Nugraha Febri
Ramadhan
114120001
Tanjung Enim, bagian dari Kabupaten Muara enim Provinsi
Sumatra Selatan dikenal sebagai salah satu tempat pertambangan batubara
terbesar di Pulau Sumatra. Di tempat ini terdapat PLTU terbesar di Sumatra Selatan.
batu bara yang ditambang disini digunakan untuk ekspor dan pemakaian dalam
negeri, antara lain untuk PLTU Suryalaya dan briket. Kota Tanjung Enim memiliki
permasalahan mengenai tata ruang khususnya pasar tradisional yang semakin hari
semakin memperihatinkan. Sebelumnya dijadikan pasar, area
tersebut merupakan tanah lapang yang tidak produktif, kemudian dijadikan
sebagai pasar karena tidak mencukupi ruang di pasar yang sebelum untuk
dijadikan sebagai lapak dagang. Akan tetapi di lokasi yang baru timbul
permasalahan seperti lapak pedagang yang tidak teratur, retribusi yang belum
maksimal, adanya konflik perebutan lapak pedagang hingga puncaknya terjadi demo
besar-besaran yang dilakukan pedagang meminta agar dapat kembali ke pasar yang
sebelumnya mereka tempati untuk dapat berdagang disana. Kemudian masalah yang
kembali muncul disana yakni penataan lapak pedagang, pengelolaan sampah yang
kurang optimal, fasilitas yang diberikan kurang memadai seperti wc umum yang
kurang terawat, kemudian lahan parkir yang kurang memadai sehingga pedagang
sulit untuk memasukkan barang dagangan mereka ke lapaknya, lorong antar
pedagang yang sempit yang menimbulkan ketidaknyamanan dalam berbelanja,
pengelolaan pasar yang kurang terkoordinasi, sering terjadi pungutan-pungutan
liar yang dilakukan oleh orang-orang yang kurang berkompeten di bidangnya, dan
tidak adanya terminal bis atau mobil-mobil angkot atau tempat khusus untuk
menurunkan barang dagangan pedagang.
Menurut
pandangan W. J. Stanton (dalam
Sudirmansyah, 2011)
pasar
adalah orang-orang yang mempunyai keinginan untuk memenuhi kebutuhan, uang
untuk berbelanja serta kemauan untuk membelanjakannya. Pasar
tradisional adalah sebuah tempat yang terbuka di mana terjadi proses transaksi
jual beli yang dimungkinkan proses tawar-menawar (Bromley, dalam Eksistensi
Pasar Tradisional Relasi dan Jaringan Pasar Tradisional di Kota Semarang-Jawa
Tengah, 2011).
Berkaitan dengan pola konsumsi masyarakat pada satu dasa warsa yang lalu,
sebagian masyarakat hanya mengenal pasar tradisional sebagai salah satu tempat
perbelanjaan guna memenuhi kebutuhan hidupnya. Keberadaan pasar tradisional
sejatinya memiliki keunggulan alamiah dibandingkan dengan pasar modern. Lokasi
yang terletak di tempat yang strategis, area penjualan yang luas, keragaman
barang yang lengkap, proses tawar-menawar yang terjadi pada saat berbelanja
antara penjual dan pembeli sehingga menciptakan keakraban antara penjual dan
pembeli menjadi keunggulan utama dari pasar tradisional.
Program
revitalisasi pasar tradisional digagas dengan maksud menjawab semua permasalahan
yang melekat pada pasar tradisonal. Penyebabnya, pasar tradisional dikelola
tanpa inovasi yang berarti yang mengakibatkan pasar menjadi tidak nyaman dan
kompetitif (Kasali, 2007). Dalam
menjalankan aktivitas ekonomi di pasar tradisional, kondisi fisik memegang
peranan yang penting. Rancangan fisik pasar harus mempertimbangkan fungsi pasar
sebagai tempat aktivitas ekonomi sosial komunitas penggunanya. Program revitalisasi
pasar tradisional juga menyentuh tata kelola (kelembagaan) pasar. Mewujudkan pasar
yang profesional haruslah dikelola dengan manajemen yang terpadu dimana seluruh
manajemen pasar terintegrasi menjadi satu.
