilih didasarkan pada kondisi kawasan dimana terdapat area yang bisa dimanfaatkan dan wilayah pantai merupakan daerah yang sangat intensif dimanfaatkan untuk kegiatan manusia, seperti sebagai kawasan pusat pemerintahan, permukiman, industri, pelabuhan, pertambakan, pertanian/perikanan, pariwisata, dan sebagainya. ( Buku Pengelolaan Sumberdaya dan Lingkungan.Universitas Gajah Mada: Yogyakarta. Buku Perencanaan dan Pengembangan Wilayah ).
v  Pendekatan
            Proses pendekatan yang dilakukan adalah ke pemerintah yang pertama karena walau bagaimanapun pemerintahlah yang mengijinkan dalam kegiatan ini, karena tempat wisata tersebut adalah milik pemerintah daerah dengan menawarkan konsep dan cara cara yang dimiliki. Kemudian tentunya ke masyarakat setempat dan pengelola, dengan pendekatan secara sosial dan berkelanjutan sebab dalam pelebaran jalan perlu tanah warga yang harus di pakai untuk pelebaran di tentunya di berikan ganti rugi.

v  Strategi Penanganan
            Strategi penanganan yang di pakai adalah dengan terus menerus, berkelanjutan dan perlahan lahan terhadap pemerintah maupun masyarakat, apalagi terhadap masayarat karena perlu kesabaran untuk menghadapi masyarat yang tidak sedikit. Harus benar - benar paham dengan konsep yang di tawarkan dengan tujuan yang baik dan memang untuk mensejahterahkan masyarakat juga.
REKOMENDASI

            Yang harus di revitalisasi adalah perbaikan dan penambahan fasilitas, penerangan yang bagus, membuat dan merapikan/menata tempat parkir, membuat lahan untuk pedagang secara rapi, membuat taman hijau di daerah pantai serta perbaikan pelebaran jalan menuju tempat wisata. Dengan cara pendekatan terhadap pemerintah yang utama dan kepada masayarakat sekitar, secara berkelanjutan dan bertahap. Pengelolaan kawasan revitalisasi bertujuan merapikan, memperindah dan supaya tempat tersebut lebih banyak di datangi para pengunjung dan menambah tingkat ekonomi masyarakat setempat. Kemudian keberadaan budaya masyarakat juga harus diperhatikan dan dipadukan dengan pengelolaan lingkungan, didukung dengan kesadaran masyarakat untuk tetap melindungi/mempertahankan keutuhan fisik kawasan Pantai Srau.
           
DAFTAR PUSTAKA
Mitchell, Bruce. Setiawan, B. Rahmi, Hadi, Dwita. 2007. Pengelolaan Sumberdaya dan Lingkungan.Universitas Gajah Mada: Yogyakarta.
Rustiadi, Ernan, dkk. 2011. Perencanaan dan Pengembangan Wilayah. Yayasan Pustaka Obor : Jakarta.



