KENALKAH JENIS KONSERVASI ?

Kamis, 25 Desember 2014

REVITALISASI KAWASAN WISATA TANJUNG PURI, KABUPATEN TABALONG, KALIMANTAN SELATAN

VENANSIUS YP MAHRUM
114110030
Gambar 1. Danau Wisata Tanjung Puri
 
 








Jika kita kembali ke masa sejarah tentu kita akan menemukan wilayah yang menjadi sentra/pusat dan pada saat ini sudah menjadi wilayah-wilayah yang jauh dari kata menjadi pusat/sentra. Wilayah yang sebelumnya menjadi pusat/sentra tersebut tentunya memiliki potensi-potensi yang lebih mudah untuk ditata kembali dari pada harus membentuk sentra baru. Karena hal tersebut, maka revitalisasi merupakan pilihan yang tepat untuk menanggulangi masalah tersebut.
Revitalisasi adalah upaya untuk memvitalkan kembali suatu kawasan atau bagian kota yang dulunya pernah vital/hidup, akan tetapi kemudian mengalami kemunduran/degradasi. Skala revitalisasi ada tingkatan makro dan mikro. Proses revitalisasi sebuah kawasan mencakup perbaikan aspek fisik, aspek ekonomi dan aspek sosial. Pendekatan revitalisasi harus mampu mengenali dan memanfaatkan potensi lingkungan (sejarah, makna, keunikan lokasi dan citra tempat) (Danisworo, 2002). Revitalisasi sendiri bukan sesuatu yang hanya berorientasi pada penyelesaian keindahan fisik saja, tapi juga harus dilengkapi dengan peningkatan ekonomi masyarakatnya serta pengenalan budaya yang ada. Untuk melaksanakan revitalisasi perlu adanya keterlibatan masyarakat. Keterlibatan yang dimaksud bukan sekedar ikut serta untuk mendukung aspek formalitas yang memerlukan adanya partisipasi masyarakat, selain itu masyarakat yang terlibat tidak hanya masyarakat di lingkungan tersebut saja, tapi masyarakat dalam arti luas.
Salah satu kawasan tersebut adalah kawasan wisata Tanjung Puri. Bagi masyarakat yang berdomisili di wilayah kabupaten Tabalong sendiri khususnya tentunya tidak asing lagi apabila mendengar nama Tanjung Puri. Hal tersebut dikarenakan Tanjung Puri merupakan salah satu tempat wisata yang terfavorit dan menjadi andalan di daerah Kabupaten Tabalong, serta nama Tanjung Puri itu sendiri berasal dari nama Kerajaan yang dahulu pernah berjaya di daerah Tabalong yaitu Kerajaan Tanjung Puri.
Tanjung Puri adalah objek wisata berupa sebuah danau alam yang nyaman, terletak di Desa Kasiau, Kecamatan Murung Pudak, Kabupaten Tabalong. Obyek wisata ini juga dilengkapi dengan fasilitas buatan seperti jembatan, pondok peristirahatan atau saung yang berada di tengah-tengah danau dengan arsitetektur unik berbentuk joglo. Sekitar danau juga dilengkapi tempat bermain anak-anak diantaranya sepeda air menyerupai bebek-bebekan dan kereta dan sebuah Camping Ground. Selain itu, Tanjung Puri juga dilengkapi dengan sebuah Restaurant sederhana yang menghidangkan masakan khas seperti Ikan Mas. 
Untuk menuju lokasi wisata ini yang jaraknya sekitar 16 kilometer dari pusat Kota Tanjung, diperlukan waktu sekitar 40 menit dengan menggunakan sepeda motor. Di sepanjang perjalanan dan saat memasuki kawasan wisata, para pengunjung akan disuguhi hamparan pemandangan bernuansa hijau yang menyejukkan mata dari pepohonan hutan, daun bunga maupun buah-buahan yang sengaja ditanam oleh pihak pengelola. Tempat ini sangat cocok bagi seluruh anggota keluarga untuk berpiknik dan melepaskan diri dari kepenatan pekerjaan.  Objek wisata yang satu ini terbilang asri, karena lokasinya di daerah perbukitan di sisi jalan trans Kalsel-Kaltim.
Namun, semua kalimat di atas yang mendeskripsikan begitu indahnya kawasan objek wisata Tanjung Puri hanya merupakan sebuah cerita saja untuk saat ini, karena kenyataan dari kalimat-kalimat tersebut hanya ada sekitar 10 tahun yang lalu. Untuk kondisi sekarang keindahan wisata Tanjung Puri bisa dikatakan tidak seindah dulu lagi, hal tersebut bisa dibuktikan apabila kita melihat bagaimana keadaannya yang sekarang.
Danau yang dahulu airnya bersih sekarang sudah mengeruh, terjadi pendangkalan akibat sampah-sampah dari pengunjung yang masuk ke badan air, selain itu fasilitas buatan yang telah dibuat tidak dikelola dengan baik oleh pengelola. Banyak fasilitas yang rusak tidak diperbaiki dan hal tersebut bisa saja membahayakan bagi keselamatan pengunjung. Keindahan objek wisata ini juga semakin berkurang karena munculnya lapak-lapak pedagang yang didirikan oleh masyarakat sekitar maupun masyarakat dari daerah lain yang ada di Tabalong dimana letaknya semerawut dan tidak beraturan di sekitar lokasi wisata. Apa yang terjadi di tempat wisata Tanjung Puri tersebut berdampak buruk terhadap daya tarik masyarakat untuk pergi berwisata ke Tanjung Puri sehingga untuk saat ini objek wisata Tanjung Puri lebih sepi dibandingkan dahulu.