Dalam analisis
mengenai revitalisasi kawasan pasar tradisional, kesan pertama yang sering
pembeli ungkapkan mengenai pasar tradisional adalah tempat yang kotor, jorok,
banyak genangan air pada saat musim hujan dan sampah yang berserakan
dimana-mana. Banyak orang yang meninggalkan pasar tradisional dan lebih memilih
pasar modern karena alasan-alasan tersebut dan lebih memilih pasar modern karna
kenyamanan dalam berbelanja, kemudian harga yang ditawarkan sudah ditetapkan
dengan menggunakan perlabelan disetiap barangnya. Hal ini membuat berbelanja
menjadi lebih efisien karna dapat mengkalkulasi pengeluaran. Sehingga makin ke
era modern, pasar tradisional makin ditinggalkan para pembelinya. Pembenahan
pasar tradisional harus segera dilakukan untuk peremajaan dan meningkatkan daya
beli dan daya saing pasar tradisional di tengah gempuran pasar modern. Pengelolaan
pasar yang buruk seperti kotor, banyak genangan air, lorong yang sempit,
penataan lapak dan kios pedagang, lahan parkir yang kurang memadai serta
fasilitas-fasilitas yang kurang mendukung memperparah citra pasar tradisional.
Pasar tradisional biasanya tidak memiliki bangunan yang tidak permanen. Selain
itu juga lantainya masih berlantai tanah sehingga ketika hujan turun maka akan
banyak genangan air yang membuat tidak nyaman para pengunjung. Lapak dan kios
pedagang yang kurang tertata juga menyebabkan kesan kurang tertata rapinya
pasar. Pengelolaan sampah juga menjadi perhatian dalam penataan revitalisasi
kawasan pasar tradisional. Sampah yang kurang tertata membuat kesan pasar
tradisional kurang enak dipandang.
Selain itu juga bau yang menyengat sangat mengganggu kenyamanan berbelanja para pengunjung. Hal ini semakin menambah daftar panjang penilaian negatif terhadap pasar tradisional. Tidak adanya Tempat Penampungan Sementara (TPS) di sekitar pasar membuat adanya tumpukkan sampah yang tidak terurus dan dapat menimbulkan penyakit bagi para pedagang maupun pengunjung pasar itu sendiri. Fasilitas penunjang seperti toilet umum yang kurang terawat, tidak adanya penitipan anak, dan klinik kesehetan dan lahan parkir merupakan salah satu alasan pengunjung kurang minatnya berbelanja di pasar tradisional. Adanya terminal bayangan pada pasar membuat semakin semrawutnya kondisi pasar akibat keluar masuknya bis kota dan angkot untuk menaikkan dan menurunkan penumpang. Fasilitas tersebut sangat begitu penting untuk menjadikan pasar tradisional agar dapat bersaing dengan pasar modern. Akan Pasar Bantingan memiliki potensi yang sangat besar apabila dikembangkan. Potensi-potensi tersebut diantara potensi sejarah yakni dahulunya sebelum dijadikan pasar tradisional merupakan tempat bongkar muat batubara hasil dari penambangan yang akan dikirim ke PLTU Bukit Asam yang ada di tidak jauh dari lokasi bongkar muat. Kemudian sebagai pusat makanan khas dari Tanjung Enim. Selain pempek sebagai ikon makanan khas Sumatra Selatan, ada beberapa makanan khas lainnya yang dapat dijadikan sebagai oleh-oleh seperti tekwan, model, laksa, burgo dan lain-lain. Selain itu juga jajanan ala pasar tradisional yang masih dilestarikan seperti cenil, lupis, miso, dan lain-lain. Untuk sumber daya manusianya sendiri masih banyak yang memerlukan lapangan pekerjaan. Dengan dilakukannya revitalisasi kawasan pasar tradisional ini diharapkan akan banyak menyerap tenaga kerja guna mengurangi angka pengangguran dan kemiskinan serta pengelolaan pasar sendiri diserahkan sepenuhnya kepada para pedagang. Selain itu juga adanya pengunjung pasar dari luar kota membuat pasar harus dibangunnya sebuah terminal bis agar dapat memudahkan bagi para pengguna jasa angkutan umum dapat naik dan turun dari bis sesuai dengan tempat yang telah disediakan.
