Adam Nurcahya Priyandwiky
114130029
BAT gedung bersejarah |
BAT Cirebon atau (PT
British American Tobacco) merupakan gedung bersejarah yang terletak di
Jl.Pasuketan,Desa Kebumen,Kecamatan Lemahwungkuk,Kota Cirebon. Gedung ini di
bangun pada tahun 1917 dan di kenal sebagai pusat perekonomian di zamannya.
Gedung BAT ini di miliki oleh perusahaan produksi rokok SS Michael yang
sebelumnya pada 1925 telah di beli dan di kembangkan dari desain gedung.
Desain BAT gedung
bersejarah yang berdiri di tanah seluas 1,6 hektar ini, di perbarui dengan
desain gedung gaya art Deco oleh arsitek F.D Cuypers dan Hulswit, dengan warna
gedung putih dan biru. Gaya desain gedung tersebut di nilai modern,serbaguna dan
elegan pada zamannya. Desain gedung tersebut di
rancang setelah perang dunia ke 2 pada tahun 1920. Sarana yang
terdapat di gedung ini antara lain lobi, ruang kantor, sarana produksi
rokok, mushola dan kantin. BAT gedung bersejarah.
Saat itu, lantai gedung
masih menggunakan kayu, kemudian di ganti menggunakan bahan
marmer. Penggunaan kerangka gedung ini menggunakan material besi,bata
merah, pasir, marmer, sabes, keramik, genteng, tegel, kayu, dan
semen. Gedung tersebut berdiri tinggi dan memanjang, namun tidak memiliki
area lahan yang luas untuk pekarangannya, dan hanya di tanami beberapa pohon
palm dan di bangun pos polisi serta jalur pejalan kaki.
Gedung BAT memiliki 2
lantai, dan pada bagian depan gedung di hiasi lubang-lubang kecil untuk udara
berbentuk simetris. Dan terdapat tulisan dan angka pembuatan gedung tersebut
yang bertuliskan ‘ANNO 1924’. Pada bagian tengara dari kedinasan kota cirebon
tampak sudah usang, di mana lokasi di pasang tengara tersebut merupakan status
kondisi gedung yang di mulai tahun 1917 yang telah tertulis di tengara
tersebut.
Sekilas kondisi gedung BAT
ini tampak kumuh dan tak terawat, karna beberapza sisi gedung di gunakan
sebagai tempat mangkal becak dan pemulung sampah. Tentunya hal tersebut dapat
menurunkan nilai kelestarian gedung BAT sebagai gedung bersejarah nomor 1 di
Cirebon ini. Namun, lokasi gedung ini di nilai strategis dan memilki nilai
sejarah yang penting sehingga nilai harga gedung ini bernilai tinggi, dan
kabarnya ada yang ingin membeli gedung ini dengan harga yang sudah di tentukan.
Sebagai ikon penting dari
kota Cirebon ini, di mana kepedulian dan pemeliharaan gedung
bersejarah perlu di perbaiki, demi melindungi nilai kelestarian dan sejarah
gedung BAT, dan semoga untuk kedepannnya gedung ini dapat lebih di pelihara dan
dirawat secara berkala.
Menurut Freeman (1974),
kota mempunyai 4 (empat) kecirian meliputi: penyediaan fasilitas untuk seluruh
warga, penyedia jasa (tenaga), penyedia jasa profesional (bank, kesehatan, dll)
serta memiliki pabrik atau industri (Koestoer, 2011). Diharapkan dengan
merevitalisasi bangunan ini dapat meningkatkan kesejahteraan warga sekitar,
karena arah revitalisasi ini akan mengembangkan bisnis warga lokakl yang telah
ada.
Beberapa nilai historis
dari fungsi awal gedung ini akan dikembalikan dan lebih dikembangkan kembali,
karena awal pembangunan gedung ini difungsikan sebagai pabrik rokok oleh
Amerika maka gedung ini akan di revitalisasi menjadi gedung musium koleksi
berbagai macam rokok dari seluruh penjuru nusantara bahkan dari seluruh dunia.
