Septian Ramanda Putra
114080106
Perkembangan
jumlah pendatang dan kendaraan yang masuk di wilayah Daerah Istimewa Yogyakarta
(D.I.Y) dewasa ini sangat pesat. Hal ini dikarenakan D.I.Y merupakan salah satu
destinasi tempat wisata terbesar selain Pulau Bali, karena banyak memiliki
tempat-tempat wisata yang sarat akan kebudayaan. Selain itu D.I.Y juga menjadi
tujuan tempat untuk menuntut ilmu, maka tidak dapat dipungkiri D.I.Y setiap tahunnya
akan menjadi semakin ramai sebab mahasiswa baru datang dari seluruh daerah di
nusantara ini untuk mendaftar serta menjadi mahasiswa di perguruan-perguruan tinggi
negeri dan swasta yang terdapat di D.I.Y. Melihat kondisi yang seperti itu mau
tidak mau daerah-daerah yang menjadi tujuan tersebut harus mempersiapkan sarana
dan prasarana penunjang, seperti hotel, restoran, kos-kosan, pusat
perbelanjaan, lahan parkir dan sebagainya. Daerah yang terkena dampak
langsungnya adalah daerah Sleman dan kota Yogyakarta.
Sleman dan
kota Yogyakarta pada saat ini menjadi pusat pembangunan infrastruktur penunjang
kemajuan bertambahnya pendatang dan kendaraan yang masuk ke wilayah D.I.Y. Infrastruktur
merujuk pada sistem fisik yang menyediakan transportasi, pengairan, drainase,
bangunan-bangunan gedung dan fasilitas publik yang lain yang dibutuhkan untuk
memenuhi kebutuhan dasar manusia dalam lingkup sosial dan ekonomi (Grigg, 1988). Sistem infrastruktur merupakan
pendukung utama fungsi-fungsi sistem sosial dan ekonomi dalam kehidupan
sehari-hari masyarakat. Sistem infrastruktur dapat didefinisikan sebagai
fasilitas-fasilitas atau struktur-struktur dasar, peralatan-peralatan,
instalasi-instalasi yang dibangun dan yang dibutuhkan untuk berfungsinya sistem
sosial dan sistem ekonomi masyarakat (Grigg,
2000).
Hal ini
mengakibatkan daerah Sleman dan kota Yogyakarta menjadi sangat macet dan padat.
Jalan yang menjadi pusat kemacetan dikala hari libur dan hari-hari tertentu
adalah jalan solo, jalan yang membelah 3 kabupaten besar di wilayah D.I.Y ,
yaitu Sleman, Bantul dan Yogyakarta. Jalan ini merupakan jalur terpadat yang
terdapat di daerah D.I.Y. Karena jalan ini merupakan pusat jalur perlintasan
pendatang yang masuk dan keluar kota Yogyakarta. Masyarakat setempat juga
menggunakan jalan ini sebagai tempat mengais rezeki dengan berjualan di
sepanjang jalan solo dan memakai bahu jalan sebagai lahan parkir. Daerah yang
sangat ramai dapat terlihat mulai dari Pertigaan Bandara Adi
Sucipto hingga daerah
Tugu Yogyakarta.
Pusat kemacetan membentang dari Jembatan
Layang Janti (Janti Fly Over) hingga
mengarah ke Tugu Yogyakarta. Sebaiknya di sepanjang jalan ini ditanami tumbuhan
perindang seperti yang terdapat di kawasan RS Bethesda hingga pertigaan lampu
merah Jl. C Simanjuntak. Bila kita melewati kawasan ini terasa sangat sejuk
walaupun harus didera dengan kemacetan yang panjang, berbeda dengan kawasan Janti Fly Over hingga Mall Galeria.
Kawasan ini sangat gersang dengan ruang terbuka yang dihiasi oleh
bangunan-bangunan pertokoan dan tempat hiburan.
Disarankan, penanaman di jalur hijau
menggunakan pohon berkarakter akar tunggang yang masuk ke dalam tanah sehingga
tidak merusak jalan atau trotoar. Selain itu, batang dan dahan pohon juga harus
tidak mudah roboh atau patah serta berusia panjang. Contohnya, pohon asam
(Tamarindus indica), pule (Alstonia scholaris), kenari (Canarium vulgare),
kepel (Stelechocarpus burahol), dan tanjung (Mimusops elengi). Pohon mahoni
(Swietenia mahagoni) tak direkomendasikan karena bersifat menggugurkan daun
pada musim kemarau dan buahnya berukuran besar. Hal ini bisa membahayakan
pengguna jalan yang berlalu lintas padat. Selain itu, kotoran daun juga bisa
menyumbat aliran air di selokan.
