(Andricko K W).docx4/ 5
Inisiatif
Selamat Datang di Sawahlunto |
Namun di sisi lain Sawahlunto memiliki pemandangan alam yang cukup indah danbanyak bangunan historis peninggalan Belanda sejak pertambangan batu bara pertama kali dibuka. Potensi ini dilihat oleh Walikota Subari Sukardi pada tahun 2001 dengan keluarnyaPerda Visi dan Misi nomor 2 tahun 2001 yang berupaya untuk “Mewujudkan Sawahlunto tahun2020 menjadi kota Wisata Tambang yang Berbudaya”. Seiring dengan keluarnya Perda tersebut,dilakukan penyusunan
Buku Rencana Induk Pengembangan Pariwisata (RIPP) bekerjasamadengan Lembaga Pengabdian Masyarakat Institut Teknologi Bandung (LPM-ITB) pada tahunyang sama.
Hasilnya dijabarkan dalam strategi dan agenda 2002-2020 serta program pelaksanaan2002-2006. Kemudian Walikota terpilih 2003, Amran Nur, hasil kajian tersebut dikonkritkandalam serangkaian program revitalisasi fasilitas dan gedung-gedung tua peninggalan Belanda.
Kota Sawahlunto memiliki peninggalan sejarah pembangunan Belanda, yang memilikipotensi untuk dikembangkan, oleh karena itu dilakukan pengelolaan lanskap kota, agar dapatmeningkatkan perekonomian penduduk kota Sawahlunto.
Harris dan Dines (1988) menjelaskanbahwa lanskap sejarah merupakan lanskap yang berasal dari masa lampau, yang didalamnyaterdapat bukti fisik tentang keberadaan manusia di dalamnya. Goodchild (1990) jugamenjelaskan bahwa suatu lanskap dikatakan memiliki nilai kesejarahan sejarah jika di dalamnyamemuat satu atau beberapa kondisi lanskap berikut ini:
1. Merupakan contoh yang menarik dari sebuah tipe lanskap sejarah.
2. Memuat bukti yang menarik untuk dipelajari.
3. Memiliki keterkaitan dengan seseorang, masyarakat atau peristiwa penting dalam sejarah.
4. Memiliki nilai-nilai penting dalam sejarah terkait dengan bangunan atau monumen sejarahnya.
Strategi yang DijalankanPada awal pelaksanaan program, Pemerintah kota Sawahlunto membuat sebuah kajianguna mewujudkan revitalisasi bangunan bersejarah kota. Mereka mengundang Peter Van Dun,seorang ahli dalam bidang perencanaan konservasi terpadu dan merupakan pensiunan dariDepartemen Konservasi Belanda melalui program PUM.
Kemudian pemerintah kota Sawahluntojuga menjalin kerjasama dengan Badan Warisan Sumatera Barat (BWSB). BWSB merupakanLSM yang mempunyai kepedulian terhadap bangunan dan benda-benda bersejarah di wilayahSumatera Barat. BWSB telah melakukan inventori khusus terhadap bangunan-bangunan tua diKota Sawahlunto pada tahun 2002, yang bermanfaat untuk dipergunakan sebagai titik awalproyek tersebut.
Museum Kereta Api |
Kedua pihak tersebut merupakan mitra pemerintah kota Sawahlunto dalampembuatan kajian pemetaan dan revitalisasi bangunan cagar budaya. Kemudian pemerintah kota Sawahlunto membentuk tim revitalisasi bangunan cagarbudaya dengan Dinas Pariwisata dan Kebudayaan Kota Sawahlunto yang berperan sebagaileading sector atau dinas yang bertanggung jawab. Dinas ini dibantu oleh SKPD lain, seperti Dinas PU, Dinas Perindustrian, Perdagangan, Pertambangan, Koperasi dan Tenaga Kerja; DinasPendidikan, Pemuda dan Olahraga; Dinas Kesehatan dan Sosial; Dinas Pendapatan, Pengelolaan
Keuangan dan Aset Daerah; Dinas Pertanian dan Kehutanan; Bappeda; BLH; Badan Kesbangpoldan Penanggulangan Bencana; kecamatan dan kelurahan. Segera setelah m tersebut bekerja, Pemerintah Sawahlunto menetapkan beberapa kebijakan terkait seperti :