Selain itu juga bau yang menyengat sangat mengganggu kenyamanan berbelanja para pengunjung. Hal ini semakin menambah daftar panjang penilaian negatif terhadap pasar tradisional. Tidak adanya Tempat Penampungan Sementara (TPS) di sekitar pasar membuat adanya tumpukkan sampah yang tidak terurus dan dapat menimbulkan penyakit bagi para pedagang maupun pengunjung pasar itu sendiri. Fasilitas penunjang seperti toilet umum yang kurang terawat, tidak adanya penitipan anak, dan klinik kesehetan dan lahan parkir merupakan salah satu alasan pengunjung kurang minatnya berbelanja di pasar tradisional. Adanya terminal bayangan pada pasar membuat semakin semrawutnya kondisi pasar akibat keluar masuknya bis kota dan angkot untuk menaikkan dan menurunkan penumpang. Fasilitas tersebut sangat begitu penting untuk menjadikan pasar tradisional agar dapat bersaing dengan pasar modern. Akan Pasar Bantingan memiliki potensi yang sangat besar apabila dikembangkan. Potensi-potensi tersebut diantara potensi sejarah yakni dahulunya sebelum dijadikan pasar tradisional merupakan tempat bongkar muat batubara hasil dari penambangan yang akan dikirim ke PLTU Bukit Asam yang ada di tidak jauh dari lokasi bongkar muat. Kemudian sebagai pusat makanan khas dari Tanjung Enim. Selain pempek sebagai ikon makanan khas Sumatra Selatan, ada beberapa makanan khas lainnya yang dapat dijadikan sebagai oleh-oleh seperti tekwan, model, laksa, burgo dan lain-lain. Selain itu juga jajanan ala pasar tradisional yang masih dilestarikan seperti cenil, lupis, miso, dan lain-lain. Untuk sumber daya manusianya sendiri masih banyak yang memerlukan lapangan pekerjaan. Dengan dilakukannya revitalisasi kawasan pasar tradisional ini diharapkan akan banyak menyerap tenaga kerja guna mengurangi angka pengangguran dan kemiskinan serta pengelolaan pasar sendiri diserahkan sepenuhnya kepada para pedagang. Selain itu juga adanya pengunjung pasar dari luar kota membuat pasar harus dibangunnya sebuah terminal bis agar dapat memudahkan bagi para pengguna jasa angkutan umum dapat naik dan turun dari bis sesuai dengan tempat yang telah disediakan.
Dalam
analisis mengenai revitalisasi kawasan pasar tradisional, penulis berasumsi
bahwa pentingnya keberadaan pasar tradisional di antara gempuran pasar modern.
Pasar tradisional masih diminati oleh masyarakat menengah kebawah. Harga barang
yang murah dan dapat melakukan tawar-menawar serta terjadi interkasi sosial
antar pembeli-penjual, antar sesama pembeli, dan antar sesama penjual.
Interaksi sosial ini yang merupakan bagian dari masyarakat yang seiring
perkembangan zaman makin pudar akibat laju globalisasi yang tidak dapat di
bendung. Harga barang yang ada di pasar tradisional mudah di jangkau oleh semua
kalangan, terutama masyarakat menengah ke bawah. Harga barang tersebut dapat
dimainkan oleh pedagang itu sendiri. Dengan demikian masyarakat dapat membeli
barang sesuai dengan kemampuan. Selain itu barang yang ditawarkan dapat dengan
bebas dipilih sesuai dengan selera pembeli. Revitalisasi kawasan pasar
dilakukan untuk memberikan kenyaman, keamanan dan kemudahan dalam berbelanja.
Pembeli tidak repot-repot untuk berdesak-desakan pada saat berbelanja karena
lapak para pedagang telah di sesuaikan dengan blok-blok yang telah diberi
petunjuk. Setiap blok menjual satu
jenis dagangan. Misalnya blok L adalah tempat untuk para pedagang yang menjual
jajanan pasar, dan blok D adalah tempat yang menyediakan ikan segar.
