KENALKAH JENIS KONSERVASI ?

Minggu, 05 Juni 2016

REVITALISASI KAWASAN GOA MANGROVE Dengan KONSEP KONSERVASI MANGROVE MENJADI TEMPAT WISATA-EDUKASI MANGROVE

 Muhammad Fatchi M
NIM : 114130135


Di Dusun Pasir Mendit,Desa Jangkaran,Kecamatan Temon,Kab.Kulon Progo, D.I.Yogyakarta

Indonesia merupakan negara yang mempunyai garis pantai terbesar dengan nilai 81.000 Km atau wilayah pantai 5,8 juta Km² berdasarkan data stasistik nasional Indonesia terkenal dengan keindahan bahari dan perlindungan konservasi bahari, salah satunya adalah hutan mangrove. Semakin datar pantai dan semakin besar pasang surut, maka semakin lebar hutan mangrove dapat tumbuh (Mangrove Information Center, 2004). Ekosistem mangrove adalah suatu sistem di alam tempat berlangsungnya kehidupan yang mencerminkan hubungan timbal balik antara makhluk hidup dengan lingkungannya dan diantara makhluk hidup itu sendiri, terdapat pada wilayah pesisir, terpengaruh pasang surut air laut, dan didominasi oleh spesies pohon atau semak yang khas dan mampu tumbuh dalam perairan asin/payau (Santoso, 2000). Kehidupannya tanaman mangrove mempunyai banyak manfaat, diantaranya adalah kehidupan fauna yang berada pada ekosistem mangrove.
Tanaman mangrove mempunyai fungsi penting, yaitu mencegah abrasi air laut, remidiasi limbah cair, dan gelombang pantai. Menurut (Spalding et al. 2001) dalam Herny Purnobasuki (2011) mangrove Indonesia mempunyai 45 spesies dan beberapa mangrove mempunyai peranan penting terutama manfaat ekologi, dan beberapa dijadikan pangan dan obat. Garis pantai Indonesia yang besar, maka pertumbuhan tanaman mangrove ini juga besar. Menurut (Ahmad Dwisetiawan, dan Kusomo Winarno. 2011) menyatakan bahwa mangrove Indonesia sangat terluas, hal ini dilihat dari pertumbuhannya pada lahan pasang-surut, dan beberapa garis pantai di Indonesia. Akan tetapi, perawatan dan pemeliharaan mangrove mempunyai banyak kendala terutama SDM (sumber daya manusia) yang belum mengerti manfaat dari tanaman mangrove dan potensi yang dihasilkan.
Apabila potensi yang dihasilkan terutama dapat menyeimbangkan faktor abiotik dan faktor biotik secara ekologi maka mangrove bisa mencapai pertumbuhan ekonomi Nasional. Menurut (Dewanti et al. 1990) dalam Mudian Paena dan Asbar (2001) mangrove secara ekologis mempengaruhi keseimbangan ekosistem kawasan pesisir pantai dan mempunyai nilai ekonomis yang sangat tinggi. Secara ekonomis, mangrove mempunyai potensi adalah sebagai berikut. (1) tempat hidup yang cocok bagi berbagai jenis ikan, udang, maupun kepiting; (2) potensial untuk dikembangkan menjadi lahan pertanian, pertambakan, dan penggaraman; (3) dapat dikembangkan menjadi daerah wisata (eco-tourism).
