KENALKAH JENIS KONSERVASI ?

Rabu, 27 April 2016

PENATAAN REVITALISASI KAWASAN PASAR TRADISIONAL “PASAR BANTINGAN’ DI KOTA TANJUNG ENIM, KECAMATAN LAWANG KIDUL, KABUPATEN MUARA ENIM PROVINSI SUMATRA SELATAN


Nugraha Febri Ramadhan
114120001


Tanjung Enim, bagian dari Kabupaten Muara enim Provinsi Sumatra Selatan dikenal sebagai salah satu tempat pertambangan batubara terbesar di Pulau Sumatra. Di tempat ini terdapat PLTU terbesar di Sumatra Selatan. batu bara yang ditambang disini digunakan untuk ekspor dan pemakaian dalam negeri, antara lain untuk PLTU Suryalaya dan briket. Kota Tanjung Enim memiliki permasalahan mengenai tata ruang khususnya pasar tradisional yang semakin hari semakin memperihatinkan. Sebelumnya dijadikan pasar, area tersebut merupakan tanah lapang yang tidak produktif, kemudian dijadikan sebagai pasar karena tidak mencukupi ruang di pasar yang sebelum untuk dijadikan sebagai lapak dagang. Akan tetapi di lokasi yang baru timbul permasalahan seperti lapak pedagang yang tidak teratur, retribusi yang belum maksimal, adanya konflik perebutan lapak pedagang hingga puncaknya terjadi demo besar-besaran yang dilakukan pedagang meminta agar dapat kembali ke pasar yang sebelumnya mereka tempati untuk dapat berdagang disana. Kemudian masalah yang kembali muncul disana yakni penataan lapak pedagang, pengelolaan sampah yang kurang optimal, fasilitas yang diberikan kurang memadai seperti wc umum yang kurang terawat, kemudian lahan parkir yang kurang memadai sehingga pedagang sulit untuk memasukkan barang dagangan mereka ke lapaknya, lorong antar pedagang yang sempit yang menimbulkan ketidaknyamanan dalam berbelanja, pengelolaan pasar yang kurang terkoordinasi, sering terjadi pungutan-pungutan liar yang dilakukan oleh orang-orang yang kurang berkompeten di bidangnya, dan tidak adanya terminal bis atau mobil-mobil angkot atau tempat khusus untuk menurunkan barang dagangan pedagang.

Menurut pandangan W. J. Stanton (dalam Sudirmansyah, 2011) pasar adalah orang-orang yang mempunyai keinginan untuk memenuhi kebutuhan, uang untuk berbelanja serta kemauan untuk membelanjakannya. Pasar tradisional adalah sebuah tempat yang terbuka di mana terjadi proses transaksi jual beli yang dimungkinkan proses tawar-menawar (Bromley, dalam Eksistensi Pasar Tradisional Relasi dan Jaringan Pasar Tradisional di Kota Semarang-Jawa Tengah, 2011). Berkaitan dengan pola konsumsi masyarakat pada satu dasa warsa yang lalu, sebagian masyarakat hanya mengenal pasar tradisional sebagai salah satu tempat perbelanjaan guna memenuhi kebutuhan hidupnya. Keberadaan pasar tradisional sejatinya memiliki keunggulan alamiah dibandingkan dengan pasar modern. Lokasi yang terletak di tempat yang strategis, area penjualan yang luas, keragaman barang yang lengkap, proses tawar-menawar yang terjadi pada saat berbelanja antara penjual dan pembeli sehingga menciptakan keakraban antara penjual dan pembeli menjadi keunggulan utama dari pasar tradisional.

Program revitalisasi pasar tradisional digagas dengan maksud menjawab semua permasalahan yang melekat pada pasar tradisonal. Penyebabnya, pasar tradisional dikelola tanpa inovasi yang berarti yang mengakibatkan pasar menjadi tidak nyaman dan kompetitif (Kasali, 2007). Dalam menjalankan aktivitas ekonomi di pasar tradisional, kondisi fisik memegang peranan yang penting. Rancangan fisik pasar harus mempertimbangkan fungsi pasar sebagai tempat aktivitas ekonomi sosial komunitas penggunanya. Program revitalisasi pasar tradisional juga menyentuh tata kelola (kelembagaan) pasar. Mewujudkan pasar yang profesional haruslah dikelola dengan manajemen yang terpadu dimana seluruh manajemen pasar terintegrasi menjadi satu.

