KENALKAH JENIS KONSERVASI ?

Selasa, 11 Oktober 2016

Gedung B.A.T Jadi Musium Rokok di Kota Cirebon

Adam Nurcahya Priyandwiky
114130029




BAT gedung bersejarah 

BAT Cirebon atau (PT British American Tobacco) merupakan gedung bersejarah yang terletak di Jl.Pasuketan,Desa Kebumen,Kecamatan Lemahwungkuk,Kota Cirebon. Gedung ini di bangun pada tahun 1917 dan di kenal sebagai pusat perekonomian di zamannya. Gedung BAT ini di miliki oleh perusahaan produksi rokok SS Michael yang sebelumnya pada 1925 telah di beli dan di kembangkan dari desain gedung.
Desain BAT gedung bersejarah yang berdiri di tanah seluas 1,6 hektar ini, di perbarui dengan desain gedung gaya art Deco oleh arsitek F.D Cuypers dan Hulswit, dengan warna gedung putih dan biru. Gaya desain gedung tersebut di nilai modern,serbaguna dan elegan pada zamannya. Desain gedung tersebut di rancang setelah perang dunia ke 2 pada tahun 1920. Sarana yang terdapat di gedung ini antara lain lobi, ruang kantor, sarana produksi rokok, mushola dan kantin.BAT gedung bersejarah.

Saat itu, lantai gedung masih menggunakan kayu, kemudian di ganti menggunakan bahan marmer. Penggunaan kerangka gedung ini menggunakan material besi,bata merah, pasir, marmer, sabes, keramik, genteng, tegel, kayu, dan semen. Gedung tersebut berdiri tinggi dan memanjang, namun tidak memiliki area lahan yang luas untuk pekarangannya, dan hanya di tanami beberapa pohon palm dan di bangun pos polisi serta jalur pejalan kaki.
Gedung BAT memiliki 2 lantai, dan pada bagian depan gedung di hiasi lubang-lubang kecil untuk udara berbentuk simetris. Dan terdapat tulisan dan angka pembuatan gedung tersebut yang bertuliskan ‘ANNO 1924’. Pada bagian tengara dari kedinasan kota cirebon tampak sudah usang, di mana lokasi di pasang tengara tersebut merupakan status kondisi gedung yang di mulai tahun 1917 yang telah tertulis di tengara tersebut.

Sekilas kondisi gedung BAT ini tampak kumuh dan tak terawat, karna beberapza sisi gedung di gunakan sebagai tempat mangkal becak dan pemulung sampah. Tentunya hal tersebut dapat menurunkan nilai kelestarian gedung BAT sebagai gedung bersejarah nomor 1 di Cirebon ini. Namun, lokasi gedung ini di nilai strategis dan memilki nilai sejarah yang penting sehingga nilai harga gedung ini bernilai tinggi, dan kabarnya ada yang ingin membeli gedung ini dengan harga yang sudah di tentukan.

