KENALKAH JENIS KONSERVASI ?

Rabu, 03 Desember 2014

PENATAAN KAWASAN JALAN SOLO MENJADI KAWASAN YANG SEJUK DAN BERSAHABAT

 Septian Ramanda Putra
 114080106

Perkembangan jumlah pendatang dan kendaraan yang masuk di wilayah Daerah Istimewa Yogyakarta (D.I.Y) dewasa ini sangat pesat. Hal ini dikarenakan D.I.Y merupakan salah satu destinasi tempat wisata terbesar selain Pulau Bali, karena banyak memiliki tempat-tempat wisata yang sarat akan kebudayaan. Selain itu D.I.Y juga menjadi tujuan tempat untuk menuntut ilmu, maka tidak dapat dipungkiri D.I.Y setiap tahunnya akan menjadi semakin ramai sebab mahasiswa baru datang dari seluruh daerah di nusantara ini untuk mendaftar serta menjadi mahasiswa di perguruan-perguruan tinggi negeri dan swasta yang terdapat di D.I.Y. Melihat kondisi yang seperti itu mau tidak mau daerah-daerah yang menjadi tujuan tersebut harus mempersiapkan sarana dan prasarana penunjang, seperti hotel, restoran, kos-kosan, pusat perbelanjaan, lahan parkir dan sebagainya. Daerah yang terkena dampak langsungnya adalah daerah Sleman dan kota Yogyakarta.
Sleman dan kota Yogyakarta pada saat ini menjadi pusat pembangunan infrastruktur penunjang kemajuan bertambahnya pendatang dan kendaraan yang masuk ke wilayah D.I.Y. Infrastruktur merujuk pada sistem fisik yang menyediakan transportasi, pengairan, drainase, bangunan-bangunan gedung dan fasilitas publik yang lain yang dibutuhkan untuk memenuhi kebutuhan dasar manusia dalam lingkup sosial dan ekonomi (Grigg, 1988). Sistem infrastruktur merupakan pendukung utama fungsi-fungsi sistem sosial dan ekonomi dalam kehidupan sehari-hari masyarakat. Sistem infrastruktur dapat didefinisikan sebagai fasilitas-fasilitas atau struktur-struktur dasar, peralatan-peralatan, instalasi-instalasi yang dibangun dan yang dibutuhkan untuk berfungsinya sistem sosial dan sistem ekonomi masyarakat (Grigg, 2000).
Hal ini mengakibatkan daerah Sleman dan kota Yogyakarta menjadi sangat macet dan padat. Jalan yang menjadi pusat kemacetan dikala hari libur dan hari-hari tertentu adalah jalan solo, jalan yang membelah 3 kabupaten besar di wilayah D.I.Y , yaitu Sleman, Bantul dan Yogyakarta. Jalan ini merupakan jalur terpadat yang terdapat di daerah D.I.Y. Karena jalan ini merupakan pusat jalur perlintasan pendatang yang masuk dan keluar kota Yogyakarta. Masyarakat setempat juga menggunakan jalan ini sebagai tempat mengais rezeki dengan berjualan di sepanjang jalan solo dan memakai bahu jalan sebagai lahan parkir. Daerah yang sangat ramai dapat terlihat mulai dari Pertigaan Bandara Adi Sucipto hingga daerah Tugu Yogyakarta.
Pusat kemacetan membentang dari Jembatan Layang Janti (Janti Fly Over) hingga mengarah ke Tugu Yogyakarta. Sebaiknya di sepanjang jalan ini ditanami tumbuhan perindang seperti yang terdapat di kawasan RS Bethesda hingga pertigaan lampu merah Jl. C Simanjuntak. Bila kita melewati kawasan ini terasa sangat sejuk walaupun harus didera dengan kemacetan yang panjang, berbeda dengan kawasan Janti Fly Over hingga Mall Galeria. Kawasan ini sangat gersang dengan ruang terbuka yang dihiasi oleh bangunan-bangunan pertokoan dan tempat hiburan.