Tempat yang bersih dan bebas dari polusi menjadi salah satu cara menarik minat kembali para pembeli yang hendak berbelanja di pasar tradisional. Pengelolaan sampah yang dihasilkan pun perlu dilakukan untuk mengurangi kesan kotor dan jorok yang sering ditujukan pada pasar tradisional. Pengelompokkan sampah sesuai dengan jenisnya juga sangat penting untuk memudahkan petugas pengelola kebersihan. Selain itu juga pedagang pasar sendiri telah membayar retribusi kebersihan per hari untuk sampah. Penataan lahan parkir juga berpengaruh pada kenyamanan pengunjung yang akan berbelanja sehingga pengunjung tidak perlu mencari kendaraan yang mereka letakkan karena lahan parkir yang tertata memudahkan merekan dalam mencari kendaraan mereka setelah berbelanja atau yang hendak berbelanja. Fasilitas yang diberikan juga penting untuk mendukung kenyamanan berbelanja. Kebersihan toilet, ruangan khusus merokok, ruang penitipan anak, klinik kesehatan, masjid dan lain-lain merupakan salah satu bagian dari fasilitas yang menunjang dalam memberikan kenyamanan berbelanja. Lokasi klinik yang tidak jauh, tempat penitipan anak dan masjid pasar yang berdekatan memudahkan ibu-ibu sekaligus pedagang untuk menitipkan anak mereka saat mereka sibuk berjualan. Fasilitas pembangunan terminal bis juga sangat penting guna mendukung keberadaan pasar. Hal ini tidak dipungkiri pengunjung pasar tidak hanya berasal dari kota Tanjung Enim sendiri namun banyak juga yang berdatangan dari luar kota Tanjung Enim.
Tempat yang bersih dan bebas dari polusi menjadi salah satu cara menarik minat kembali para pembeli yang hendak berbelanja di pasar tradisional. Pengelolaan sampah yang dihasilkan pun perlu dilakukan untuk mengurangi kesan kotor dan jorok yang sering ditujukan pada pasar tradisional. Pengelompokkan sampah sesuai dengan jenisnya juga sangat penting untuk memudahkan petugas pengelola kebersihan. Selain itu juga pedagang pasar sendiri telah membayar retribusi kebersihan per hari untuk sampah. Penataan lahan parkir juga berpengaruh pada kenyamanan pengunjung yang akan berbelanja sehingga pengunjung tidak perlu mencari kendaraan yang mereka letakkan karena lahan parkir yang tertata memudahkan merekan dalam mencari kendaraan mereka setelah berbelanja atau yang hendak berbelanja. Fasilitas yang diberikan juga penting untuk mendukung kenyamanan berbelanja. Kebersihan toilet, ruangan khusus merokok, ruang penitipan anak, klinik kesehatan, masjid dan lain-lain merupakan salah satu bagian dari fasilitas yang menunjang dalam memberikan kenyamanan berbelanja. Lokasi klinik yang tidak jauh, tempat penitipan anak dan masjid pasar yang berdekatan memudahkan ibu-ibu sekaligus pedagang untuk menitipkan anak mereka saat mereka sibuk berjualan. Fasilitas pembangunan terminal bis juga sangat penting guna mendukung keberadaan pasar. Hal ini tidak dipungkiri pengunjung pasar tidak hanya berasal dari kota Tanjung Enim sendiri namun banyak juga yang berdatangan dari luar kota Tanjung Enim.
Salah
satu cara merevitalisasi atau membangun pasar tradisional yang baru adalah menciptakan
pasar tradisional dengan berbagai fungsi, seperti tempat bersantai dan rekreasi
bersama dengan keluarga. Pendekatan yang lebih penting adalah bagaimana mensinergikan
pasar tradisional dan tempat perbelanjaan modern, sebagai kesatuan yang fungsional.
Tahapan dalam merevitalisasi terjadi
pada tingkatan mikro maupun makro. Proses revitalisasi melalui beberapa tahapan
yakni aspek fisik, aspek ekonomi dan aspek sosial atau institusional. Pada
aspek fisik meliputi pada pembangunan dan peningkatan kualiatas fisik bangunan
yang didesain sesuai dengan kebutuhan pasar. Selain itu juga dalam proses
pembangunan harus memperhatikan isu lingkungan yang perlu diperhatikan dengan dilandasi pemikiran
jangka panjang. Hal ini sebagai pertimbangan dalam pembangunan pasar yang
berkelanjutan dan berkesinambungan dengan lingkungan sekitar pasar. Aspek fisik
ini sangat penting bila didukung dengan arsitektur yang sesuai dengan sejarah
sebelum terbentuknya pasar tersebut akan lebih menambah nilai tersendiri bagi
pasar tersebut.