1. Menetapkan dan memantapkan fungsi kawasan cagar budaya melalui Perwal maupun Perda.
2. Mengkonservasi dan merehabilitasi kawasan cagar budaya.
3. Memberikan insentif pada bangunan tua, bangunan bernilai sejarah dan/atau bernilai tinggi.
4. Meningkatkan fungsi bangunan tua, bangunan bernilai sejarah dan/atau bernilai tinggi, serta potensi sosial budaya masyarakat yang memiliki nilai sejarah sebagai obyek wisata budaya.
Museum Goedang Ransoem |
Secara garis besar, beberapa kegiatan yang dilakukan pemerintah kota Swahlunto gunamewujudkan upaya Revitalisasi Cagar Budaya tersebut, antara lain :
1. Melakukan kajian tentang upaya peningkatan dan perbaikan kawasan kota lama.Kegiatan ini bekerjasama dengan BWSB dan PUM Belanda pada tahun 2003, Universityof Malaka Malaysia pada tahun 2004 sekaligus mengirimkan para tokoh masyarakatuntuk belajar ke University of Malaka, dan Dirjen Cipta Karya Kementerian PekerjaanUmum pada tahun 2004,
2. Melakukan sosialisasi program ke masyarakat secara terus menerus melalui berbagaimedia yang ada di Sawahlunto,
3. Melakukan pelatihan,lokakarya dan workshop mengenai pentingnya revitalisasi kotakepada jajaran aparat pemkot.
4. Melakukan studi banding tentang revitalisasi bagi pegawai pemkot khususnyabidangperencanaan dan teknis ke kota-kota di Indonesia maupun di luar negeri.
5. Berdasarkan inventaris yang telah dilakukan sejak tahun 2001 dan 2002, maka pemerintah kota mulai melakukan peningkatan kawasan pedestrian, pembangunan kawasan bermain dan RTH, mulai merenovasi bangunan-bangunan bersejarah, sertamembangun tempat-tempat penunjang kegiatan wisata, seperti gedung info box, IPTEKcenter, water boom dan kebun binatang Program-program pelestarian atau revitalisasi yang dapat membantu meningkatkan danmenjaga karakteristik kota:
(1) meningkatkan keindahan fisik kawasan dengan mengembalikanlanskap kota pada bentuk kolonial;
(2) menerapkan kegiatan baru dalam kawasan yang terkait
erat dengan keterlibatan masyarakat; dan
(3) memberikan masukan mengenai arahan kebijakan kepada Pemerintah Daerah untuk mendukung perencanaan serta mengawasi kegiatanpelaksanaannya. Rencana lanskap revitalisasi
Kota Tuo Sawahlunto terdiri dari:rencana ruangyang terbagi menjadi ruang inti (46.48%) yang berupa ruang sejarah dan ruang publik yang berfungsi untuk aktivitas napak tilas sejarah dan bersantai atau sosialisasi, ruang penunjang(2.04%), ruang pengembangan (1.71%), dan ruang penyangga (49.77%).
Lubang Mbah Soero |
Rencana sirkulasinya terdiri dari sirkulasi primer (mobil), sekunder (pejalan kaki dan sepeda), dan kereta tambang. Keindahan Bangunan Sejarah di Sawahlunto: Museum kereta api ini dulunya adalah stasiun kereta api yang dibangun oleh pemerintah Belanda pada tahun 1918.
Hotel Ombilin |
DAFTAR PUSTAKA :
Goodchild PH. 1990. Some Principle For the Conservation of Historic Landscapes. University of New York. 58p.
Harris CW, Dines NT. 1988. Time Saver Standard for Landscape Architecture.New York: Mc Graw-Hill Inc
Tidak ada komentar:
Posting Komentar
Revitalisasi Kawasan