Yuni
Ismiyana
114130177
Sarana prasarana
pada suatu wilayah tidak hanya menunjukkan kemajuan atau perkembangan suatu
wilayah, namun juga sebagai penunjang perkembangan wilayah itu sendiri.
Perkembangan pada suatu wilayah memang tidak hanya dapat diukur dari sektor
pembanguanan atau kelengkapan fasilitas yang ada, tapi perekonomian daerah
tersebut termasuk perekonomian masyarakatnya juga menjadi tolak ukurnya.
Desa Siliwangi
Kecamatan Singkut Kabupaten Sarolangun Provinsi Jambi merupakan salah satu
wilayah yang berada di Negara Kesatuan Republik Indonesia. Negara yang memilki
sumber daya yang melimpah, tidak hanya sumber daya alam, namun juga sumber daya
manusianya. Negara Kesatuan Republik Indonesia yang berupa negara kepulauan memiliki
keberagaman, termasuk dalam hal perkembangan wilayahnya.
Pembangunan
fasilitas umum terkadang mencerminkan kondisi perekonomian daerah itu sendiri. Namun
opini tersebut tidak berlaku pada Desa siliwangi. Desa yang berkontribusi cukup
besar dalam hal perekonomian daerah. Kontribusi tersebut diwujudkan dalam
bentuk besarnya pajak daerah maupun peningkatan pendapatan masyarakatnya. Mata
pencaharian masyarakat setempat tidak hanya sekedar menjadi petani,seperti pada
desa-desa lain pada umumnya, namun sebagian besar juga bergerak dalam bidang
industri kerajinana tangan seperti genteng dan batu bata. Hal ini yang
menyebabkan daerah tersebut dikenal sebagai sentra industri genteng dan batu
bata. Keberlangsungan kegiatan industri tersebut juga tidak terlepas dari
peraturan daerah yang mengikatnya, misalnya besarnya pajak yang harus dipenuhi,
surat izin usaha, dan lain sebagainya.
Meskipun Desa Siliwangi
mematuhi kebijakan yang telah ditetapkan oleh pemerintah setempat, namun
fasilitas penunjang yang menjadi hak masyarakant dan para pengusaha industri sebagian
besar masih belum terpenuhi. Selama berpuluh tahun desa tersebut hidup tanpa
cahaya lampu pada malam hari, karna tidak ada aliran listrik. Hingga saat
mencapai titik jenuh, masyarakat berusaha untuk memperoleh aliran listrik
dengan menggalang dana sendiri. Aliran listrik yang resmi dari pemerintah baru di
peroleh masyarakat pada tahun 2012. Kondisi tersebut diperparah dengan kondisi
jalan, karena sejak tahun 1994 hingga saat ini jalan yang menjadi arteri
perekonomian masyarakat tidak kunjung dibangun. Jalan yang saat ini dilewati
oleh masyarakat merupakan jalan swadaya masyarakat yang dananya diperoleh dari
hasil iuran.
Desa Siliwangi
memiliki banyak keunikan yang tersimpan, salah satunya karena daerah ini
merupakan daerah sentra industri genteng dan batu bata terbesar di Jambi. Bukan
hanya hasil industrinya, namun kolam-kolam yang terbentuk dari pengambilan
tanah sebagai bahan baku produksi juga menciptakan keunikan tersendiri.
Kolam-kolam banyak dijumpai di wilayah ini dan banyak dibiarkan begitu saja
hingga tertutup oleh lumpur, mapun sampah-sampah organik dari tumbuhan yang
hidup di kolam tersebut.
Revitalisasi
pada wilayah ini sangat dibutuhkan, terutama pada fasilitas yang mendukung
perkembangan wilayah tersebut. Apabila fasilitas umum tersebut telah terpenuhi
maka kawasan ini dapat mengembangkan potensinya berdasarkan kondisi lingkungan
yang ada. Kolam yang menjadi kubangan-kubangan air hasil produksi industri
genteng dan batu bata dapat digunakan sebagai kolam ikan, yang sekaligus dapat
digunakan sebagai kolam pemancingan. Menurut Marimbo (2007), Pemancingan ikan
ternyata berkembang pesat dalam kurun waktu lima tahun, omset perhari mereka
rata-rata Rp 1-2 juta, sedangkan sabtu dan minggu meningkat Rp 15-25 juta/
hari. Peluang bisnis yang dijanjikan dari pemanfaatan kola mini tentu perlu
dipertimbangkan mengingat masih banyaknya kolam yang melum dimanfaatkan secara
optimal di kawasan tersebut.