Kamis, 02 Januari 2014

Benteng Pendem Cilacap

M. Prasetya Adhi Pamungkas 114100015
Pada masa sekarang benteng-benteng merupakan sejarah yang harus di lestarikan. Keberadaan benteng ini merupakan buatan dari para penjajah yang mejajah indonesia. Banyak benteng yang berada di indonesia yang belum di temukan, seperti benteng pendem yang terletak di kota cilacap propinsi jawa tengah. Benteng Pendem dahulunya merupakan markas pertahanan tentara Belanda di CilacapJawa Tengah yang didesain oleh arsitek Belanda. Benteng ini difungsikan untuk menahan serangan yang datang dari arah laut bersama dengan Benteng Karang BolongBenteng Klingker, dan Benteng Cepiring. Benteng Pendem difungsikan hingga tahun 1942. Ketika perang melawan Pasukan Jepang, benteng ini berhasil dikuasai Jepang. Tahun 1941, Jepang meninggalkan benteng ini karena kota Hiroshima dan Nagasaki di bom oleh sekutu; sehingga, benteng ini diambil alih oleh TNI Banteng Loreng Kesatuan Jawa Tengah. Dalam penguasaan TNI, benteng ini digunakan para pejuang kemerdekaan berlatih perang dan pendaratan laut.
Description: http://mantugaul.files.wordpress.com/2012/12/cilacapwp00064.jpg?w=700&h=394
gambar 1.1. Pintu masuk kawasan benteng pendem
Bangunan benteng pendem terdiri dari beberapa ruang yang masih kokoh hingga kini. Namun, sejak awal ditemukan, ruangan dalam benteng belum sepenuhnya diketahui. Ruangan dalam benteng yang umum diketahui terdiri dari barak, benteng pertahanan, benteng pengintai, ruang rapat, klinik pengobatan, gudang senjata, gudang mesiu, ruang penjara, dapur, ruang perwira, dan ruang peluru. Ada pula yang menyatakan bahwa dalam benteng tersebut terdapat terowongan menuju benteng-benteng lain dan sejumlah gua di pulau Nusakambangan. Namun, hingga kini hal itu belum sepenuhnya terbukti.
Benteng Pendem letaknya yang bersebelahan persis dengan Teluk Penyu, Benteng yang dibangun oleh Belanda antara tahun 1861-1879 M ini memilki luas asli 10.5 hektare. Namun ternyata sejumlah 4 hektare diambil oleh pertamina untuk pembangunan salah satu fasilitasnya didaerah tersebut. Benteng ini sempet terpendam tanah beberapa waktu lamanya, sebelum akhirnya ditemukan pada tahun 1986 dan mulai digali pada tahun 1987. Semenjak itu benteng ini dibuka untuk para pengunjung Description: H:\PESONA INDONESIA  PESONA WISATA BENTENG PENDEM CILACAP_files\benteng+pendem+cilacap.jpgdan para peneliti yang ingin berkunjung ke benteng ini.
Gambar 1.2. Ruang Barak
Mengembangkan dan memanfaatkan keindahan bentuk fisik kawasan pariwisata Benteng Pendem  adalah upaya untuk menarik jumlah jumlah pengujung. Akan tetapi dalam perkembangan suatu kawasan pariwisata seringkali mengabaikan kondisi fisik lingkungan, flora-fauna dan lainnya, sehingga pada akhirnya harus menanggung beban akibat perubahan kawasan itu sendiri. Padahal pariwisata sebagai kegiatan ekonomi dapat dikembangkan hanya dalam beberapa keterbatasan, sehingga memberikan keseimbangan yang harus tetap dipelihara di antara kenampakan alami lingkungan geografi (Jerzy Kozlowski, 1997:120).
Pemilihan strategi ini didasarkan pada kondisi kawasan dimana terdapat area yang kumuh (slum area). Dan wilayah pantai merupakan daerah yang sangat intensif dimanfaatkan untuk kegiatan manusia, seperti sebagai kawasan pusat pemerintahan, permukiman, industri, pelabuhan, pertambakan, pertanian/perikanan, pariwisata, dan sebagainya Karena dengan adanya pola jalan yang baik maka penataan bidang tanah dan bangunan akan mengikuti menjadi baik (Mulyono Sadyohutomo, 2009:141 (Bambang Triatmodjo, 2008:3)


DAFTAR PUSTAKA
Rustiadi, Ernan, dkk. 2011. Perencanaan dan Pengembangan Wilayah. Yayasan Pustaka Obor : Jakarta.
Sadyohutomo, Mulyono. 2009. Manajemen Kota dan Wilayah.  Bumi Aksara : Jakarta.
Kozlowski, Jerzy. 1997. Pendekatan Ambang Batas dalam Perencanaan Kota, Wilayah dan Lingkungan. UI-Press : Jakarta.
http://www.humascilacap.info/v1/index.php di akses tanggal 20 september 2013