Sebagai ikon penting dari kota Cirebon ini, di mana kepedulian dan pemeliharaan gedung bersejarah perlu di perbaiki, demi melindungi nilai kelestarian dan sejarah gedung BAT, dan semoga untuk kedepannnya gedung ini dapat lebih di pelihara dan dirawat secara berkala.
Menurut Freeman (1974), kota mempunyai 4 (empat) kecirian meliputi: penyediaan fasilitas untuk seluruh warga, penyedia jasa (tenaga), penyedia jasa profesional (bank, kesehatan, dll) serta memiliki pabrik atau industri (Koestoer, 2011). Diharapkan dengan merevitalisasi bangunan ini dapat meningkatkan kesejahteraan warga sekitar, karena arah revitalisasi ini akan mengembangkan bisnis warga lokakl yang telah ada.
Beberapa nilai historis dari fungsi awal gedung ini akan dikembalikan dan lebih dikembangkan kembali, karena awal pembangunan gedung ini difungsikan sebagai pabrik rokok oleh Amerika maka gedung ini akan di revitalisasi menjadi gedung musium koleksi berbagai macam rokok dari seluruh penjuru nusantara bahkan dari seluruh dunia. Koleksi berbagai kemasan rokok, hingga jenis-jenis tembakau yang digunakan oleh pabrik rokok di seluruh dunia, alat-alat yang digunakan untuk membuat rokok hingga memperkenalkan banyak penemu tembakau rokok, serta nilai-nilai sejarah yang terdapat di dalam rokok dari beberapa abad tahun silam diperjelaskan di dalamnya.
Disediakan juga kafe khusus “ahli hisap” yang menjual berbagai macam tambakau dari seluruh daerah di Indonesia, dapat dinikmati di tempat ataupun dibawa pulang, namun untuk mendapatkannya tetap dengan aturan khusus yang hanya diperuntukan untuk orang diatas umur 20 tahun dan memiliki KTP asli yang terbaru. Kafe tersebut akan ditempatkan dengan perhitungan jarak agar tetap dapat menjaga kenyamanan pengunjung lain dengan pintu masuk yang berbeda dengan pintu utama musium yang akan dibentuk pada suatu ruangan kecil disalah satu sudut musium dengan kondisi tertutup rapat, dilengkapi dengan sirkulasi udara yang telah diperhitungkan dan hanya di salurkan menuju lubang udara langsung keluar. Fasilitas lain yang paling utama yaitu berupa area foodcourt yang dilokasikan diseberang musium, demi menjaga kenyamanan dan ketertiban pengguna jalan lain foodcourt tidak diperkenankan menggunakan bangunan permanen/non-permanen, untuk itu bagi para penjual diwajibkan menggunakan konsep “juling” yaitu “jualan keliling” yang berarti para penjual diharuskan hanya dapat berjualan menggunakan “food truck” ataupun alat transportasi lain seperti motor bak roda tiga, mobil pick up dan lain-lain yang dapat dipindahkan dan sudah tertata sesuai penjadwalan yang telah dibuat.
Adanya jalan besar di depan gedung B.A.T dapat mempermudah para pengunjung untuk sekedar makan di food court yang telah disediakan sambil mengambil foto tiap sudut gedung, atau hanya sekedar mampir membeli rokok/tembakau pada kafe “ahli hisap” yang ada di dalam musium. Sesuai pendapat ahli di dalam studinya (Lee, 1979) mengemukakan bahwa terdapat 6 faktor yang mempunyai pengaruh kuat proses perkembangan ruang, keenam factor tersebut ialah (a) factor aksesibilitas (accessibility); (b) factor pelayanan umum (public services); (c) karakteristik lahan (land characteristics); (d) karakteristik pemilik lahan (land owner characteristics); (e) kberadaan peraturan-peraturan yang mengatur tata guna lahan (regulatory measures) dan (f) prakarsa pengembang (developers’ initiative). Dalam penjelasannya, Lee (1979) lebih menekankan pada aksesibilitas fisikal, pengukuran aksesibilitas fisikal dapat dilaksanakan dengan menilai prasarana transportasi yang ada bersama-sama dengan sarana transportasinya. Keunggulan dari  gedung BAT ini adalah berada dekat dengan pusat kota dan aksesnyapun sangat mudah untuk menemukan gedung tersebut. Kekurangannya adalah pada penataan lahan parkir untuk kendaraan pengunjung. Penghijauanpun kembali diperhatikan untuk menjaga kestabilan kualitas udara, khususnya disekitar kawasan musium dengan menambahkan tanaman-tanaman di dalam pot di sekitar gedung dan di seberang gedung serta di belakang. Diharapkan setelah diadakan revitalisasi pada gedung BAT warga kota Cirebon pada khususnya kembali mendapat tempat bersantai pada akhir pecan serta dapat menambah wawasan pada bidang tembakau.

Daftar Pustaka
Heryanto, Bambang. 2011. Roh dan Citra Kota. Brilian Internasional: Surabaya

Yunus, Sabari Hadi. 2005. Manajemen Kota Prespektif Kota. Pustaka Pelajar: Yogyakarta

Tidak ada komentar:

Posting Komentar

Revitalisasi Kawasan