Dalam analisis mengenai revitalisasi kawasan pasar tradisional, kesan pertama yang sering pembeli ungkapkan mengenai pasar tradisional adalah tempat yang kotor, jorok, banyak genangan air pada saat musim hujan dan sampah yang berserakan dimana-mana. Banyak orang yang meninggalkan pasar tradisional dan lebih memilih pasar modern karena alasan-alasan tersebut dan lebih memilih pasar modern karna kenyamanan dalam berbelanja, kemudian harga yang ditawarkan sudah ditetapkan dengan menggunakan perlabelan disetiap barangnya. Hal ini membuat berbelanja menjadi lebih efisien karna dapat mengkalkulasi pengeluaran. Sehingga makin ke era modern, pasar tradisional makin ditinggalkan para pembelinya. Pembenahan pasar tradisional harus segera dilakukan untuk peremajaan dan meningkatkan daya beli dan daya saing pasar tradisional di tengah gempuran pasar modern. Pengelolaan pasar yang buruk seperti kotor, banyak genangan air, lorong yang sempit, penataan lapak dan kios pedagang, lahan parkir yang kurang memadai serta fasilitas-fasilitas yang kurang mendukung memperparah citra pasar tradisional. Pasar tradisional biasanya tidak memiliki bangunan yang tidak permanen. Selain itu juga lantainya masih berlantai tanah sehingga ketika hujan turun maka akan banyak genangan air yang membuat tidak nyaman para pengunjung. Lapak dan kios pedagang yang kurang tertata juga menyebabkan kesan kurang tertata rapinya pasar. Pengelolaan sampah juga menjadi perhatian dalam penataan revitalisasi kawasan pasar tradisional. Sampah yang kurang tertata membuat kesan pasar tradisional kurang enak dipandang.


 Selain itu juga bau yang menyengat sangat mengganggu kenyamanan berbelanja para pengunjung. Hal ini semakin menambah daftar panjang penilaian negatif terhadap pasar tradisional. Tidak adanya Tempat Penampungan Sementara (TPS) di sekitar pasar membuat adanya tumpukkan sampah yang tidak terurus dan dapat menimbulkan penyakit bagi para pedagang maupun pengunjung pasar itu sendiri. Fasilitas penunjang seperti toilet umum yang kurang terawat, tidak adanya penitipan anak, dan klinik kesehetan dan lahan parkir merupakan salah satu alasan pengunjung kurang minatnya berbelanja di pasar tradisional. Adanya terminal bayangan pada pasar membuat semakin semrawutnya kondisi pasar akibat keluar masuknya bis kota dan angkot untuk menaikkan dan menurunkan penumpang. Fasilitas tersebut sangat begitu penting untuk menjadikan pasar tradisional agar dapat bersaing dengan pasar modern. Akan Pasar Bantingan memiliki potensi yang sangat besar apabila dikembangkan. Potensi-potensi tersebut diantara potensi sejarah yakni dahulunya sebelum dijadikan pasar tradisional merupakan tempat bongkar muat batubara hasil dari penambangan yang akan dikirim ke PLTU Bukit Asam yang ada di tidak jauh dari lokasi bongkar muat. Kemudian sebagai pusat makanan khas dari Tanjung Enim. Selain pempek sebagai ikon makanan khas Sumatra Selatan, ada beberapa makanan khas lainnya yang dapat dijadikan sebagai oleh-oleh seperti tekwan, model, laksa, burgo dan lain-lain. Selain itu juga jajanan ala pasar tradisional yang masih dilestarikan seperti cenil, lupis, miso, dan lain-lain. Untuk sumber daya manusianya sendiri masih banyak yang memerlukan lapangan pekerjaan. Dengan dilakukannya revitalisasi kawasan pasar tradisional ini diharapkan akan banyak menyerap tenaga kerja guna mengurangi angka pengangguran dan kemiskinan serta pengelolaan pasar sendiri diserahkan sepenuhnya kepada para pedagang. Selain itu juga adanya pengunjung pasar dari luar kota membuat pasar harus dibangunnya sebuah terminal bis agar dapat memudahkan bagi para pengguna jasa angkutan umum dapat naik dan turun dari bis sesuai dengan tempat yang telah disediakan.

