Muhammad Fatchi M
NIM : 114130135
Di
Dusun Pasir Mendit,Desa Jangkaran,Kecamatan Temon,Kab.Kulon Progo,
D.I.Yogyakarta
Indonesia merupakan negara yang mempunyai
garis pantai terbesar dengan nilai 81.000 Km atau wilayah pantai 5,8 juta Km²
berdasarkan data stasistik nasional Indonesia terkenal dengan keindahan bahari
dan perlindungan konservasi bahari, salah satunya adalah hutan mangrove. Semakin
datar pantai dan semakin besar pasang surut, maka semakin lebar hutan mangrove
dapat tumbuh (Mangrove Information Center, 2004). Ekosistem mangrove adalah
suatu sistem di alam tempat berlangsungnya kehidupan yang mencerminkan hubungan
timbal balik antara makhluk hidup dengan lingkungannya dan diantara makhluk
hidup itu sendiri, terdapat pada wilayah pesisir, terpengaruh pasang surut air
laut, dan didominasi oleh spesies pohon atau semak yang khas dan mampu tumbuh
dalam perairan asin/payau (Santoso, 2000).
Kehidupannya tanaman mangrove mempunyai banyak manfaat, diantaranya adalah
kehidupan fauna yang berada pada ekosistem mangrove.
Tanaman mangrove mempunyai fungsi penting, yaitu mencegah
abrasi air laut, remidiasi limbah cair, dan gelombang pantai. Menurut
(Spalding et al. 2001) dalam Herny
Purnobasuki (2011) mangrove Indonesia mempunyai 45 spesies dan beberapa
mangrove mempunyai peranan penting terutama manfaat ekologi, dan beberapa
dijadikan pangan dan obat. Garis pantai Indonesia yang besar, maka pertumbuhan
tanaman mangrove ini juga besar. Menurut (Ahmad Dwisetiawan, dan Kusomo
Winarno. 2011) menyatakan bahwa mangrove Indonesia sangat terluas, hal ini
dilihat dari pertumbuhannya pada lahan pasang-surut, dan beberapa garis pantai
di Indonesia. Akan tetapi, perawatan dan pemeliharaan mangrove mempunyai banyak
kendala terutama SDM (sumber daya manusia) yang belum mengerti manfaat dari
tanaman mangrove dan potensi yang dihasilkan.
Apabila potensi yang dihasilkan terutama dapat menyeimbangkan
faktor abiotik dan faktor biotik secara ekologi maka mangrove bisa mencapai
pertumbuhan ekonomi Nasional. Menurut (Dewanti et al.
1990) dalam Mudian Paena dan Asbar (2001) mangrove secara ekologis mempengaruhi
keseimbangan ekosistem kawasan pesisir pantai dan mempunyai nilai ekonomis yang
sangat tinggi. Secara ekonomis, mangrove mempunyai potensi adalah sebagai
berikut. (1) tempat hidup yang cocok bagi berbagai jenis ikan, udang, maupun
kepiting; (2) potensial untuk dikembangkan menjadi lahan pertanian,
pertambakan, dan penggaraman; (3) dapat dikembangkan menjadi daerah wisata (eco-tourism).
Lokasi yang akan
direvitalisasi ini berada di Dusun Pasir Mendit, Desa Jangkaran, Kecamatan Temon, Kab.Kulon Progo,
D.I.Yogyakarta. Lokasi ini berada di barat daya kota Yogyakarta dan berjarak
sekitar 50 KM, dapat ditempuh dengan waktu sekitar 1 jam 30 menit. Menurut
warga sekitar, pada tahun 1995 awalnya lokasi ini merupakan daerah mangrove.