Koleksi berbagai kemasan rokok, hingga jenis-jenis tembakau yang digunakan oleh
pabrik rokok di seluruh dunia, alat-alat yang digunakan untuk membuat rokok
hingga memperkenalkan banyak penemu tembakau rokok, serta nilai-nilai sejarah
yang terdapat di dalam rokok dari beberapa abad tahun silam diperjelaskan di
dalamnya.
Disediakan juga kafe khusus
“ahli hisap” yang menjual berbagai macam tambakau dari seluruh daerah di
Indonesia, dapat dinikmati di tempat ataupun dibawa pulang, namun untuk
mendapatkannya tetap dengan aturan khusus yang hanya diperuntukan untuk orang
diatas umur 20 tahun dan memiliki KTP asli yang terbaru. Kafe tersebut akan
ditempatkan dengan perhitungan jarak agar tetap dapat menjaga kenyamanan
pengunjung lain dengan pintu masuk yang berbeda dengan pintu utama musium yang
akan dibentuk pada suatu ruangan kecil disalah satu sudut musium dengan kondisi
tertutup rapat, dilengkapi dengan sirkulasi udara yang telah diperhitungkan dan
hanya di salurkan menuju lubang udara langsung keluar. Fasilitas lain yang
paling utama yaitu berupa area foodcourt yang dilokasikan diseberang musium,
demi menjaga kenyamanan dan ketertiban pengguna jalan lain foodcourt tidak
diperkenankan menggunakan bangunan permanen/non-permanen, untuk itu bagi para
penjual diwajibkan menggunakan konsep “juling” yaitu “jualan keliling” yang
berarti para penjual diharuskan hanya dapat berjualan menggunakan “food truck”
ataupun alat transportasi lain seperti motor bak roda tiga, mobil pick up dan
lain-lain yang dapat dipindahkan dan sudah tertata sesuai penjadwalan yang
telah dibuat.
Adanya jalan besar di depan
gedung B.A.T dapat mempermudah para pengunjung untuk sekedar makan di food
court yang telah disediakan sambil mengambil foto tiap sudut gedung, atau hanya
sekedar mampir membeli rokok/tembakau pada kafe “ahli hisap” yang ada di dalam
musium. Sesuai pendapat ahli di dalam studinya (Lee, 1979) mengemukakan bahwa
terdapat 6 faktor yang mempunyai pengaruh kuat proses perkembangan ruang,
keenam factor tersebut ialah (a) factor aksesibilitas (accessibility); (b)
factor pelayanan umum (public services); (c) karakteristik lahan (land
characteristics); (d) karakteristik pemilik lahan (land owner characteristics);
(e) kberadaan peraturan-peraturan yang mengatur tata guna lahan (regulatory
measures) dan (f) prakarsa pengembang (developers’ initiative). Dalam
penjelasannya, Lee (1979) lebih menekankan pada aksesibilitas fisikal,
pengukuran aksesibilitas fisikal dapat dilaksanakan dengan menilai prasarana
transportasi yang ada bersama-sama dengan sarana transportasinya. Keunggulan
dari gedung BAT ini adalah berada dekat
dengan pusat kota dan aksesnyapun sangat mudah untuk menemukan gedung tersebut.
Kekurangannya adalah pada penataan lahan parkir untuk kendaraan pengunjung.
Penghijauanpun kembali diperhatikan untuk menjaga kestabilan kualitas udara,
khususnya disekitar kawasan musium dengan menambahkan tanaman-tanaman di dalam
pot di sekitar gedung dan di seberang gedung serta di belakang. Diharapkan
setelah diadakan revitalisasi pada gedung BAT warga kota Cirebon pada khususnya
kembali mendapat tempat bersantai pada akhir pecan serta dapat menambah wawasan
pada bidang tembakau.
Daftar Pustaka
Heryanto, Bambang. 2011. Roh dan Citra Kota. Brilian Internasional: Surabaya
Yunus, Sabari Hadi. 2005. Manajemen Kota Prespektif Kota. Pustaka
Pelajar: Yogyakarta
Tidak ada komentar:
Posting Komentar
Revitalisasi Kawasan