Dalam analisis mengenai revitalisasi kawasan pasar tradisional, penulis berasumsi bahwa pentingnya keberadaan pasar tradisional di antara gempuran pasar modern. Pasar tradisional masih diminati oleh masyarakat menengah kebawah. Harga barang yang murah dan dapat melakukan tawar-menawar serta terjadi interkasi sosial antar pembeli-penjual, antar sesama pembeli, dan antar sesama penjual. Interaksi sosial ini yang merupakan bagian dari masyarakat yang seiring perkembangan zaman makin pudar akibat laju globalisasi yang tidak dapat di bendung. Harga barang yang ada di pasar tradisional mudah di jangkau oleh semua kalangan, terutama masyarakat menengah ke bawah. Harga barang tersebut dapat dimainkan oleh pedagang itu sendiri. Dengan demikian masyarakat dapat membeli barang sesuai dengan kemampuan. Selain itu barang yang ditawarkan dapat dengan bebas dipilih sesuai dengan selera pembeli. Revitalisasi kawasan pasar dilakukan untuk memberikan kenyaman, keamanan dan kemudahan dalam berbelanja. Pembeli tidak repot-repot untuk berdesak-desakan pada saat berbelanja karena lapak para pedagang telah di sesuaikan dengan blok-blok yang telah diberi petunjuk. Setiap blok menjual satu jenis dagangan. Misalnya blok L adalah tempat untuk para pedagang yang menjual jajanan pasar, dan blok D adalah tempat yang menyediakan ikan segar

 Tempat yang bersih dan bebas dari polusi menjadi salah satu cara menarik minat kembali para pembeli yang hendak berbelanja di pasar tradisional. Pengelolaan sampah yang dihasilkan pun perlu dilakukan untuk mengurangi kesan kotor dan jorok yang sering ditujukan pada pasar tradisional. Pengelompokkan sampah sesuai dengan jenisnya juga sangat penting untuk memudahkan petugas pengelola kebersihan. Selain itu juga pedagang pasar sendiri telah membayar retribusi kebersihan per hari untuk sampah. Penataan lahan parkir juga berpengaruh pada kenyamanan pengunjung yang akan berbelanja sehingga pengunjung tidak perlu mencari kendaraan yang mereka letakkan karena lahan parkir yang tertata memudahkan merekan dalam mencari kendaraan mereka setelah berbelanja atau yang hendak berbelanja. Fasilitas yang diberikan juga penting untuk mendukung kenyamanan berbelanja. Kebersihan toilet, ruangan khusus merokok, ruang penitipan anak, klinik kesehatan, masjid dan lain-lain merupakan salah satu bagian dari fasilitas yang menunjang dalam memberikan kenyamanan berbelanja. Lokasi klinik yang tidak jauh, tempat penitipan anak dan masjid pasar yang berdekatan memudahkan ibu-ibu sekaligus pedagang untuk menitipkan anak mereka saat mereka sibuk berjualan. Fasilitas pembangunan terminal bis juga sangat penting guna mendukung keberadaan pasar. Hal ini tidak dipungkiri pengunjung pasar tidak hanya berasal dari kota Tanjung Enim sendiri namun banyak juga yang berdatangan dari luar kota Tanjung Enim.