M. Prasetya Adhi Pamungkas 114100015

Revitalisasi Wilayah Tugu Api Mabuun, Kab. Tabalong, Kalimantan Selatan


Nama   : Gita Prima Marswari Ch. A
NIM    : 114100017
Kelas   : A



Gambar 1. Tugu Api Mabuun
Bagi mereka yang tinggal di kawasan Banua Enam (Enam Kabupaten ) Utara Provinsi Kalimantan Selatan, mungkin begitu mudah menentukan arah Kota Tanjung, ibukota Kabupaten Tabalong. Pasalnya bila malam hari kota Tanjung mudah dikenali arahnya karena di kota ini ada obor api menjulang tinggi memancarkan cahaya memerah yang berasal dari gas yang keluar dari tambang minyak bumi, sehingga menjadi ciri khas kota Tanjung sebagai Kota Bersinar.
Tugu Api ini terletak di pertigaan yang biasa disebut sebagai segitiga emas, karena merupakan persimpangan yang merupakan akses yang menghubungkan tiga provinsi, yaitu Kalimantan Selatan, Kalimantan Tengah, dan Kalimantan Timur. Dalam rangka penataan kota di Kabupaten Tabalong, maka dilakukan pengembangan wilayah ke daerah Tugu Api Mabuun ini. Pusat pemerintahan yang awalnya berada di Kecamatan Tanjung akan dipindahkan ke daerah ini. Pembenahan infrastruktur salah satu yang sudah dikerjakan adalah pembangunan Islamic Center dengan konsep pembangunan persembahan oleh PT Adaro Indonesia. Proyek dibangun di atas lahan milik Pemkab Tabalong seluas 8 hektare.
Gambar 2. Kondisi Kota Tanjung
Description: D:\Kampus\TL GHita\SEMESTER 7\revitalisasi\GE.jpg
Gambar 3. Daerah Tugu Api dan sekitarnya
Description: D:\revitalisasi\islamic.jpg
Gambar 4. Islamic Center yang telah selesai di bangun
Pembangunan berikutnya adalah relokasi Rumah Sakit Umum Daerah H Badarudin yang akan dilakukan di Maburai. Dimana sudah dalam tahap awal alokasi dana anggaran pendapatan dan belanja daerah (APBD) sebesar Rp 30 miliar.
Pelebaran jalan dari Tugu Api Mabuun sampai tugu batas kota Maburai menambah daftar pembangunan lainnya. Karena semua bangunan tersebut membutuhkan daya listrik yang lumayan besar, pembangunan pembangkit listrik tenaga uap (PLTU) dengan kapasitas 2 x 30 megawatt yang dikerjakan PT Makmur Sejahtera Wisesa (MSW) diusahan dapat menyalurkan bantuannya.
Perbaikan infrastruktur lain yang juga sedang dilakukan adalah pelebaran jalan dari tugu mabuun ke arah simpang pengajian Guru Danau yang sudah pada tahap pemasangan tiang listrik dan lampu jalan.
Description: D:\revitalisasi\dscn0196.jpg
Gambar 5. Pelebaran jalan yang sedang dilakukan
Karena adanya pengembangan wilayah di daerah ini maka pembangunan bangunan-bangunan milik warga juga mula bermunculan. Ruko-ruko mulai menjamur, tidak ketinggalan juga warung-warung kecil serta para pedagang kaki lima (PKL) yang membuka lapaknya ditempat-tempat strategis yang kadang tidak tepat untuk berjualan dan bahkan dapat membahayakan keselamatan mereka. Sudah berbagai upaya yang dilakukan seperti dilakukan penertiban, tetapi mereka masih saja berjualan ditempat itu.
Description: D:\Kampus\TL GHita\SEMESTER 7\revitalisasi\GE2.jpg
Gambar 6. Denah Lokasi Rencana Revitalisasi
Melihat fenomena seperti ini maka menurut saya pemerintah diharapkan perlu menyediakan tempat kuliner atau memberi arahan untuk mereka berjualan yang tentunya tepat dan strategis, yang tentunya sesuai dengan nilai estetikanya. Karena di sana sebagian besar mereka mendirikan bangunan semi permanen di atas tanah milik mereka sendiri, hanya saja kurang tertata baik sehingga terlihat berantakan dan kumuh.
Description: D:\Kampus\TL GHita\SEMESTER 7\revitalisasi\422-bandung-kini-lautan-kuliner-2.jpeg
Description: D:\Kampus\TL GHita\SEMESTER 7\revitalisasi\Segernya Yoghurt Cisangkuy Bandung.jpg
Gambar 7. Contoh konsep tempat kuliner yang dapat diterapkan


