KENALKAH JENIS KONSERVASI ?

Rabu, 23 November 2011

Bioregional Development Plan Pada kawasan “Danau Tasi Tolu dan Bukit Tasi Tolu” Menjadi Kawasan Wisata Sekaligus Taman Nasional di Dili, Timor – Leste


CAROLINA CARLOS
(114.080.037)
KELAS A

Pariwisata seringkali dipersepsikan sebagai mesin penggerak ekonomi atau penghasil devisa bagi pembangunan ekonomi di suatu negara, akan tetapi suatu definisi yang esensi menurut Robert Mcntosh bersama Shasinant Gupta dala Oka A. Yoeti (1992:8) adalah gabungan gejala dan hubungan yang timbul dari interaksi wisatawan, bisnis, pemerintah tuan rumah serta masyarakat tuan rumah dalam proses menarik dan melayani wisatawan-wisatawan serta para pengunjung lainnya sedangankan pengertian dari pengertian objek wisata atau " tourist attraction" yang lebih sering digunakan, yaitu segala sesuatu yang menjadi daya tarik  bagi orang untuk mengunjungi suatu daerah bahkan suatu negara tertentu (Drs. Oka A. Yoeti, 1985) seperti salah satunya adalah negara Timor Leste yang merupakan sebuah wilayah bekas koloni Portugis yang dianeksasi oleh militer Indonesia menjadi sebuah provinsi yang pernah menjadi bagian Indonesia antara 17 Juli 1976 sampai 19 Oktober 1999. Setelah itu, Timor Leste resmi menjadi sebuah negara pada tanggal 20 Mei 2002. Sehingga pada intinya, pariwisata memiliki spektrum fundamental pembangunan yang lebih luas bagi Negara Timor Leste saat ini.
http://2.bp.blogspot.com/_juqB-R1zC4c/S4esLL9waII/AAAAAAAADUQ/gsv9mRYwadA/s320/tasi-tolu.jpgDanau Tasi Tolu merupakan salah satu kawasan danau dangkal bergaram permanen yang daerahnya dikelilingi oleh perbukitan Tasi Tolu dan berjumlah 3 danau berukuran besar, sedang dan kecil. Spesifikasi jenis tanah sekitar danau Tasi-Tolu sendiri merupakan salah daerah

(Tampak gambar yang diambil  Dari udara)
lahan basah yang didominasi oleh savanna Eucalyptus dan saat ini merupakan habitat dari 45 jenis burung.
http://t3.gstatic.com/images?q=tbn:ANd9GcTwDIlj2jYxtqyZ3_nrKxM0wtaPFCdvveIotMLNnYvNrOHNUOVfhttp://t3.gstatic.com/images?q=tbn:ANd9GcSZ4uUlwuIcMNbGNbaw3g29qhBpxa5zMciLl8Ra7mFT5-hNnSiP




http://t2.gstatic.com/images?q=tbn:ANd9GcRNlbf-OQ4tQR9sD289Qm6Z71-IkiiYoRe1xo1bK75snkzlg1XYqw








(Kumpulan burung-burung dan jenis ikan kecil  yang berhabitat di danau Tasi Tolu)