Disarankan, penanaman di jalur hijau menggunakan pohon berkarakter akar tunggang yang masuk ke dalam tanah sehingga tidak merusak jalan atau trotoar. Selain itu, batang dan dahan pohon juga harus tidak mudah roboh atau patah serta berusia panjang. Contohnya, pohon asam (Tamarindus indica), pule (Alstonia scholaris), kenari (Canarium vulgare), kepel (Stelechocarpus burahol), dan tanjung (Mimusops elengi). Pohon mahoni (Swietenia mahagoni) tak direkomendasikan karena bersifat menggugurkan daun pada musim kemarau dan buahnya berukuran besar. Hal ini bisa membahayakan pengguna jalan yang berlalu lintas padat. Selain itu, kotoran daun juga bisa menyumbat aliran air di selokan. Dari semua pilihan, penanaman pohon asam menjadi pilihan karena karakter batang besar, tegak, dan akar tidak muncul di permukaan (tak berbanir). Kelemahannya, jika berbuah, rawan dipanen buahnya. Pohon asem juga sangat kuat terhadap bencana angin kencang bila ia dirawat dengan baik. Pohon tumbang, jika terjadi di pinggir jalan kota yang berlalu lintas padat, akan sangat membahayakan.
 Keberadaan Vegetasi pada Ruang Terbuka Hijau (RTH) dapat mempengaruhi kondisi atmosfer setempat karena vegetasi pohon mampu menurunkan suhu, menaikan kelembaban dan mengurangi kecepatan angin (Fandeli Chavid & Muhammad 2009). Pada areal Bangunan dibuat sebuah taman yang memberi kesan indah dan sejuk diantaranya seperti Taman Atap (Roof Garden). Keberadaan taman atap, memiliki peran penting seperti halnya ruang hijau lainnya. Ancaman terhadap eksistensi Ruang Terbuka Hijau akibat pembangunan infrastruktur-infrastruktur dapat diimbangi atau dikompensasi dengan mengembangkan taman atap. Pada umumnya manfaat taman atap (Roof garden) adalah sebagai berikut :
·         Mengurangi tingkat polusi udara.
·         Menurunkan suhu udara.
·         Mengurangi polusi suara / kebisingan.
·         Menempilkan keindahan pada aspek bangunan (estetika).
 Energi Fosil merupakan penyediaan utama untuk mencukupi kebutuhan energi saat ini. Sejalan dengan kemajuan suatu negara dan pembangunan yang dilakukan pemakaian permintaan energi semakin meningkat. Keadaan ini akan berakibat semakin menipisnya persediaan bahan bakar fosil dan semakin meningkatnya beban pencemaran atmosfer ini. Untuk mengatasi kedua hal tersebut kiranya harus ditingkatkan pengupayaan sumber energi lain yang memiliki sifat diantaranya (Supranto, 2008) :
·         Dapat mengurangi ketergantungan terhadap pemakaian bahan bakar fosil, terutama minyak bumi.
·         Dapat menyediakan listrik dalam skala lokal regional.
·         Mampu memanfaatkan sumber energi setempat
·         Tersedia dalam jumlah yang cukup banyak dan ramah lingkungan dalam arti kecil efek pencemarannya terhadap alam sekitar.
Energi terbaharukan mempunyai beberapa keunggulan diantaranya adalah (Djiteng Marsudi,2005) :
·         Lebih bersih, selamat (Aman) dan sumbernya tidak terbatas karena selalu dapat diperbaharukan dan energi ini mempunyai efek negatif yang minimum terhadap lingkungan.
·         Tidak dipengaruhi oleh suasana politik, tidak dapat dimonopoli dan tidak dapat dipakai sebagai alat politik seperti halnya energi bahan bakar fosil.

  
DAFTAR PUSTAKA

·         Djiteng Marsudi, 2005, “Pembangkitan Energi Listrik”, Penerbit Erlangga, Jakarta.
·         Supranto, 2008, Konservasi Energi”, Penerbit Percetakan UPN “Veteran”, Yogyakarta.
·         Fandeli Chafid & Muhammad, 2009, “Prinsip-prinsip Dasar Mengkonservasi Lanskap”, Penerbit Gadjah Mada University Press, Yogyakarta.
·         Grigg, Neil, 1988. Infrastructure Engineering and Management. John Wiley and Sons.
·         Grigg, Neil, & Fontane G. Darrel, 2000. Infrastructure System Management & Optimization. Internasional Seminar “Paradigm & Strategy of Infrastructure Management” Civil Engeenering Departement Dipononegoro University.


Tidak ada komentar:

Posting Komentar

Revitalisasi Kawasan