Lokasi yang akan direvitalisasi ini berada di Dusun Pasir Mendit, Desa Jangkaran, Kecamatan Temon, Kab.Kulon Progo, D.I.Yogyakarta. Lokasi ini berada di barat daya kota Yogyakarta dan berjarak sekitar 50 KM, dapat ditempuh dengan waktu sekitar 1 jam 30 menit. Menurut warga sekitar, pada tahun 1995 awalnya lokasi ini merupakan daerah mangrove. Mangrove yang ada dan tumbuh di daerah ini merupakan mangrove lokal. Kemudian pada tahun 1998 terdapat beberapa perguruan tinggi dan LSM yang mulai menanam ribuan batang pohon mangrove. Kemudian pada tahun 2009 masyarakat sekitar membuat kelompok masyarakat untuk mengelola kawasan mangrove tersebut. Dana anggaran untuk membangun fasilitas menggunakan dana swadaya. Lokasi ini sebenarnya berada di atas tanah sultan (sultan ground) yang di manfaatkan oleh masyarakat sekitar sebagai tambak udang maupun hutan mangrove yang saat ini digencarkan sebagai salah satu upaya konservasi mangrove. Akan tetapi permasalahan yang timbul adalah lahan tambak ditinggalkan karena bangkrut akibat meluapnya anak sungai Bogowonto dan sekarang menyisakan cekungan-cekungan dan plastic-plastik alas kolam sehingga terlihat kotor. Oleh karena itu wisatawan tidak tertarik untuk melihat ke pantai padahal apabila lahan bekas tambak ini diolah dapat menjadi daya tarik lainnya. Kemudian permasalahan lainnya adalah pada keadaan jembatan yang tidak memenuhi keamanan untuk para wisatawan. Akses jalan ke lokasi pun tidak dapat dilalui oleh bus besar, padahal akses jalan dan area parkir yang memadai dapat mendukung berkembangnya suatu tempat wisata. Oleh karenanya lokasi ini akan saya revitalisasi dengan konsep konservasi mangrove menjadi kawasan edukasi dan wisata.  
Sebenarnya lokasi ini cocok dimanfaatkan sebagai kawasan konservasi mangrove dan juga wisata, karena pada dasarnya pun daerah ini adalah hutan mangrove yang jenis mangrovenya adalah mangrove lokal (bakau). Apabila dapat dimanfaatkan dengan baik maka banyak manfaat yang dapat dirasakan masyarakat dan juga lingkungan sekitar. Wisata hutan mangrove merupakan suatu bentuk kegiatan berwisata dengan melakukan perjalanan mengelilingi area hutan mangrove serta menikmati segala keunikan yang terdapat di dalamnya (Ambara, 2009). Apalagi hutan mangrove di Indonesia mulai berkurang bahkan dapat menjadi punah apabila tidak ada tindakan lanjutnya. Tanaman mangrove sendiri sangat bermanfaat untuk lingkungan. Manfaat yang dapat dimanfaatkan dari mangrove seperti mencegah intrusi air laut, mencegah erosi dan abrasi pantai, penyaring alami, sebagai tempat hidup, sumber makanan bagi beberapa jenis satwa dan menstabilkan daerah pesisir.  Hutan mangrove mampu meredam energi arus gelombang laut, seperti tergambar dari hasil penelitian Pratikto et al. (2002) dan Instiyanto et al. (2003).
Keadaan saat ini yang merupakan hasil dari swadaya kelompok masyarakat sekitar lokasi. Meskipun telah mendapat perhatian dari dinas terkait, akan tetapi belum ada tindakan yang jelas. Maka revitalisasi yang akan saya lakukan ini untuk mengembangkan area ini menjadi area konservasi mangrove dengan konsep edukasi dan wisata. Tujuannya adalah ada hubungan timbal balik antara manusia dan lingkungan. Bantuan yang telah diberikan dinas terkait adalah sebuah kapal untuk menjadi alat transport untuk wisatawan yang akan melihat dan menyusuri hutan mangrove di anak Sungai Bogowonto ini. Meskipun saat ini kawasan ini banyak mulai dikenal orang dan mendatangkan wisatawan, daya tarik yang saat ini adalah hanya pada jembatan bambunya saja, padahal masih banyak lokasi yang dapat dijadikan daya tarik untuk wisatawan.
Jembatan bambu, 