          Berdasarkan data statistik dinas Pariwisata Timor Leste menyatakan bahwa saat ini perbukitan Tasi Tolu dikategorikan salah satu kawasan pariwisata yang baru-baru ini (2009_red) dibangun patung yang merupakan simbol pemimpin gereja Katolik yaitu patung Yohanes Paulus Ke II. Namun untuk kawasan danau Tasi Tolu sendiri sampai saat ini belum di vitalkan menjadi suatu objek pariwisata apapun sehingga apabila dilihat dari segi lingkungan, daerah tersebut makin lama makin terancam karena makin lama kawasan tersebut makin suatu mengalami proses pendegredasian lingkungan yang salah satu penyebabnya adalah penebangan kayu secara liar oleh oknum yang tidak bertanggung jawab. Seperti pada gambar yang ditampilkan diatas maka tergambar bahwa suatu kawasan yang memiliki potensi migrasi bermacam-macam jenis burung (kurang lebih 45 jenis) terlihat sangat gersang dan jumlah vegetasi di kawasan tersebut makin lama makin berkurang.
          Dengan melihat permasalahan diatas perlu dilakukanya suatu perencanaan yang mana dapat sedini mungkin dapat menetapkan suatu tujuan dan memilih langkah-langkah yang diperlukan untuk mencapai suatu tujuan tersebut (Tarigan,2005). Akan tetapi, sangat diperlukannya suatu perencanaan ruang wilayah karena sangat berhubungan erat dengan penggunaan lahan sekitar (land use planning) yang intinya suatu proses pemanfataan sesuatu yang dapat memberikan kemakmuran yang sebesar-besarnya kepada masyarakat baik jangka pendek maupun jangka panjang termasuk menunjang daya pertahanan dan terciptanya keamanan.
Prinsip yang digunakan kali ini yaitu tentang konsep dalam menyatu padukan suatu “Prinsip Dasar Kebijakan dengan Pembangunan Berkelanjutan Berwawasan  Lingkungan” karena suatu pembangunan masyarakat yang  berkelanjutan merupakan proses pembangunan yang menjamin masa depan suatu masyarakat (Asmarty Sen,2003). Sehingga untuk menyatukan teori yang ada dengan ide suatu pengelolaan yang berwawasan lingkungan maka suatu gagasan agar dapat dilakukannya suatu proses Bioregional Development kawasan Danau Tasi Tolu dan Bukit Tasi Tolu Menjadi Kawasan Wisata Sekaligus Taman Nasional” yang mana telah dilihat dari segi persyaratannya dapat dikategorikan bahwa kawasan tersebut memiliki kriteria yang dapat di terima dengan mencocokkan persyaratan berdirinya suatu taman nasional.
Kriteria untuk menetapkan sebuah kawasan menjadi sebuah Taman Nasional, ada beberapa kriteria yang harus dimiliki oleh sebuah kawasan atau daerah yang akan di rekomendasikan menjadi Taman Nasional, diantaranya adalah;
·         Kawasan tersebut memiliki luas yang cukup untuk menjamin kelangsungan proses ekologis secara alami (daerah danau dengan habitat 45 spesies burung)
·         Memiliki sumber daya alam yang khas dan unik berupa tumbuhan ataupun satwa dan ekosistemnya serta gejala alam yang masih utuh/alami.
·         Memiliki satu atau beberapa ekosistem yang masih utuh (contohnya ekosistem danau)
·         Memiliki keadaan alam yang asli dan alami yang dapat dikembangkan sebagai pariwisata alam.
Dengan kriteria yang telah di jabarkan diatas maka perbukitan Tasi Tolu harus di masukkan pada kategori kawasan lindung karena memiliki suatu fungsi utama yaitu suatu danau harus dikelilingi dengan “jalur hijau” yang berarti adalah kawasan yang dipertahankan dengan memiliki banyak pepohonan dengan tujuan agar di sekeliling tempat tersebut tidak terjadi erosi, mengatur debit air dan menyaring air yang masuk ke danau.  Jalur hijau yang ditetapkan haruslah mengikuti persyaratan lingkungan yang ada dengan estimasi sekitar 500 meter di sepanjang tepinya adalah dominasi jalur hijau.