Mangrove yang ada dan tumbuh di daerah ini merupakan mangrove lokal. Kemudian
pada tahun 1998 terdapat beberapa perguruan tinggi dan LSM yang mulai menanam
ribuan batang pohon mangrove. Kemudian pada tahun 2009 masyarakat sekitar
membuat kelompok masyarakat untuk mengelola kawasan mangrove tersebut. Dana
anggaran untuk membangun fasilitas menggunakan dana swadaya. Lokasi ini
sebenarnya berada di atas tanah sultan (sultan ground) yang di manfaatkan oleh
masyarakat sekitar sebagai tambak udang maupun hutan mangrove yang saat ini
digencarkan sebagai salah satu upaya konservasi mangrove. Akan tetapi
permasalahan yang timbul adalah lahan tambak ditinggalkan karena bangkrut
akibat meluapnya anak sungai Bogowonto dan sekarang menyisakan
cekungan-cekungan dan plastic-plastik alas kolam sehingga terlihat kotor. Oleh
karena itu wisatawan tidak tertarik untuk melihat ke pantai padahal apabila
lahan bekas tambak ini diolah dapat menjadi daya tarik lainnya. Kemudian
permasalahan lainnya adalah pada keadaan jembatan yang tidak memenuhi keamanan
untuk para wisatawan. Akses jalan ke lokasi pun tidak dapat dilalui oleh bus
besar, padahal akses jalan dan area parkir yang memadai dapat mendukung
berkembangnya suatu tempat wisata. Oleh karenanya lokasi ini akan saya
revitalisasi dengan konsep konservasi mangrove menjadi kawasan edukasi dan
wisata.
Sebenarnya
lokasi ini cocok dimanfaatkan sebagai kawasan konservasi mangrove dan juga
wisata, karena pada dasarnya pun daerah ini adalah hutan mangrove yang jenis
mangrovenya adalah mangrove lokal (bakau). Apabila dapat dimanfaatkan dengan
baik maka banyak manfaat yang dapat dirasakan masyarakat dan juga lingkungan
sekitar. Wisata hutan mangrove merupakan suatu
bentuk kegiatan berwisata dengan melakukan perjalanan mengelilingi area hutan
mangrove serta menikmati segala keunikan yang terdapat di dalamnya (Ambara,
2009). Apalagi hutan
mangrove di Indonesia mulai berkurang bahkan dapat menjadi punah apabila tidak
ada tindakan lanjutnya. Tanaman mangrove sendiri sangat bermanfaat untuk
lingkungan. Manfaat yang dapat dimanfaatkan dari
mangrove seperti mencegah intrusi air laut, mencegah erosi dan abrasi pantai,
penyaring alami, sebagai tempat hidup, sumber makanan bagi beberapa jenis satwa
dan menstabilkan daerah pesisir. Hutan mangrove mampu
meredam energi arus gelombang laut, seperti tergambar dari hasil penelitian
Pratikto et al. (2002) dan Instiyanto et al. (2003).
Keadaan
saat ini yang merupakan hasil dari swadaya kelompok masyarakat sekitar lokasi.
Meskipun telah mendapat perhatian dari dinas terkait, akan tetapi belum ada
tindakan yang jelas. Maka revitalisasi yang akan saya lakukan ini untuk
mengembangkan area ini menjadi area konservasi mangrove dengan konsep edukasi
dan wisata. Tujuannya adalah ada hubungan timbal balik antara manusia dan
lingkungan. Bantuan yang telah diberikan dinas terkait adalah sebuah kapal
untuk menjadi alat transport untuk wisatawan yang akan melihat dan menyusuri
hutan mangrove di anak Sungai Bogowonto ini. Meskipun saat ini kawasan ini
banyak mulai dikenal orang dan mendatangkan wisatawan, daya tarik yang saat ini
adalah hanya pada jembatan bambunya saja, padahal masih banyak lokasi yang
dapat dijadikan daya tarik untuk wisatawan.
Jembatan bambu, |
Tempat
yang menjadi daya tarik saat ini adalah jembatan bambu, hutan mangrove dan
pantainya. Kemudian fasilitas saat ini adalah lahan parkir, tempat ibadah,
warung makan dan toilet. Menurut rencana yang saya ajukan area ini akan dibagi
menjadi 8 bagian, yaitu hutan mangrove, tempat parkir, amphitheater, foodcourt,
simpul belajar, area outbound, taman mangrove (tepi sungai) dan area ATV.