Daftar Pustaka

VISI :MISI :


VISI :

Memanfaatkan Warisan Kekuatan Masa Lalu Untuk Masa Sekarang Dan Masa Depan


MISI :

1.Memelihara Warisan Kekuatan Masa Lalu

2.Meletakan Konsep Konservasi Warisan Kekuatan Masa Lalu Dalam Perspektip 

   Kebutuhan Masa Sekarang Dan Masa Depan

3.Merajut Warisan Kekuatan Lama, Sekarang Dan Masa Depan

“Revitalisasi Kebun Teh Kajoe Aro, Salah Satu Pesona Alam Kerinci Jambi”

                                                                                                                                   Nama  : FEBRIANI
NIM    : 114100043
Kelas   : A
 

Kabupaten Kerinci adalah salah satu kabupaten yang terletak di Provinsi Jambi dengan ibukota berada di Sungai Penuh. Kabupaten Kerinci layaknya kabupaten lain di Sumatera Barat yang dikelilingi oleh gugusan bukit barisan. Sepanjang mata memandang, bukit-bukit yang menjulang tinggi akan memanjakan mata kita, banyak istilah untuk menyebutkan keindahan Kerinci ini, diantaranya Bumi Sakti Alam Kerinci dan Sepenggal Tanah dari Surga. Kerinci kaya dengan keanekaragaman hayati, flora, dan fauna. Namun, bukan itu saja yang membuat kerinci patut dikunjungi oleh para wisatawan. Kabupaten ini memiliki keindahan budaya dan tradisi yang melembaga, peninggalan sejarah, seni tari, lagu, dan barang kerajinan. Membicarakan keindahan panorama alam di kabupaten paling barat di provinsi Jambi ini seakan tidak akan pernah habis. Kerinci dengan luas wilayah 420.000 hektar, sekitar 51,2 persen atau 215.000 hektar diantaranya merupakan kawasan konservasi Taman Nasional Kerinci Sebelat (TNKS). Sisanya 205.000 hektar (48,8 persen) merupakan kawasan peruntukan.
Keindahan alam Kerinci dengan TNKS ibarat sekeping mata uang dengan dua sisi, tidak bisa dipisahkan. Kabupaten Kerinci merupakan dataran tinggi terbesar di dunia, dikelilingi oleh TNKS. Udaranya sejuk, rata-rata per tahun minimum 17 derajat celcius, dan maksimum 27 derajat celcius. Berada pada ketinggian 700-2.000 meter di atas permukaan laut (dpl), dengan titik tertinggi puncak Gunung Kerinci 3.805 meter dpl. Pemerintah Kabupaten Kerinci sejak lama terus bergiat mempromosikan keindahan alamnya sebagai obyek wisata ke tingkat nasional maupun internasional. Di daerah ini tersedia wisata alam, agrowisata wisata budaya, dan sejarah. Sekitar 70 persen obyek wisata di Provinsi Jambi berada di Kabupaten Kerinci dan relatif berdekatan sehingga mudah dikunjungi.
Perkebunan Teh Kayu Aro yang terletak di Kabupaten Kerinci Propinsi Jambi merupakan perkebunan teh satu-satunya yang diusahakan secara terpadu di bawah pengawasan PTPN VI serta perkebunan ini merupakan unit perkebunan yang terluas di dunia dengan luas sekitar 3.020 hektar berada pada ketinggian 1.400-1.600 meter dpl. Perkebunan teh ini adalah perkebunan tertua di Indonesia, dibuka antara tahun 1925 dan tahun 1928 oleh perusahaan Belanda, Namblodse Handle Vereniging Amsterdam (NV HVA) . Teh di tempat ini mulai ditanam pada tahun 1929 dengan varietas spesifik, ditanam asli dari biji teh. Empat tahun kemudian, 1932, perusahaan Belanda membangun pabrik teh di Bedeng VIII Kayu Aro dengan kapasitas produksi 90 ton pucuk teh per hari, dan kapasitas terpasang 100 ton.