Dari
semua pilihan, penanaman pohon asam menjadi pilihan karena karakter batang
besar, tegak, dan akar tidak muncul di permukaan (tak berbanir). Kelemahannya,
jika berbuah, rawan dipanen buahnya. Pohon asem juga sangat kuat terhadap bencana angin kencang bila ia
dirawat dengan baik. Pohon tumbang, jika terjadi di pinggir
jalan kota yang berlalu lintas padat, akan sangat membahayakan.
Keberadaan Vegetasi pada Ruang Terbuka Hijau (RTH)
dapat mempengaruhi kondisi atmosfer setempat karena vegetasi pohon mampu
menurunkan suhu, menaikan kelembaban dan mengurangi kecepatan angin (Fandeli Chavid & Muhammad 2009).
Pada areal Bangunan dibuat sebuah taman yang memberi kesan indah dan sejuk
diantaranya seperti Taman Atap (Roof
Garden). Keberadaan taman atap, memiliki peran penting seperti halnya ruang
hijau lainnya. Ancaman terhadap eksistensi Ruang Terbuka Hijau akibat pembangunan
infrastruktur-infrastruktur dapat diimbangi atau dikompensasi dengan
mengembangkan taman atap. Pada umumnya manfaat taman atap (Roof garden) adalah sebagai berikut :
·
Mengurangi
tingkat polusi udara.
·
Menurunkan
suhu udara.
·
Mengurangi
polusi suara / kebisingan.
·
Menempilkan
keindahan pada aspek bangunan (estetika).
Energi Fosil merupakan
penyediaan utama untuk mencukupi kebutuhan energi saat ini. Sejalan dengan
kemajuan suatu negara dan pembangunan yang dilakukan pemakaian permintaan
energi semakin meningkat. Keadaan ini akan berakibat semakin menipisnya
persediaan bahan bakar fosil dan semakin meningkatnya beban pencemaran atmosfer
ini. Untuk mengatasi kedua hal
tersebut kiranya harus ditingkatkan pengupayaan sumber energi lain yang
memiliki sifat diantaranya (Supranto,
2008) :
·
Dapat
mengurangi ketergantungan terhadap pemakaian bahan bakar fosil, terutama minyak
bumi.
·
Dapat
menyediakan listrik dalam skala lokal regional.
·
Mampu
memanfaatkan sumber energi setempat
·
Tersedia
dalam jumlah yang cukup banyak dan ramah lingkungan dalam arti kecil efek
pencemarannya terhadap alam sekitar.
Energi terbaharukan mempunyai beberapa keunggulan diantaranya adalah (Djiteng Marsudi,2005) :
·
Lebih bersih, selamat (Aman) dan sumbernya tidak terbatas karena
selalu dapat diperbaharukan dan energi ini mempunyai efek negatif yang minimum
terhadap lingkungan.
·
Tidak dipengaruhi oleh suasana politik,
tidak dapat dimonopoli dan tidak dapat dipakai sebagai alat politik seperti
halnya energi bahan bakar fosil.
DAFTAR PUSTAKA
·
Djiteng Marsudi, 2005, “Pembangkitan Energi Listrik”, Penerbit
Erlangga, Jakarta”.
·
Supranto,
2008,
“Konservasi Energi”,
Penerbit Percetakan UPN
“Veteran”, Yogyakarta.
·
Fandeli
Chafid & Muhammad, 2009, “Prinsip-prinsip
Dasar Mengkonservasi Lanskap”, Penerbit Gadjah Mada University Press, Yogyakarta.
·
Grigg, Neil, 1988. Infrastructure Engineering and Management. John Wiley and Sons.
·
Grigg, Neil, & Fontane G. Darrel,
2000. Infrastructure System Management & Optimization. Internasional
Seminar “Paradigm & Strategy of
Infrastructure Management” Civil Engeenering Departement Dipononegoro
University.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar
Revitalisasi Kawasan