Bentuk dan
kedalaman kolam yang beragam sehingga perlu diklasifikasikan menjadi beberapa
kelompok sesuai dengan perancangan pemanfaatan kolam. Hal ini dikarenakan
selain dapat ditanami ikan dan untuk pemancingan. kolam-kolam tersebut juga
dapat digunakan sebagai arena out bound, yang dilengkapi dengan kolam lumpur di
sekitar kawasan tersebut. Kolam yang dijadikan outbound harus di perhatikan
pula kondisi keamanannya. Dengan adanya arena outbound diharapkan kolam yang
tadinya hanya menjadi kubangan air, dapat bermanfaat untuk edukasi sesuai
dengan tujuan utama outbound yang diselenggarakan. Tujuan outbound pada umumnya
untuk melatih kerjasama tim, melatih jiwa kepemimpinan, dan lain-lain. Menurut
Syaifudin (2013), kebutuhan manusia untuk selalu menikmati hidup dengan
melakukan liburan ketempat-tempat natural juga membuat wisata outbound ramai
dikunjungi wisatawan. Hal ini juga menjadi pendorong untuk memanfaatkan kolam
tersebut sebagai wahana outbound.
Kolam yang
tersedia juga dapat digunakan sebagai taman air, sehingga menarik untuk
dijadikan sebagai penyegar mata bagi pengunjung pemancingan maupun pengujung yang
sedang mengikuti outbound. Menurut Hanum (2013), Tanaman utama yang biasa ada
di taman air adalah water lily
(teratai) dan deepaquatic lainnya
seperti lotus. Dalam perencanaan taman air ini, penggunaan tanaman teratai
sebagai tanaman pengisi kolam yang akan menciptakan suasana segar dan indah. Pemandangan
bunga teratai akan menimbulkan kesan kenyamanan sehingga menjadi obat dari
kepenatan rutinitas sehari-hari. Selan itu, lokasi tersebut juga sebaiknya
dilengkapi oleh saung (rumah-rumahan) kecil untuk menambah nuansa asri taman
air tersebut. Kondisi ini diharapkan dapat meningkatkan fungsi kolam yang
sebelumnya kurang bermanfaat. Namun hal ini juga tidak terlepas dari peran
serta pemerintah untuk memperbaiki fasilitas umum, terutama jalan. Karena
dengan kondisi jalan seperti saat ini keindahan dan potensi yang ada pada desa
ini tidak dapat di nikmati oleh masyarakat. Selain jalan, saluran air yang
buruk pada daerah ini menyebabkan banjir yang sering terjadi saat musim hujan
turun, sehingga memerlukan perhatian pula pada kondisi penyaluran air di
kawasan tersebut. Karena dengan terjadinya banjir, banyak aktifitas warga yang tergenggu, misalnya saja anak
sekolah yang terhambat akibat jalan yang akan dilauinya tergenang air.
Revitalisasi
semacam ini tidak hanya menguntungkan para pemilik kolam dan lahan outbound
saja, tapi masyarakat sekitar juga memperoleh manfaatnya. Masyarakatsekitar
dapat membuka lapangan kerja sendiri, dengan menjual makanan, maupun hasil
kerajinan tangan lain yang dapat dikembangkan lagi selain genteng dan batubata,
misalnya gerabah, patung, dan lain-lain. Kerajinan tangan tersebut justru akan
menjadi buah tangan yang khas bagi para pengunjung. Kawasan tersebut juga menjadi
kawasan yang mengenalkan adanya sentra industri kerajinantangan yang cukup besar
yang dapat dijadikan sebagai area pembelajaran, menambah pengalaman, serta meningkatkan
potensi penjualan yang lebih luas. Namun, meningkatnya pembangunan dan taraf
hidup masyarakat dapat meningkatkan persaingan penggunaan ruang (lahan),
sehingga sering terjadi konflik (Widiatmaka, 2007). Kondisi tersebut yang perlu
diantisipasi untuk menghindari konflik-konflik yang akan terjadi seiring dengan
rencana pembangunan kawasan tersebut.
DAFTAR
PUSTAKA
Hanum, Meivirina
dan Chavela Murod. 2013. ”Desain Taman
Air”. Jakarta: Griya Kreasi.
Saifudin, Sahid.
2013. “Peluang Usaha Jasa Outbound”. Jakarta:
Gamedia Press.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar
Revitalisasi Kawasan