Pabrik Teh Kayu Aro hingga kini merupakan pabrik teh terbesar di dunia yang masih aktif dan merupakan pabrik teh tertua di Indonesia. Teh produksi Perkebunan Teh Kayu Aro hingga kini merupakan teh hitam terbaik di dunia. Hasil dari produksi Teh Kayu Aro telah di ekspor ke berbagai daerah dan telah menembus pasar internasional. Saat ini, Perkebunan teh ini menjadi salah satu objek wisata utama di Kabupaten Kerinci tapi baru sebatas pemanfaatan view dan bersantai belum ada pengembangan fungsi kearah agrowisata yang akan menambah daya tarik wisatawan mengingat tempat ini sangat berpotensi walaupun sudah ada wacana dari pemerintah setempat. Sesuai dengan kondisi Kabupaten Kerinci yang merupakan daerah tropis dan bercurah hujan tinggi, membuat daerah ini menjadi andalan pertama di Provinsi Jambi dalam sektor pertanian. Di daerah ini banyak lahan-lahan pertanian yang produktif dan kebanyakan masyarakat sekitar mengandalkan lahan pertanian sebagai sumber mata pencaharian. Selain itu Kabupaten Kerinci juga berada cukup straegis yang bisa menghubungkan tiga provinsi sekaligus yaitu Provinsi Jambi, Sumatera Barat dan Bengkulu.
Konsep dasar dari perencanaan Kebun Teh Kajoe Aro adalah menjadikan kawasan perkebunan teh Kayu Aro sebagai kawasan kebun produksi dan kawasan wisata pertanian sehingga perekebunan teh Kayu Aro dapat menjadi alternatif tempat berwisata dan rekreasi. Konsep agrowisata akan dikembangkan berdasarkan konsep dasar yang sudah ada sehingga direncanakan tujuh konsep pengembangan: konsep wisata, ruang, sirkulasi, vegetasi, konservasi, fasilitas penunjang, dan pengelolaan pengunjung. Agrowisata perkebunan teh diharapkan mampu mengembangkan potensi serta meningkatkan aktivitas wisata yang berbasis pertanian.
Menurut Arifin (1992) agrowisata adalah salah satu bentuk aktivitas wisata yang dilakukan di kawasan pertanian dan aktivitas didalamnya seperti persiapan lahan, penanaman, pemeliharaan, pemanenan, pengolahan hasil panen sampai dalam bentuk siap dipasarkan, dan wisatawan dapat membeli produk pertanian tersebut sebagai oleh-oleh. Agrowisata juga ikut melibatkan wisatawan dalam aktivitas-aktivitas pertanian. Prinsip-prinsip yang harus dipegang dalam sebuah perencanaan agrowisata menurut Tirtawinata dan Fachruddin (1996) adalah sesuai dengan rencana pengembangan wilayah tempat agrowisata itu berada, dibuat secara lengkap dan sesederhana mungkin, mempertimbangkan tata lingkungan dan kondisi sosial masyarakat disekitarnya, selaras dengan sumberdaya alam, sumber tenaga kerja, sumber dana dan teknik-teknik yang ada serta perlu evaluasi sesuai dengan perkembangan yang ada. Menurut Gunn (1994) perencanaan yang baik dapat membuat kehidupan masyarakat yang lebih baik, meningkat perekonomian, melindungi dan sensitif terhadap lingkungan, dan dapat diintegrasikan dengan komunitas dan memiliki dampak negatif yang rendah. Hal tersebut dapat dilakukan dengan perencanaan yang lebih baik dan terintegrasi pada semua aspek pengembangan wisata.
Agrowisata diartikan sebagai rangkaian aktivitas wisata yang memanfaatkan lokasi atau kawasan dan sektor pertanian. Dalam kasus ini kawasan yang dimanfaatkan adalah kawasan perkebunan teh, mulai dari kegiatan awal sampai dengan produk yang dihasilkan dalam berbagai sistem, skala, dan bentuk dengan tujuan untuk memperluas pengetahuan, pemahaman, pengalaman, dan rekreasi di bidang pertanian.
Agrowisata tersebut terkait juga dengan kondisi objek-objek wisata di Kabupaten Kerinci yang pemanfaatannya kurang optimal. Padahal, di kabupaten ini terdapat banyak objek wisata yang dapat dijual dan akan menambah pendapatan pemerintah daerah. Selain itu sirkulasi dan sajian objek pertanian, kegiatan agrowisata dapat menjadi alternatif kegiatan wisata yang menyenangkan serta meningkatkan nilai edukasi, di samping memberikan alternatif tambahan pendapatan bagi masyartakat.