Setelah divitalkan menjadi jalur hijau maka dalam pengembangannya, Bioregional Development Plan ini dapat berpusat pada perlindungan kawasan yang telah ada dimana fungsi ekologis dan pengawetan plasma nutfah dilaksanakan dengan ketat (Sugandhy.A.2007). Pada intinya kawasan ini dikelilingi oleh suatu zona penyangga yang berfungsi untuk penelitian, pendidikan, perlindungan dan kegiatan ekstraksi. Pada sisi luar zona danau Tasi Tolu ini sendiri haruslah di bentuk suatu zona peralihan, dimana kegiatan ekstraksi dalam bentuk hutan produksi terbatas dan peternakan terbatas dapat dilaksanakan oleh beberapa masyarakat setempat yang dinilai mampu menjalankannya dengan kesepakatan yang sangat ketat atau dalam bahasa kesehariannya sering disebut sebagai polisi hutan. Sehingga, setelah zona kedua inilah terdapat kawasan produksi atau budi daya dan permukiman.
Pada zona terluar dari zona Bioregion ini, dimana merupakan lahan-lahan pertanian yang dikelola secara terstruktur dalam suatu rangkaian kelembagaan yang berbasis masyarakat sebagai pendukung pun harus dikelola dengan mengoptimalkan system produktivitas jangka panjang dengan memanfaatkan sebesar mungkin jenis bibit unggulan serta melakukan penanaman pohon-pohonan, pembatas lahan dan perindang jalan  sehingga terbentuk suatu argoforestry dalam pemanfaatan zona ini.      Dengan terwujudnya Bioregional Development ini dapat dipastikan bahwa dapat terbentuk suatu masyarakat yang sehat karena memiliki kondisi dan lingkungan dan perekonomian yang stabil. Sehingga dalam Bioregional Development ini dapat mengajarkan masyarakat dengan meningkatkan potensi kreativitas dan pikiran manusia dalam menemukan cara untuk mempertemukan tujuan sosial ekonomi masyarakat jangka panjang. Selain dapat memelihara suatu lingkungan dengan memberi label kawasan lindung menjadi suatu taman nasional, pemerintah dan stakeholder pun mendapatkan suatu keuntungan dengan memberikan fasilitas kawasan tersebut menjadi kawasan penelitian, pendidikan dan wisata di lain sisi pula  dapat membantu pemerintah mengembalikkan modal yang telah diinvestasikan dengan keuntungan yang berlipat  serta mensejahterahkan masyarakat sekitar dalam keikutsertaan pengelolaan kawasan ini.
 Dengan demikian, kawasan danau dan perbukitan Tasi Tolu dapat diwujudkan menjadi suatu metode dan model wisata pendidikan yang terpadu dengan penggabungan unsur perlindungan lingkungan yang memiliki nilai jual yang tinggi kepada masyarakat sekitar serta menyajikan suatu kawasan wisata bagi para wisatawan. Selain itu, sebagai salah satu negara yang masih dalam tahap berkembang, sudah seharusnya proses pembangunan yang diterapkan dan diimplementasikan adalah proses pembangunan yang berwawasan lingkungan yang mana merupakan pembangunan berkelanjutan yang mengoptimalkan manfaat sumber daya alam dan sumber daya manusia dengan cara menserasikan aktivitas manusia dengan kemampuan sumber daya alam untuk menopangnya sehingga dapat mencapai tujuan pembangunan berkelanjutan yang bermutu dengan tercapainya standar kesejahteraan hidup masyarakat Timor Leste.





DAFTAR PUSTAKA

*      Jayadinata Johara, 1999. Tata guna Lahan Dalam Perencanaan Pedesaan, Perkotaan Dan Wilayah,ITB, Bandung.

*      Tarigan Robinson,2005, Perencanaan Pembangunan Wilayah,Bumi        Aksara, Jakarta.

*       Drs. Oka A. Yoeti, 1985. Pengantar Ilmu Pariwisata, Angkasa Offset, Bandung.

*       Dr.Msc.Ir. Sugandhy.Aca dan Hakim.R. 2007.Pembangunan         Berkelanjutan           Berwawasan Lingkungan.Bumi Aksara,Jakarta.

*      Asmarty Sen, 2003. Institution for Sustainable Development, World       Development Report, World Bank.

 





1 komentar:

Revitalisasi Kawasan