Kemudian dari aspek ekonomi, dengan melakukan penataan lapak dan kios maka diharapkan pendapatan bagi pedagang meningkat, Lalu dari penataan tersebut dapat memudahkan pengunjung untuk berbelanja kebutuhan sehari-hari tanpa harus berkeliling pasar lagi. Selain itu juga tata pasar yang rapi membuat para pengunjung dapat keluar masuk pasar tanpa harus berdesak-desakan lagi. Kemudian keberagaman produk dagangan yang dijual oleh para pedagang akan menambah nilai jual khususnya bagi pedagang sendiri sehingga diharapkan nantinya akan mendapat pelanggan-pelanggan baru yang berdatangan ke lapak dan kios mereka. Aspek sosial atan institusional tidak kalah penting dalam melakukan revitalisasi kawasan pasar tradisional. Hal ini tidak hanya memberikan dampak perubahan secara fisik bangunan, akan tetapi juga memberi dampak positif bagi dinamika pasar itu sendiri. Dalam hal ini unsur budaya juga sangat berpengaruh terhadap keberhasilan revitalisasi sebuah kawasan. Diharapkan nantinya pasar tradisional tidak hanya digunakan sebagai tempat berbelanja, juga sebagai tempat bersantai, rekreasi, dan bahkan sebagai pembelajaran bagi anak-anak akan sejarah dahulunya sebelum terbangunnya pasar tersebut. Selain itu juga pengelolaan pasar yang diserahkan sepenuhnya kepada pasar seperti paguyuban pedagan pasar akan menjadi lebih memudahkan dalam pemplotan lapak dan kios milik pedagang, masalah perijinan, pembayaran retribusi dan lain-lain.
Kemudian dari aspek ekonomi, dengan melakukan penataan lapak dan kios maka diharapkan pendapatan bagi pedagang meningkat, Lalu dari penataan tersebut dapat memudahkan pengunjung untuk berbelanja kebutuhan sehari-hari tanpa harus berkeliling pasar lagi. Selain itu juga tata pasar yang rapi membuat para pengunjung dapat keluar masuk pasar tanpa harus berdesak-desakan lagi. Kemudian keberagaman produk dagangan yang dijual oleh para pedagang akan menambah nilai jual khususnya bagi pedagang sendiri sehingga diharapkan nantinya akan mendapat pelanggan-pelanggan baru yang berdatangan ke lapak dan kios mereka. Aspek sosial atan institusional tidak kalah penting dalam melakukan revitalisasi kawasan pasar tradisional. Hal ini tidak hanya memberikan dampak perubahan secara fisik bangunan, akan tetapi juga memberi dampak positif bagi dinamika pasar itu sendiri. Dalam hal ini unsur budaya juga sangat berpengaruh terhadap keberhasilan revitalisasi sebuah kawasan. Diharapkan nantinya pasar tradisional tidak hanya digunakan sebagai tempat berbelanja, juga sebagai tempat bersantai, rekreasi, dan bahkan sebagai pembelajaran bagi anak-anak akan sejarah dahulunya sebelum terbangunnya pasar tersebut. Selain itu juga pengelolaan pasar yang diserahkan sepenuhnya kepada pasar seperti paguyuban pedagan pasar akan menjadi lebih memudahkan dalam pemplotan lapak dan kios milik pedagang, masalah perijinan, pembayaran retribusi dan lain-lain.
Dengan
demikian hasil dari penataan revitalisasi kawasan pasar tradisional “Pasar
Bantingan” dapat menjadi bahan masukan bagi pemerintah khususnya kabupaten
Muara Enim dalam melakukan penataan pasar tradisional agar dapat bersaing
dengan pasar modern yang berkembang saat ini. Selain itu juga keberadaan pasar
tradisional masih sangat dibutuhkan oleh masyrakat khususnya tingkat menengah
ke bawah untuk memenuhi kebutuhan sehari-hari. Kemudian penataan revitalisasi
kawasan pasar tradisional diharapkan dapat meningkat kesejahteraan masyarakat
baik yang tinggal disekitar pasar maupun yang berdagang didalam pasar agar
dapat mengurangi jumlah pengangguran dan kriminalitas serta dapat meningkat
pendapatan daerah.
Sumber :
Sudirmansyah,
2011.Pengertian dan Jenis-Jenis Pasar. www.sudirmansyah.com. /artikel ekonomi/pengertian-dan-jenis-jenispasar.
html.
Sadilah, Emiliana dkk., Eksistensi Pasar Tradisional Relasi dan
Jaringan Pasar Tradisional di
Kota Semarang-Jawa Tengah, Kementrian
Kebudayaan dan Pariwisata, Yogyakarta, 2011.
Kasali, Renald
2007. Manajemen Perilklanan : Konsep dan Aplikasinya. Jakarta: Pusaka
Tidak ada komentar:
Posting Komentar
Revitalisasi Kawasan