Agrowisata memiliki beberapa manfaat, di antaranya sebagai berikut:
l  meningkatkan nilai estetika dan keindahan alam.
l  meningkatkan konservasi lingkungan; Nilai-nilai konservasi yang ditekankan lebih kepada keseimbangan ekosistem dan pemeliharaan berbagai jenis tanaman yang berguna untuk melestarikan sumber plasma nutfah dan memiliki fungsi hidrologis untuk menahan cadangan air. 
l  memberikan nilai rekreasi; Sebagai obyek pariwisata, agrowisata tidak dapat dipisahkan dengan aktivitas rekreasi. 
l  mendapatkan keuntungan ekonomi; Keuntungan tersebut tidak hanya bagi pengelola agrowisata tapi bagi daerah dan masyrakat sekitar lokasi. 
l  meningkatkan kegiatan ilmiah dan pengembangan ilmu pengetahuan; Kekayaan flora, fauna dan seluruh ekosistem yang ada di dalam kawasan agrowisata dapat mengundang rasa ingin tahu dari para peneliti, ilmuan maupun kalangan pelajar. 
Perencanaan lanskap kebun teh Kajoe Aro sebagai tempat agrowisata perlu dilakukan mengingat potensi yang dimiliki kawasan ini cukup besar, tetapi belum ada pemanfaatan lebih lanjut. Perencanaan dilakukan agar potensi yang dimiliki dapat dikembangkan secara maksimal dengan tahap-tahap yang sistematis dalam proses perencanaan sehingga tujuan dari perencanaan dapat tercapai. Akan tetapi, dalam proses perencanaannya tetap merujuk pada pemenuhan produksi teh yang berkualitas baik, kondisi ekologis yang alami, serta pemenuhan kebutuhan wisata dari masyarakat lokal dan masyarakat sekitar kawasan. Hamparan di sekeliling kebun Teh Kajoe Aro, terdapat tempat wisata yang juga bisa dinikmati.
Sayangnya, berbagai potensi alam  itu tak didukung infrastruktur yang memadai, sarana pendukung seperti jalan raya, angkutan umum, dan penginapan, kurang menunjang. Kerinci, saat ini bisa diakses dari tiga lokasi, yaitu dari Tapan dan Solok Selatan, Sumatera Barat, serta Bangko, Jambi. Di antara ketiga akses itu, hanya jalan dari Solok Selatan menuju Sungai Penuh yang kondisinya baik, walaupun berkelok-kelok. Sementara dari Tapan dan Bangko, jalannya hancur-hancuran.
Jalan dari kota Bangko menuju Kerinci sepanjang 60-an kilometer sudah lama rusak. Begitu pula ruas dari Tapan menuju Sungai Penuh. Lubang besar, aspal terkelupas, dan retak-retak sangat mengganggu perjalanan. Beberapa titik di jalanan berkelok-kelok di atas bukit itu longsor. Saat hujan deras, longsoran kerap menyelimuti badan jalan. Kendaraan sulit melintas, bahkan jika melintas bisa tertimbun reruntuhan tanah merah.
Sebenarnya ada juga transportasi udara, dari bandara Depati Parbo di Sungai Penuh. Setelah hamper tiga tahun ditutup, bandara itu belakangan ini beroperasi kembali. Namun frekuensi penerbangan rendah. Transportasi umum lainnya juga minim. Untuk menempuh perjalanan darat selama 10-12 jam dari Jambi ke Kerinci hanya tersedia sejumlah minibus dan bus ekonomi. Tingkat kenyamanan jauh dari memadai. Hotel yang berfasilitas baik masih terbatas. Tapi di Kersik Tuo, Kecamatan Kayu Aro, ada sejumlah rumah warga yang dijadikan homestay.
Lemahnya infrastruktur membuat pesona alam Kerinci menjadi terabaikan, bahkan seperti terisolasi. Akibatnya, Kerinci belum menjadi tujuan wisata favorit bagi wisatawan domestic, apalagi mancanegara. Kendala-kendala seperti infrastruktur diperlukan penanganan yang cepat. Peran pemerintah dan masyarakat setempat sangat dibutuhkan agar kendala dapat teratasi.