Tempat yang menjadi daya tarik saat ini adalah jembatan bambu, hutan mangrove dan pantainya. Kemudian fasilitas saat ini adalah lahan parkir, tempat ibadah, warung makan dan toilet. Menurut rencana yang saya ajukan area ini akan dibagi menjadi 8 bagian, yaitu hutan mangrove, tempat parkir, amphitheater, foodcourt, simpul belajar, area outbound, taman mangrove (tepi sungai) dan area ATV. Pembagian area ini bertujuan agar dapat menaikkan 3 unsur (abiotik, biotik dan culture). Area hutan mangrove dapat dijadikan area jalan-jalan sambil menikmati kesejukan dan keindahan hutan mangrove ini. Tempat parkir dibuat agak luas agar dapat menampung kendaraan wisatawan seperti motor, mobil maupun bus. Untuk area pertunjukan kesenian maupun lainnya maka dibuat pelataran amphitheater, sehingga kesenian masyarakat sekitar ataupun daerah Kulonprogo dapat dikenal oleh wisatawan.
Jembatan Bambu
Tempat makan saat ini hanya berupa gubuk-gubuk yang dibuat oleh masyarakat. Rencana saya tempat makan dapat dijadikan satu menjadi foodcourt sehingga mudah dalam mengelola sampah, masyarakat yang ingin berjualan dan wisatawan dapat memiliki area yang luas untuk menikmati jajanan ataupun makanan yang disediakan oleh masyarakat sekitar. Area simpul belajar dimaksudkan dapat dijadikan tempat penyuluhan mangrove dan cara penanamannya untuk wisatawan. Untuk wisatawan anak-anak dapat juga melakukan outbound di area outbound yang telah disediakan sehingga dapat menghibur anak-anak. Kemudian untuk tepi sungai akan dijadikan taman mangrove dengan menanam mangrove di tepi sungai sehingga dapat menjadi tempat tinggal ikan ataupun satwa lain. Disediakan pula kapal maupun sampan untuk dapat menyusuri rimbunnya taman mangrove ditepi sungai ini. Untuk memanfaatkan area di tepi pantai yang merupakan bekas tambak udang yang telah ditinggalkan, dapat dimanfaatkan menjadi area bermain ATV. Lapisan kolam dan sisa-sisa tambak dapat dibersihkan dan dibuat area bermain ATV dengan memanfaatkan cekungan-cekungan bekas tambak untuk menguji adrenalin wisatan. Untuk meningkatkan keamanan bagi wisatawan yang menyusuri jembatan, maka perbaikan jembatan akan dilakukan dengan mengganti bamboo menjadi kayu yang kuat dan memberikan pagar pembatas di tepinya.
Mengkonservasi hutan mangrove di Indonesia dapat melestarikan mangrove yang mulai menipis di Negara ini. Untuk rencana jangka pendek, hanya area seperti pada rencana yang akan dilakukan revitalisasi. Sehingga ketika rencana ini dapat berkembang dengan baik, barulah area sekitarnya dapat di kembangkan seperti ini. Karena banyak konflik sosial yang terjadi di kawasan ini. Dengan rencana revitalisasi kawasan ini diharapkan dapat meningkatkan unsure abiotik, biotic dan culture kawasan sekitarnya. Namun hal yang tidak boleh dilupakan adalah disediakannya tempat sampah di berbagai sudut kawasan ini untuk tetap menjaga kebersihan lingkungan. Dengan mengajak warga untuk mengelola kawasan ini maka diharapkan kawasan ini akan tetap terus terjaga. Kemudian untuk meningkatkan ekonomi masyarakat sekitar, mereka dapat berjualan di foodcourt area yang telah disediakan. Untuk menarik minat wisatawan datang dapat juga digelar event-event tertentu seperti pertunjukan kesenian di amphitheater ataupun kegiatan lainnya seperti lomba ATV dan kegiatan menanam pohon mangrove bersama-sama. Selain menjadi kegiatan konservasi mangrove, maka tempat ini dapat dijadikan menjadi area edukasi dan wisata mangrove untuk anak-anak yang kurang mengenal mangrove dan wisatawan yang ingin belajar mengenal mangrove ini. Untuk menghindari hal-hal yang tidak diinginkan maka akan dibuat jam kunjung yaitu dari jam 6 pagi sampai jam 7 malam. Hal ini dilakukan untuk menghindari kesalahan dalam memanfaatkan area wisata mangrove ini.
DAFTAR PUSTAKA
PRANATHA, I. M., ARTHANA, I. W., & UTAMI, N. W. (2015). Perencanaan Lansekap Wisata Berbasis Edukasi Mangrove. E-JURNAL ARSITEKTUR LANSEKAP , 30-39 VOL1, NO 1.


Tidak ada komentar:

Posting Komentar

Revitalisasi Kawasan