Melihat permasalahan ini, menurut saya pemerintah khususnya pemerintah Kabupaten Tabalong diharapkan segera memperhatikan dengan serius hal ini dan langsung melakukan tindakan nyata  untuk memperbaiki dan membenah lagi faktor-faktor yang dianggap sebagai penyebab lesunya objek wisata Tanjung Puri seperti yang kita ketahui sekarang ini, sehingga membuat Tanjung Puri asri seperti dulu lagi dan juga dapat menambah hasil pemasukan daerah yang dapat digunakan untuk kesejahteraan masyarakat Tabalong, serta yang tak kalah penting yaitu dapat membuka peluang usaha bagi masyarakat yang berada di sekitar lokasi wisata Tanjung Puri.
Tindakan nyata yang diharapkan dari pemerintah Tabalong sendiri yaitu segera melakukan revitalisasi dan penataan kawasan wisata Tanjung Puri tersebut agar menjadi lebih baik dan bisa mengembalikan tingginya minat wisatawan untuk berwisata ke wisata Tanjung Puri. Di dalam revitalisai kawasan wisata ini memiliki beberapa tujuan penting, tidak hanya semata-mata untuk mengembalikan keindahan fisiknya agar meningkatkan jumlah wisatawan yang datang seperti. Tujuan lainnya adalah untuk membuat daerah wisata Tanjung Puri menjadi salah satu daerah peresapan air hujan di Tabalong. Hal ini disebabkan karena tidak jauh dari tempat wisata terdapat perkebunan kelapa sawit skala besar yang dimiliki oleh salah satu perusahaan besar di Indonesia yang berinvestasi di daerah tersebut. Kita tahu bahwa kelapa sawit merupakan salah satu tumbuhan yang boros terhadap konsumsi air tanah sehingga menyebabkan daerah permukiman yang berada di sekitarnya mengalami kekeringan yang cepat apabila dalam waktu jangka lama daerah itu tidak turun hujan.
Padahal air bawah tanah 40 kali lebih banyak dari air tawar permukaan. Di Indonesia kebutuhan air tawar untuk kota-kota dan desa-desa masih lebih banyak dicukupi oleh air bawah tanah. Sumber air bawah tanah dapat terisi ulang, tetapi prosesnya sangat lambat. Kini pengambilan air bawah tanah lebih banyak daripada pengisian ulang alami, mengakibatkan perubahan lahan dan subsidensi serta susupan air asin lebih jauh ke daratan di kota-kota pantai (H.R Mulyanto, 2007).
Penulis sendiri berkeyakinan bahwa apabila kegiatan revitalisasi terhadap kawasan wisata Tanjung Puri ini bisa benar-benar dilaksanakan, maka tidak hanya aspek ekonomi yang dapat ditingkatkan tetapi juga aspek lingkungan yang menyangkut permasalahan ketersediaan ruang terbuka hijau kota serta daerah recharge area air tanah bisa ditingkatkan. Dari aspek lingkungan sendiri, dengan revitalisasi ini dapat dikatakan kita melakukan suatu upaya konservasi air tanah di daerah tersebut. Konservasi air tanah ini manfaatnya sangat besar bagi masyarakat. Semakin baik kondisi recharge area yang ada maka ketersediaan air tanah akan tercukupi dan kualitas airnya terjamin, sehingga masyarakat yang ada di sekitar kawasan wisata Tanjung Puri tidak bermasalah lagi dengan ketersediaan air tanah dan masalah tingkat kualitasnya.
Menurut Stephanus Bijanata, CM dalam buku Bunga Rampai XVII Kajian Lingkungan Hidup Tinjauan Dari Perspektif Pastoral Sosial bahwa air merupakan kebutuhan mendasar bagi hidup manusia, alam dan semua makhluk Tuhan lainnya. Air mulai langka di berbagai tempat di Indonesia, sehingga kelangkaan ini menjadi ajang komersialisasi. Kelangkaan air terjadi karena peresapan air oleh  berbagai jenis pohon tidak ada lagi, yang juga disebabkan oleh penggundulan dan perusakan hutan secara besar-besaran.
Berdasarakan dari tujuan yang akan dicapai, maka pada aspek fisik dalam revitalisasi ini diutamakan untuk memperbaiki dan mengelola serta menambah fasilitas-fasilitas dan membenah danau, tumbuhan, serta kebersihan area yang ada di wisata Tanjung Puri sehingga menjadi asri kembali.

DAFTAR PUSTAKA
Danisworo, Muhammad / Widjaja Martokusumo, 2000. Revitalisasi Kawasan Kota Sebuah   Catatan dalam Pengembangan dan Pemanfaatan Kawasan Kota. Jakarta: Urban and Regional Development Institute.
Darmaatmadja, dkk, 2007. Bunga Rampai XVII Kajian Lingkungan Hidup Tinjauan Dari Perspektif Pastoral Sosial. Jakarta: Sekretariat Komisi PSE/APP-KAJ, bekerjasama dengan LDD-KAJ, Komisi PSE/KWI

Mulyanto, 2007. Ilmu Lingkungan. Yogyakarta: Graha Ilmu

Tidak ada komentar:

Posting Komentar

Revitalisasi Kawasan