Pembagian area ini bertujuan agar dapat menaikkan 3 unsur (abiotik, biotik dan
culture). Area hutan mangrove dapat dijadikan area jalan-jalan sambil menikmati
kesejukan dan keindahan hutan mangrove ini. Tempat parkir dibuat agak luas agar
dapat menampung kendaraan wisatawan seperti motor, mobil maupun bus. Untuk area
pertunjukan kesenian maupun lainnya maka dibuat pelataran amphitheater,
sehingga kesenian masyarakat sekitar ataupun daerah Kulonprogo dapat dikenal
oleh wisatawan.
Tempat makan saat ini hanya berupa gubuk-gubuk yang dibuat oleh
masyarakat. Rencana saya tempat makan dapat dijadikan satu menjadi foodcourt
sehingga mudah dalam mengelola sampah, masyarakat yang ingin berjualan dan
wisatawan dapat memiliki area yang luas untuk menikmati jajanan ataupun makanan
yang disediakan oleh masyarakat sekitar. Area simpul belajar dimaksudkan dapat
dijadikan tempat penyuluhan mangrove dan cara penanamannya untuk wisatawan.
Untuk wisatawan anak-anak dapat juga melakukan outbound di area outbound yang
telah disediakan sehingga dapat menghibur anak-anak. Kemudian untuk tepi sungai
akan dijadikan taman mangrove dengan menanam mangrove di tepi sungai sehingga
dapat menjadi tempat tinggal ikan ataupun satwa lain. Disediakan pula kapal
maupun sampan untuk dapat menyusuri rimbunnya taman mangrove ditepi sungai ini.
Untuk memanfaatkan area di tepi pantai yang merupakan bekas tambak udang yang
telah ditinggalkan, dapat dimanfaatkan menjadi area bermain ATV. Lapisan kolam
dan sisa-sisa tambak dapat dibersihkan dan dibuat area bermain ATV dengan
memanfaatkan cekungan-cekungan bekas tambak untuk menguji adrenalin wisatan.
Untuk meningkatkan keamanan bagi wisatawan yang menyusuri jembatan, maka
perbaikan jembatan akan dilakukan dengan mengganti bamboo menjadi kayu yang
kuat dan memberikan pagar pembatas di tepinya.
Jembatan Bambu |
Mengkonservasi
hutan mangrove di Indonesia dapat melestarikan mangrove yang mulai menipis di
Negara ini. Untuk rencana jangka pendek, hanya area seperti pada rencana yang
akan dilakukan revitalisasi. Sehingga ketika rencana ini dapat berkembang
dengan baik, barulah area sekitarnya dapat di kembangkan seperti ini. Karena
banyak konflik sosial yang terjadi di kawasan ini. Dengan rencana revitalisasi
kawasan ini diharapkan dapat meningkatkan unsure abiotik, biotic dan culture
kawasan sekitarnya. Namun hal yang tidak boleh dilupakan adalah disediakannya
tempat sampah di berbagai sudut kawasan ini untuk tetap menjaga kebersihan
lingkungan. Dengan mengajak warga untuk mengelola kawasan ini maka diharapkan
kawasan ini akan tetap terus terjaga. Kemudian untuk meningkatkan ekonomi
masyarakat sekitar, mereka dapat berjualan di foodcourt area yang telah
disediakan. Untuk menarik minat wisatawan datang dapat juga digelar event-event
tertentu seperti pertunjukan kesenian di amphitheater ataupun kegiatan lainnya
seperti lomba ATV dan kegiatan menanam pohon mangrove bersama-sama. Selain
menjadi kegiatan konservasi mangrove, maka tempat ini dapat dijadikan menjadi
area edukasi dan wisata mangrove untuk anak-anak yang kurang mengenal mangrove
dan wisatawan yang ingin belajar mengenal mangrove ini. Untuk menghindari
hal-hal yang tidak diinginkan maka akan dibuat jam kunjung yaitu dari jam 6
pagi sampai jam 7 malam. Hal ini dilakukan untuk menghindari kesalahan dalam
memanfaatkan area wisata mangrove ini.
DAFTAR PUSTAKA
PRANATHA,
I. M., ARTHANA, I. W., & UTAMI, N. W. (2015). Perencanaan Lansekap Wisata
Berbasis Edukasi Mangrove. E-JURNAL ARSITEKTUR LANSEKAP , 30-39 VOL1,
NO 1.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar
Revitalisasi Kawasan