Salah satu cara merevitalisasi atau membangun pasar tradisional yang baru adalah menciptakan pasar tradisional dengan berbagai fungsi, seperti tempat bersantai dan rekreasi bersama dengan keluarga. Pendekatan yang lebih penting adalah bagaimana mensinergikan pasar tradisional dan tempat perbelanjaan modern, sebagai kesatuan yang fungsional.  Tahapan dalam merevitalisasi terjadi pada tingkatan mikro maupun makro. Proses revitalisasi melalui beberapa tahapan yakni aspek fisik, aspek ekonomi dan aspek sosial atau institusional. Pada aspek fisik meliputi pada pembangunan dan peningkatan kualiatas fisik bangunan yang didesain sesuai dengan kebutuhan pasar. Selain itu juga dalam proses pembangunan harus memperhatikan isu lingkungan yang  perlu diperhatikan dengan dilandasi pemikiran jangka panjang. Hal ini sebagai pertimbangan dalam pembangunan pasar yang berkelanjutan dan berkesinambungan dengan lingkungan sekitar pasar. Aspek fisik ini sangat penting bila didukung dengan arsitektur yang sesuai dengan sejarah sebelum terbentuknya pasar tersebut akan lebih menambah nilai tersendiri bagi pasar tersebut.

 Kemudian dari aspek ekonomi, dengan melakukan penataan lapak dan kios maka diharapkan pendapatan bagi pedagang meningkat, Lalu dari penataan tersebut dapat memudahkan pengunjung untuk berbelanja kebutuhan sehari-hari tanpa harus berkeliling pasar lagi. Selain itu juga tata pasar yang rapi membuat para pengunjung dapat keluar masuk pasar tanpa harus berdesak-desakan lagi. Kemudian keberagaman produk dagangan yang dijual oleh para pedagang akan menambah nilai jual khususnya bagi pedagang sendiri sehingga diharapkan nantinya akan mendapat pelanggan-pelanggan baru yang berdatangan ke lapak dan kios mereka. Aspek sosial atan institusional tidak kalah penting dalam melakukan revitalisasi kawasan pasar tradisional. Hal ini tidak hanya memberikan dampak perubahan secara fisik bangunan, akan tetapi juga memberi dampak positif bagi dinamika pasar itu sendiri. Dalam hal ini unsur budaya juga sangat berpengaruh terhadap keberhasilan revitalisasi sebuah kawasan. Diharapkan nantinya pasar tradisional tidak hanya digunakan sebagai tempat berbelanja, juga sebagai tempat bersantai, rekreasi, dan bahkan sebagai pembelajaran bagi anak-anak akan sejarah dahulunya sebelum terbangunnya pasar tersebut. Selain itu juga pengelolaan pasar yang diserahkan sepenuhnya kepada pasar seperti paguyuban pedagan pasar akan menjadi lebih memudahkan dalam pemplotan lapak dan kios milik pedagang, masalah perijinan, pembayaran retribusi dan lain-lain.

Dengan demikian hasil dari penataan revitalisasi kawasan pasar tradisional “Pasar Bantingan” dapat menjadi bahan masukan bagi pemerintah khususnya kabupaten Muara Enim dalam melakukan penataan pasar tradisional agar dapat bersaing dengan pasar modern yang berkembang saat ini. Selain itu juga keberadaan pasar tradisional masih sangat dibutuhkan oleh masyrakat khususnya tingkat menengah ke bawah untuk memenuhi kebutuhan sehari-hari. Kemudian penataan revitalisasi kawasan pasar tradisional diharapkan dapat meningkat kesejahteraan masyarakat baik yang tinggal disekitar pasar maupun yang berdagang didalam pasar agar dapat mengurangi jumlah pengangguran dan kriminalitas serta dapat meningkat pendapatan daerah.


Sumber :

Sudirmansyah, 2011.Pengertian dan Jenis-Jenis Pasar. www.sudirmansyah.com. /artikel ekonomi/pengertian-dan-jenis-jenispasar. html.

Sadilah, Emiliana dkk., Eksistensi Pasar Tradisional Relasi dan Jaringan Pasar Tradisional di  
Kota Semarang-Jawa Tengah, Kementrian Kebudayaan dan Pariwisata, Yogyakarta, 2011.

Kasali, Renald 2007. Manajemen Perilklanan : Konsep dan Aplikasinya. Jakarta: Pusaka

Utama Grafiti.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar

Revitalisasi Kawasan