Revitalisasi kawasan Kerinci khususnya di perkebunan Teh Kajoe Aro sangat berdampak positif untuk kemajuan perekonomian masyarakat sekitar dan sekaligus menjadi akses wisata lainnya disekitar. Revitalisasi dimulai dari akses infrastruktur jalan dari kota Jambi menuju ke Kerinci dan akses jalan alternatif untuk perjalanan dari Sumatera Barat dan sekitarnya. Pemasangan lampu jalan di setiap beberapa meter untuk penerangan di malam hari, pembatas jalan untuk keselamatan pengguna jalan, jalan yang berlubang dan tidak diaspal, segera diperbaiki, serta dibuat jalur evakuasi, jika terjadi bencana alam, karena wilayah ini merupakan wisata alam, yang memiliki dampak yang tak terduga. Akses jalan selain digunakan untuk masyarakat umum, juga digunakan untuk transportasi pengangkut hasil kebun teh dan tanaman holtikultura yang setiap harinya di antarkan ke agen-agen dan pasar di seluruh wilayah provinsi Jambi dan Sekitarnya, bahkan di ekspor ke mancanaegara. 
. Aktivitas wisata yang dapat dilakukan terdiri dari wisata pertanian yaitu yang dilakukan di ruang budi daya, antara lain, wisatawan dapat langsung mengetahui cara pembudidayaan tanaman teh sampai pada proses pengolahannya serta aktivitas wisata umum, antara lain, outbound, camping, bersampan, play ground, tea walk, cycle riding track, horse riding track, picnic, viewing, memancing, duduk-duduk sambil minum teh, photo hunting, interpretasi alam, dan melukis. 
Rencana sirkulasi dan perubahan yang dikembangkan pada tapak terdiri dari sirkulasi interpretasi, yaitu sirkulasi yang akan mengarahkan wisatawan untuk dapat menyaksikan atraksi-atraksi yang tersebar di dalam kawasan perkebunan, dan sirkulasi pelayanan, yaitu sirkulasi untuk menghubungkan ruang wisata dan ruang pelayanan. Rencana fasilitas yang dikembangkan sesuai dengan kebutuhan ruang. Pada ruang wisata akan disediakan fasilitas, antara lain, jalan setapak, signboard, papan penunjuk arah, gapura, bangku, meja taman, lampu jalan, pagar, dek kayu, gazebo, shelter, perahu kecil, tempat sampah, permainan playground, museum teh, dan menara pandang. Pada ruang pelayanan akan disediakan fasilitas berupa pintu masuk (main gate), pos jaga, loket penjualan karcis, tempat parkir, mesjid/musholla, toilet, tempat makan, penginapan, kios penjualan cendera mata, kios penyewaan alat, dan gedung pusat informasi. Rencana vegetasi pada wilayah ini akan disesuaikan dengan fungsi yang ingin dicapai, yaitu fungsi produksi, fungsi estetis, fungsi pengarah, dan fungsi pembatas.
Pengajuan revitalisasi ini bekerjasama dengan PTPN VI persero yang ada di wilayah kerinci dan pemerintah provinsi Jambi dalam peningkatan nilai ekonomi dan nilai jual wisata.

Sumber Pustaka:
-PTP Nusantara VI (PERSERO). 2008. Profil Perusahaan PTPN VI (PERSERO) Unit Usaha Kayu Aro. Kerinci.
-Bonanza, Occy. 2008. Perencanaan Lanskap Kebun Teh Kayu Aro Kerinci (Skripsi) IPB. Bogor.
-Tirtawinata, M.K. dan L. Fachrudin. 1996. Daya Tarik Pengelolaan Agrowisata. Bogor: Penebar Swadaya.

-Bappeda Kabupaten Kerinci. 2008. Profil Investasi dan Produk Unggulan Kabupaten Kerinci, Kabupaten Kerinci Propinsi Jambi.